Badan Penerimaan Pajak, Solusi yang Bisa Penuhi Semua Harapan
[1/5/2016, 15:12] Ali Stan 1f: Copas dari group sebelah, salam satu jiwa ?
Assalamu’alaykum wr wb.
Bapak Ibu Saudara sekalian yang saya hormati.., rekan panitia yang saya banggakan..
Tadi bapak ibu saudara sekalian sudah mendengarkan sambutan dan paparan dari pak menteri keuangan bahwa beliau sangat mengapresiasi kerja keras bapak ibu semua dan seluruh pegawai pajak di seluruh indonesia.. (Hadirin tepuk tangan)
Dan kabar bagusnya beliau menyetujui bahwa tukin (tunjangan kinerja – Ahmad) kita tidak dipotong, justru akan ditambah dengan dimunculkannya TKT (tunjangan kegiatan tambahan – Ahmad) dan pemberian insentif IPK (imbalan prestasi kerja – Ahmad) tiap 2-3 bulan. (Tepuk tangan)
Nah, sebelum closing rapimnas kali ini, sekarang saya tanyakan ke bapak ibu sekalian, apakah kita harus puas dan merasa cukup dengan kondisi DJP (Direktorat Jenderal Pajak – Ahmad) sekarang ini??
Apakah kita di tahun tahun mendatang dengan kondisi ‘gini-gini’ saja tanpa ada perubahan kemajuan yang berarti, apakah kita bisa melaksanakan tugas sepenuhnya sebagai penjaga benteng utama fiskal negeri ini yaitu mengamankan penerimaan negara dari pajak?
Apakah kita bisa bebas bangun negeri ini tanpa takut kehabisan uang? apakah mereka tidak butuh pajak lagi untuk pembangunan?
Apakah kita bisa memenuhi harapan 250 juta penduduk indonesia untuk makmur sejahtera mandiri tanpa kita harus mengemis hutang ke luar negeri..
Kami, di jajaran pimpinan DJP punya satu solusi yang bisa membuat DJP bisa memenuhi harapan diatas semua… Bahkan melebihi bayangan bapak ibu saudara sekalian selama ini..
Apa itu solusinya?
BPP
Iyya BPP, Badan Penerimaan Pajak, sebuah lembaga/badan yang berdiri sendiri yang kedudukannya di bawah langsung dengan Presiden..
Jadi dengan BPP, peningkatan kapasitas, penambahan wewenang dan kenaikan anggaran operasional untuk SDM, IT, infrastruktur, akan segera terwujud dan itu mempermudah bapak ibu saudara sekalian dalam berkarya
Jadi, bapak ibu saudara sekalian, jika saya ingin agar gerbong DJP kita ini yang sudah terlalu penuh muatannya diganti gerbong yang baru yang lebih luas panjang dan lokomotif yang lebih canggih modern, apakah bapak ibu saudara sekalian setuju???
(Hadirin, “Setuju…”)
Jika bapak ibu saudara sekalian setuju, apakah siap mendukung?
(Hadirin, ” siap…”)
Ini momentumnya.. Kapan lagi.. Jika kita sia-siakan maka niscaya kesempatan ini tidak akan kita temukan lagi di waktu-waktu mendatang..
Sekarang atau tidak sama sekali????
(Hadirin, tepuk tangan sambil berdiri)
Maka mari kita persiapkan segalanya, saya minta semua elemen yang terkait menyiapkan dan menyempurnakan usulan yang ada..
Setelah lengkap, akan saya bawa menghadap ke Presiden, sebagai bargaining kita karena keberhasilan kita bapak ibu saudara sekalian di tahun 2015 kemarin..
Setelah selesai rapimnas ini nanti, silahkan bapak ibu saudara sekalian bekerja dan berkarya lebih semangat lagi, cari ide dan berfikirlah out of the box untuk gali potensi sembari menunggu kabar lebih lanjut dari kami.
Terimakasih kepada bapak ibu saudara sekalian atas kehadirannya, tak lupa kami juga ucapkan terimakasih dan salut atas jerih payah rekan panitia yang bahu-membahu menyukseskan terselenggaranya acara rapimnas kali ini.
Semoga Allah SWT Tuhan Yang Maha Esa melindungi kita dan mengabulkan doa serta harapan kita semua.. Amien ya rabbal ‘alamin..
Salam satu jiwa..
DJP… BISA !!!!
Terimakasih Wassalamu’alaykum wr wb.
[1/5/2016, 15:17] +62 899-9881- ***:
Perpres 37 tahun tahun 2015 hitungannya merugikan pelaksana, wes tidak usah dibahas lagi yang kaya makin kaya yang miskin makin miskin memang itulah nasibnya orang kecil. Silahkanlah orang besar pikirkan dirinya sendiri memang kuasanya.
Kalau saya lihat pegawai pajak banyaklah mikir pulang ke home base kalau hari jum at , apalagi untuk AR dan pejabat eselon kalau nggak tercapai penerimaan paling paling kembali semula ke tukin sebelum naik dan masih ada nilai plus sedikit, kan sudah ada perkiraan bakal tercapai berapa penerimaan suatu daerah jadi santai sajalah , saya nggak rugi rugi kok paling pelaksana yang merana mikirin utang banknya yang sudah terlanjur pinjam atau yang paling susah generasi tua pelaksana yang merantau tambah merongos, nasib ya nasib …. harapan di era presiden jokowi ini sedikit makin sedikit menghilang, diluar terpuruk dicerca dan kurang pergaulan bersosislisasi dimasyarakat, didalam terpotong PP 37 tahun 2015 yang tidak adil. Sekian dan terimakasih. Haturnuwun …… Monggo.