Kepelikan Seputar Nama Keluarga
Penulis: Cahaya
URL: http://cahayahati.multiply.com/journal/item/74/Coretan_Kepelikan_Seputar_Nama_Keluarga
Catatan: Tulisan ini pernah saya buatkan posting link di grup genifamilytree. Karena Multiply bubar, tentu saja alamat di atas dianggap tidak ada. Untuk mengabadikan tulisan Cahaya, saya menyalinnya berikut semua komentarnya di posting ini. Terima kasih, Mbak Cahaya. Mohon maaf, belum minta izin secara langsung.
Bagi sebagian besar orang Indonesia, nama keluarga memang tidak terlalu seragam, termasuk saya dengan ayah Sunda dan ibu Jawa. Tanpa nama keluarga saja, nama saya sudah 3 buah padahal kalau dibandingkan dengan orang Jerman, nama yang 3 buah ini sudah termasuk banyak. Tapi walaupun begitu, dulu saya putuskan untuk menambah nama keluarga bapak saya di dalam paspor. Kebetulan saja nama belakang bapak saya ini juga merupakan nama belakang kakek saya, yang mana sebetulnya tidak terlalu lumrah dalam lingkungan orang Sunda.
Bahwa kemudian nama ini menjadi nama keluarga saya sampai sekarang dan ternyata nama keluarga itu demikian berperan di Jerman, sebetulnya dulu saat saya putuskan, tidak terpikir sejauh itu. Teman-teman saya yang namanya hanya satu saja, bahkan mendapat ‘kehormatan’ dengan tambahan nama dari pegawai kantor perkotaan. Ada yang nama depannya dibuat sama dengan nama keluarga alias namanya tiba-tiba menjadi ganda, ada yang mendapat nama depan ‘kosong’ atau ada yang akhirnya mencantumkan nama panggilan menjadi nama depan.
Peran penting nama keluarga di Jerman, misalnya saat mau mencari dan menelpon seseorang. Bila kita hanya tahu nama depan saja, bakal sampai akhir buku telpon dibuka tidak akan ditemui nama yang dicari tersebut. Saat memperkenalkan diri dalam forum resmi pun demikian, nama keluarga sangat penting. Tidak akan ada seseorang dalam perkenalan pertama tersebut langsung menyebutkan nama depan.
Saya pribadi melihat bahwa konsep nama keluarga ini mempermudah kita mengkategori sebuah keluarga. Maklumlah dalam praktek memenej keluarga apalagi untuk negara seperti Indonesia yang berpenduduk banyak dapat membantu membuat menejemen menjadi lebih langsing dan lebih termonitor. Bayangkan saja sebuah keluarga dengan 11 anak, ditambah 2 orang ibu dan bapak menghasilkan 13 nama keluarga, syukur-syukur kalau wajah mereka mirip satu dengan lainnya, tapi kalau tidak sudah sulit lagi ditelusuri apakah ini bersaudara atau tidak.
Atas pertimbangan itu, maka anak-anak saya memiliki nama keluarga sama. Nama keluarga ini adalah nama akhir kakek mereka dari pihak suami saya. Jadinya di dalam keluarga kami ada 3 nama keluarga … bagi orang Jerman hal ini sangat mengherankan dan sekaligus merepotkan.
Pengalaman lucu saat pertama datang di Jerman. Ketika itu saya membawa untuk pertama kali anak saya ke dokter anak. Saat menunggu di ruang tunggu, nama keluarga anak saya dipanggil, saya yang memang tidak terbiasa mendengar anak saya dipanggil dengan nama keluarga, duduk saja dengan tenang. Sempat terbersit sih .. koq ini nama kayaknya tidak asing …. Setelah panggilan ke-3 atau ke-4 baru saya tersadar dan terloncat dari tempat duduk menyadari bahwa panggilan itu untuk anak saya.
Demikian juga saat sedang berbelanja, tiba-tiba ada orang Jerman menegur saya dengan ramah. Ia memanggil saya dengan nama akhir suami saya. Saya yang memang belum pernah bertemu dengannya sempat bengong sebentar dan terheran-heran, selain tidak dong dan ngeh dengan panggilan nama suami juga wajahnya sama sekali tidak ada dalam memori. Setelah beberapa detik bengong dan mendengar penjelasannya, baru saya tersadar, bahwa yang ditegurnya memang saya dan mengerti, ternyata dia mengenali saya karena pernah melihat wajah saya dari tampilan di komputer suami saya. Oooo … baaaaru jelas ….
Alhasil …. saya sekarang menjadi terbiasa ‘memiliki’ 3 nama keluarga. Nama keluarga saya sendiri, nama keluarga anak-anak saya dan nama keluarga suami saya. Untung … anak-anak saya memiliki nama keluarga yang sama, kalau tidak, saya akan memiliki 4 nama keluarga. Pffffiiuuuhhhh …..
Bila seorang Shakespeare mengatakan apalah arti sebuah nama, bagi saya … ooo … penting sekali mas Wil … !!
“What’s in a name? That which we call a rose By any other word would smell as sweet”.
Romeo and Juliet – William Shakespeare
sumber kutipan dan foto dari sini