Kepelikan Seputar Nama Keluarga
Penulis: Cahaya
URL: http://cahayahati.multiply.com/journal/item/74/Coretan_Kepelikan_Seputar_Nama_Keluarga
Catatan: Tulisan ini pernah saya buatkan posting link di grup genifamilytree. Karena Multiply bubar, tentu saja alamat di atas dianggap tidak ada. Untuk mengabadikan tulisan Cahaya, saya menyalinnya berikut semua komentarnya di posting ini. Terima kasih, Mbak Cahaya. Mohon maaf, belum minta izin secara langsung.
Bagi sebagian besar orang Indonesia, nama keluarga memang tidak terlalu seragam, termasuk saya dengan ayah Sunda dan ibu Jawa. Tanpa nama keluarga saja, nama saya sudah 3 buah padahal kalau dibandingkan dengan orang Jerman, nama yang 3 buah ini sudah termasuk banyak. Tapi walaupun begitu, dulu saya putuskan untuk menambah nama keluarga bapak saya di dalam paspor. Kebetulan saja nama belakang bapak saya ini juga merupakan nama belakang kakek saya, yang mana sebetulnya tidak terlalu lumrah dalam lingkungan orang Sunda.
Bahwa kemudian nama ini menjadi nama keluarga saya sampai sekarang dan ternyata nama keluarga itu demikian berperan di Jerman, sebetulnya dulu saat saya putuskan, tidak terpikir sejauh itu. Teman-teman saya yang namanya hanya satu saja, bahkan mendapat ‘kehormatan’ dengan tambahan nama dari pegawai kantor perkotaan. Ada yang nama depannya dibuat sama dengan nama keluarga alias namanya tiba-tiba menjadi ganda, ada yang mendapat nama depan ‘kosong’ atau ada yang akhirnya mencantumkan nama panggilan menjadi nama depan.
Peran penting nama keluarga di Jerman, misalnya saat mau mencari dan menelpon seseorang. Bila kita hanya tahu nama depan saja, bakal sampai akhir buku telpon dibuka tidak akan ditemui nama yang dicari tersebut. Saat memperkenalkan diri dalam forum resmi pun demikian, nama keluarga sangat penting. Tidak akan ada seseorang dalam perkenalan pertama tersebut langsung menyebutkan nama depan.
Saya pribadi melihat bahwa konsep nama keluarga ini mempermudah kita mengkategori sebuah keluarga. Maklumlah dalam praktek memenej keluarga apalagi untuk negara seperti Indonesia yang berpenduduk banyak dapat membantu membuat menejemen menjadi lebih langsing dan lebih termonitor. Bayangkan saja sebuah keluarga dengan 11 anak, ditambah 2 orang ibu dan bapak menghasilkan 13 nama keluarga, syukur-syukur kalau wajah mereka mirip satu dengan lainnya, tapi kalau tidak sudah sulit lagi ditelusuri apakah ini bersaudara atau tidak.
Atas pertimbangan itu, maka anak-anak saya memiliki nama keluarga sama. Nama keluarga ini adalah nama akhir kakek mereka dari pihak suami saya. Jadinya di dalam keluarga kami ada 3 nama keluarga … bagi orang Jerman hal ini sangat mengherankan dan sekaligus merepotkan.
Pengalaman lucu saat pertama datang di Jerman. Ketika itu saya membawa untuk pertama kali anak saya ke dokter anak. Saat menunggu di ruang tunggu, nama keluarga anak saya dipanggil, saya yang memang tidak terbiasa mendengar anak saya dipanggil dengan nama keluarga, duduk saja dengan tenang. Sempat terbersit sih .. koq ini nama kayaknya tidak asing …. Setelah panggilan ke-3 atau ke-4 baru saya tersadar dan terloncat dari tempat duduk menyadari bahwa panggilan itu untuk anak saya.
Demikian juga saat sedang berbelanja, tiba-tiba ada orang Jerman menegur saya dengan ramah. Ia memanggil saya dengan nama akhir suami saya. Saya yang memang belum pernah bertemu dengannya sempat bengong sebentar dan terheran-heran, selain tidak dong dan ngeh dengan panggilan nama suami juga wajahnya sama sekali tidak ada dalam memori. Setelah beberapa detik bengong dan mendengar penjelasannya, baru saya tersadar, bahwa yang ditegurnya memang saya dan mengerti, ternyata dia mengenali saya karena pernah melihat wajah saya dari tampilan di komputer suami saya. Oooo … baaaaru jelas ….
Alhasil …. saya sekarang menjadi terbiasa ‘memiliki’ 3 nama keluarga. Nama keluarga saya sendiri, nama keluarga anak-anak saya dan nama keluarga suami saya. Untung … anak-anak saya memiliki nama keluarga yang sama, kalau tidak, saya akan memiliki 4 nama keluarga. Pffffiiuuuhhhh …..
Bila seorang Shakespeare mengatakan apalah arti sebuah nama, bagi saya … ooo … penting sekali mas Wil … !!
“What’s in a name? That which we call a rose By any other word would smell as sweet”.
Romeo and Juliet – William Shakespeare
sumber kutipan dan foto dari sini
Ini ada lagi bacaan lain: http:// zefanya78.multiply.com/journal/item/210/Menyoal_pemakaian_nama_belakang…
Ahmad Abdul Haq (aa_haq),
Sudah diamankan: http://ahmad.wikiapbn.org/menyoal-pemakaian-nama-belakang/
bundakirana wrote on Oct 29, ’05
di sini formulir2 jg harus mencantumkan nama keluarga, jadi nama keluarga saya Yulianti, hehehe… Kirana sdh dikasih nama keluarga (Sulaeman), Insya Allah, nanti anak kedua juga, biar gak repot ngisi2 formulir.
cahayahati wrote on Oct 29, ’05
bundakirana said
… Kirana sdh dikasih nama keluarga (Sulaeman), Insya Allah, nanti anak kedua juga, biar gak repot ngisi2 formulir.
Wah … untunglah ya mbak Din … Kirana dan calon adiknya bernama keluarga sama dengan papanya.
Nasib kita kurang lebih sama dong ya … nama keluarga lebih dari satu … hehehe .. di Iran ada ketupat lebaran nggak nih ??
Di sini ada ketupat tapi ketupatnya dibungkus dengan plastik. Ibu-ibu muslima Indonesia di sini sudah ramai mempersiapkan acara lebaran … saya kebagian seperti tahun-tahun sebelumnya meramaikan acara anak-anak …
bundakirana wrote on Oct 29, ’05
cahayahati said
Di sini ada ketupat tapi ketupatnya dibungkus dengan plastik. Ibu-ibu muslima Indonesia di sini sudah ramai mempersiapkan acara lebaran
wah seru ya, kompak di sana, hehehe…kalo di Tehran, kami tetangga2 (ada enam keluarga Indonesia), kayaknya tahun ini gak ada acara bareng, provokatornya lagi teler nih (saya, hehehe), ya udah, masak sendiri2 trus paling nanti saling kirim makanan ke tetangga. Mungkin nanti saya bikin lontong pake plastik aja deh, sama gulai buncis (biar serasa di Padang, hehehe).
evimeinar wrote on Oct 29, ’05
saya baru ngearasain pentingnya nama belakang waktu menginjak bangku kuliah…
sebetulnya nama saya sendiri terdiri dr 4 nama, tetapi karena waktu kuliah diminta nama sesuai akte kelahiran, dan akte saya ada kesalahan tulis yg gak pernah diusahin utk dikoreksi oleh ortu saya akhirnya saya punya tiga nama, nama pertama dan kedua digabung menjadi nama depan
karena walaupun saya kul di indo mereka tetap pake nama depan dan nama belakang….
akhirnya kesini-sini nama tengah saya jadi ilang…..
cahayahati wrote on Oct 29, ’05
bundakirana said
sama gulai buncis (biar serasa di Padang, hehehe).
Dengar gulai buncis koq jadi mengalir air liur ini ya .. hmmm .. bagi-bagi resepnya mbak Din … susah nggak buatnya ??
cahayahati wrote on Oct 29, ’05
evimeinar said
akhirnya kesini-sini nama tengah saya jadi ilang…..
Iya sih sama … kayaknya begitu juga akhirnya nama tengah hilang, karena itu aku abadikan jadi nama MP … hehehe
annidalucu wrote on Oct 29, ’05
cahayahati said
nama saya sudah 3 buah
boleh tau nama Teh Angky engga? Maaf niy, selama ini SKSD manggil teh angky, teh angky…padahal belum tau senangnya dipanggil apa? *jadi maluw..:”>*
pengalamannya lucu juga ya, jadi terpikir Nida, namanya sekarang sudah panjang, kalau ditambah nama keluarga jadi tambah panjang deh D:
drake4life wrote on Oct 29, ’05
annidalucu said
boleh tau nama Teh Angky engga? Maaf niy, selama ini SKSD manggil teh angky, teh angky…padahal belum tau senangnya dipanggil apa? *jadi maluw..:”>*
pengalamannya lucu juga ya, jadi terpikir Nida, namanya sekarang sudah panjang, kalau ditambah nama keluarga jadi tambah panjang deh D:
kl d jerman, orang tua dpanggil ama nama akhir anak jg ga ya?
cerita aku jg sama, nama Indonesia kan nama akhir saya beda ama orang tua saya..
Waktu itu pernah, waktu kelas 3 SD apa orang tua saya dundang k sekolah..
Waktu d tanya Mr. and Mrs. Rahmansyah (nama akhir saya), orang tua saya br inget kl ini Amerika..
Trus waktu d sekolah, ga ada guru yg nyangka kl saya yg kelas 6 ama adik saya yg kelas 2 itu saudaraan krn nama kita emang beda 😀 dia dpt guru saya jg..Waktu adik saya bilang, gurunya jd bingung..warna kuliat dah beda bgt, namanya jg beda..
Hehe..
Ah tp kan nama punya makna yg dlm..apalagi nama akhir..
saya sih ga mau hantam ngasih nama akhir saya..
krn utk Indoneisa, atau saya aja, nama itu penting.
kyk nama yg kasih ama nenek atau kakek2 kita..
leontiev wrote on Oct 30, ’05
bundakirana said
wah seru ya, kompak di sana, hehehe…kalo di Tehran, kami tetangga2 (ada enam keluarga Indonesia), kayaknya tahun ini gak ada acara bareng, provokatornya lagi teler nih (saya, hehehe), ya udah, masak sendiri2 trus paling nanti saling kirim makanan ke tetangga. Mungkin nanti saya bikin lontong pake plastik aja deh, sama gulai buncis (biar serasa di Padang, hehehe).
aih … pada heboh mau bikin ketupat pakai plastik ya? kirimin ke saya dong!
di tempat saya sih boro-boro ada ketupat … adanya paling cuma roti barbari aja … maklum terdampar ditengah orang turko-azeri.
‘khanum Yulianti’ kirain mau bikin dendeng blado … kalau mau bikin dendeng blado sih, saya mau juga minta ah, buat bekel di jalan menuju ardebil. enak kan makan yang pedes-pedes di tempat yang dingin. (ardebil kota terdingin di iran).
leontiev wrote on Oct 30, ’05
boleh tahu dong nama keluarga-nya mbak Anky? terimakasih …
kebiasaan di iran & azerbaijan sejak jaman dulu (pra-islam), nama keluarga seseorang ikut nama keluarga ayah kandung.
kalau seorang perempuan menikah, nama keluarganya tak jadi berubah lalu jadi harus pakai nama keluarga suaminya, tapi tetap saja pakai nama keluarga semula yaitu nama keluarga ayah kandungnya.
mirip kebiasaan islam, ‘bin’ & ‘binti’ ayah kandungnya.
kalau di ‘barat’ kan repot ya, sebelum menikah perempuan pakai nama keluarga ayahnya, sesudah menikah harus ganti nama keluarga pakai nama keluarga punya suami.
lha kalau cerai kan jadi merepotkan, harus balik lagi ke ‘maiden name’.
juga lalu kalau nikah lagi dengan suami baru, harus ganti nama keluarga lagi pakai nama keluarga punya suami baru.
cahayahati wrote on Oct 30, ’05
annidalucu said
jadi terpikir Nida, namanya sekarang sudah panjang, kalau ditambah nama keluarga jadi tambah panjang deh D:
Disingkat-singkatlah barangkali nama tengahnya … hehehe
cahayahati wrote on Oct 30, ’05, edited on Oct 30, ’05
drake4life said
Trus waktu d sekolah, ga ada guru yg nyangka kl saya yg kelas 6 ama adik saya yg kelas 2 itu saudaraan krn nama kita emang beda 😀 dia dpt guru saya jg..Waktu adik saya bilang, gurunya jd bingung..warna kuliat dah beda bgt, namanya jg beda..
Hehehe … memang lucu ya Fariz …
Kalau di Jerman untuk orang Jerrman sebetulnya pemberian nama lebih kompleks lagi, hubungannya dengan keamanan katanya. Untuk nama keluarga tidak terlalu masalah karena anak kan otomatis ambil alih nama keluarga orang tua tapi kalau nama depan tidak bisa begitu saja misalnya seperti yang pernah aku dengar di Indonesia anaknya diberi nama misalnya Bintang Kejora, wowww …di Jerman nggak bakal diizinkan.
Pemilihan nama depan pun ada aturannya, kalau tidak ada dalam daftar di pengadilan musti ambil nama yang jelas dan ada sejarahnya.
cahayahati wrote on Oct 30, ’05, edited on Oct 30, ’05
leontiev said
adanya paling cuma roti barbari aja …
Lho saya kira mbak Leonie satu kota dengan mbak Dina ?? Tadi malam buka di mesjid, disediakan nasi apa ya .. entahlah warnanya kuning katanya khas Maroko uahh uenak … eit maaf nggak bermaksud membuat air liur mengalir …
Di Ardebil ada wisata menarik apa ??
cahayahati wrote on Oct 30, ’05
leontiev said
kalau di ‘barat’ kan repot ya, sebelum menikah perempuan pakai nama keluarga ayahnya, sesudah menikah harus ganti nama keluarga pakai nama keluarga punya suami.
lha kalau cerai kan jadi merepotkan, harus balik lagi ke ‘maiden name’.
juga lalu kalau nikah lagi dengan suami baru, harus ganti nama keluarga lagi pakai nama keluarga punya suami baru.
Tidak sestreng itu kalau di Jerman mbak Leonie … tergantung perempuannya mau atau tidak. Seringkali memang perempuannya juga dengan senang hati menerima nama suaminya.
Ibu kos saya dulu cerai dari suaminya, tapi dia tetap memakai nama suaminya, waktu saya tanya kenapa … dia bilang nama itu kan sudah jadi nama saya katanya. Kemudian ketika dia menikah lagi, dia pakai kedua nama suaminya. Cuma yang paling belakang itu nama suaminya yang baru.
Untung dia hanya 2 kali saja menikah, kalau seperti Liz Taylor yang sudah menikah 9 kali (??) repot juga ya … hehehe … nama akhirnya saja jadi ada 9 … huekekeke
bundakirana wrote on Oct 30, ’05
leontiev said
aih … pada heboh mau bikin ketupat pakai plastik ya? kirimin ke saya dong
Kak Leonie dateng aja ke Be’sat pas idul fitri, ok? Ntar keliling, enak2 pasti hidangannya (kecuali di rumahku, kayaknya paling ala kadarnya).
kalo dendeng balado..mmm…iya ya, good idea, meski saya gak pernah bikin euy.
Bikin gulai buncis itu jg gak pernah Mbak Anky, jadi bumbunya gak tau apa. Itu masakan wajib ibu saya kalo lebaran. Rencananya mau nelpon dulu, nanya2 resepnya. Nanti kalo berhasil saya upload di MP deh, hehehehe
(begini deh… masih gadis dimanjain ibu, udah nikah dimanjain suami, kapan pinter masaknya ya, hahahaha)
cahayahati wrote on Oct 30, ’05, edited on Oct 30, ’05
bundakirana said
begini deh… masih gadis dimanjain ibu, udah nikah dimanjain suami, kapan pinter masaknya ya, hahahaha
Hehehehe … karena itu mbak Dina bawaannya selalu riang karena selalu berada di tengah-tengah orang yang memanjakan ya …
Di sini tadinya ingin pada kumpul hari H-nya tapi ternyata hari H-nya nggak dapat tempat luas, jadi baru lebaranan hari Jumat malam. Padahal tahun lalu lebih asyik, karena lebaranannya di hari H, jadi di rumah masak ala kadarnya saja.
Lebaran ini jadi ‘terpaksa’ deh masak yang agak lain … gule buncis boleh juga neh mbak Din … kayaknya pakai ketupat enak, bumbunya barangkali bumbu gule biasa ya ?? Tapi sebagai ganti daging isinya buncis .. atau ??
bundakirana wrote on Oct 30, ’05
cahayahati said
bumbunya barangkali bumbu gule biasa ya
qiqiqiq…udah dibilang gak tau sama sekali…
ntar malam insya Allah saya nelpon ke padang ya, nanti saya kirim ke mbak Anky lewat PM, tapi jgn upload di MP loh, itu buat saya, abis, sampai detik ini saya gak pernah upload resep apapun, hahaha…
cahayahati wrote on Oct 30, ’05, edited on Oct 31, ’05
bundakirana said
nanti saya kirim ke mbak Anky lewat PM, tapi jgn upload di MP loh, itu buat saya, abis, sampai detik ini saya gak pernah upload resep apapun, hahaha…
Siiiip … tentu saja dong, akan kuhargailah : first publish first say … hehehe
ardhanamesvari wrote on Oct 31, ’05
namanya Vari “Ardhanamesvari Nuringtyas Aji” wah, gawat nih, dia bisa dikira anaknya Mr. Aji 🙂
cahayahati wrote on Oct 31, ’05
ardhanamesvari said
namanya Vari “Ardhanamesvari Nuringtyas Aji” wah, gawat nih, dia bisa dikira anaknya Mr. Aji 🙂
Hehehe … atau istrinya Mr. Aji … Nah yang ini kebenarannya masih terbuka …
bundakirana wrote on Oct 31, ’05
cahayahati said
sini tadinya ingin pada kumpul hari H-nya tapi ternyata hari H-nya nggak dapat tempat luas, jadi baru lebaranan hari Jumat malam
ternyata perkembangan di sini juga sama Mbak Anky, hehehe…akhirnya kami mau makan bersama juga, tapi kalo dulu abis sholat Id, skrg malam jumat-nya. Hmm…nyam..nyam…(membayangkan makanan enak, soalnya tetangga2 saya jago masak semua).
cahayahati wrote on Oct 31, ’05
bundakirana said
tapi kalo dulu abis sholat Id, skrg malam jumat-nya. Hmm…nyam..nyam…(membayangkan makanan enak, soalnya tetangga2 saya jago masak semua).
Di Indonesia sudah ada yang menetapkan Kamis hari Iednya ya mbak … kalau di Iran gimana ?? Nunggu Hilal juga kah ?? Di sini besok malam perlu menelpon mesjid nih, biar nggak ketinggalan shalat Ied.
Emang asyik ya … punya teman jago masak, apalagi kalau kita diundang saat ia memasak.
Ssst mbak Din … jangan batal ya .. saya mau masak resepnya mbak Dina terus opor, sambel goreng dan sambel. Hmmm … udah ngalir nih …
sriyulis wrote on Oct 31, ’05
aku ampe sekarang nggak pakai nama keluarga, Mbak Anky. Jadi ketika aku dikenalin ama istri Prof. manggil aku “Frau Yulis” lalu dia langsung salaman ama Abang dan bilang ” Herr Yulis” kesian deh suamiku, padahal dia ada nama keluarga (baru buat saat akan berangkat ke Jerman).
sriyulis wrote on Oct 31, ’05
cahayahati said
Dengar gulai buncis koq jadi mengalir air liur ini ya .. hmmm .. bagi-bagi resepnya mbak Din … susah nggak buatnya ??
haaaaaa…..kok selera kita sama nih Din..bener lho, aku malah udah mo buat hari selasa ini, bahan-bahannya udah beli sabtu kemaren. bedanya aku campur dikit ama nangka muda, kalb Fleisch (sapi muda yang ada tulangnya ), tapi bumbunya biasa aja sih, standar, makannya pakai lontong, sambel goreng ati dan krupuk emping…udah deh…dimakan rame-rame se Appartemen aja….
Mbak Anky ..minal aidin walfaidzhin ya.., kemungkinan besar pause dulu saat acara halal bilhalalnya…, mudah-mudahan ketemuan di Mesjid ya..?.
himma wrote on Oct 31, ’05
cahayahati said
Bagi sebagian besar orang Indonesia, nama keluarga memang tidak terlalu seragam, termasuk saya dengan ayah Sunda dan ibu Jawa. Tanpa nama keluarga saja, nama saya sudah 3 buah padahal kalau dibandingkan dengan orang Jerman, nama yang 3 buah ini sudah termasuk banyak
wah bicara nama klg jd ingat pengalaman pribadi nih…anak pertama saya lahir diindonesia diberi nama muhamad azhar abdurrahman gak ada nama bapaknya krn itu umum diindo,tp begitu kemesir pas ngurus perpanjangan paspor dan visa haji susah krn dikira muhamad anak saya dg mr azhar sdgkan padahal asli anak veridianto,maka ketika mau memasukkan nama anak kedua( ibrohim farid abdulloh) ke paspor umi drpd repot masalah besar diganti mjd ibrohim veridianto begitu juga anak ketiga ismail veridianto akhirnya segala urusan jd mudah walopun diprotes klg indonesia krn gak pake abdulloh dan ismail gak pake abdurrahim………….hihihi kok dah panjang yah duh maaf nih saking semangat mo crita.
leontiev wrote on Oct 31, ’05, edited on Oct 31, ’05
‘kantor pusat’ saya & suami sebenarnya di tehran, tapi kami sering ‘tugas jalan’ ke kota-kota lain dan ke desa-desa di seluruh iran, jadi tinggal di tehran-nya malah sedikit.
di Ardebil (satu dari 4 propinsi di iran yang dihuni etnis azeri/azerbaijani) wisata yang menarik (menurut saya), gunung Sabalan (gunung vulkanik-nya iran), mirip gunung Tangkubanperahu, enak buat hiking, ada sumber air panas alam, cagar alam, wisata agro (bunga untuk eksport, buah2an & sayur2an untuk eksport), juga ada peternakan lebah madu besaaaar sekali untuk eksport.
yah hitung2 ‘tombo kangen’ Bandung deh …
oya, seperti di tempat lain di iran, wisata ziyarah juga ada, ke imamzadeh … (orang iran hobby banget wisata ziyarah ke imam dan para imamzadeh, cuma di iran ziyarah ke imam hanya ada di satu tempat yaitu di mashhad, tapi kalau imamzadeh sih buanyak bertebaran di seantero iran)
di iran, etnis yang makanan pokoknya nasi/beras tinggal di propinsi mazandaran & propinsi gilan (dekat laut Caspia). etnis lain makanan pokoknya roti/nun. Alhamdulillah iran sudah swasembada gandum.
‘cerita’ swasembada gandum iran ini cukup menarik kalau dibandingkan dengan ‘cerita’ swasembada beras-nya indonesia di tahun 1980-an dulu, dari sisi kebijakan nasional di bidang pertanian, lingkungan (jadi inget kasus ‘ladang sejuta hektar’-nya kalimantan) dan juga kebijakan nasional di bidang teknologi.
cahayahati wrote on Nov 1, ’05
sriyulis said
bilang ” Herr Yulis” kesian deh suamiku
hehehehe … emang suliiitt banget kayaknya bagi orang Jerman mengerti bahwa kita orang Indonesia memiliki nama masing-masing.
Kalau di keluargaku kan aku nih Yulis yang nambah namanya tapi di Yulis malah Zul ya yang dapat nama tambahan …hehehe
cahayahati wrote on Nov 1, ’05
sriyulis said
bedanya aku campur dikit ama nangka muda, kalb Fleisch (sapi muda yang ada tulangnya ), tapi bumbunya biasa aja sih, standar,
Ini variasinya ya ??? Yuliiis … kalau Tauco belinya di Interfood atau Toko Asia depan Globus, terus namanya apa ya ???
Sama-sama Yulis ya … maaf lahir batin, taqaballallahu minna wa minkum dan minal aidin walfaidzin. Insya Allah kita ketemu di mesjid ya … shalat yang di bawah aja Yulis biar nggak perlu naik-naikkk ..
cahayahati wrote on Nov 1, ’05
himma said
hihihi kok dah panjang yah duh maaf nih saking semangat mo crita.
Nggak apa-apa … senang malah membacanya. Bagaimana negara lain membawa aturan yang lain.
Mbak Yuni, memangnya nggak boleh lebih dari satu nama keluarganya ?? Bukankah bisa ditulis misalnya untuk anak kedua Ibrohim Farid Abdulloh Veridianto misalnya …???
cahayahati wrote on Nov 1, ’05
leontiev said
‘cerita’ swasembada gandum iran ini cukup menarik kalau dibandingkan dengan ‘cerita’ swasembada beras-nya indonesia di tahun 1980-an dulu, dari sisi kebijakan nasional di bidang pertanian, lingkungan (jadi inget kasus ‘ladang sejuta hektar’-nya kalimantan) dan juga kebijakan nasional di bidang teknologi.
Wah tampaknya memang menarik ya … bila sempat boleh juga tuh mbak Leonie dibuat jurnalnya.
Saya baru saja lihat di wikipedia, ternyata memang suku Azerbaijani itu banyak juga ya di Iran, hampir 24% dari penduduk Iran yang berjumlah 69 juta.
Bila bekerja di Iran mungkin harus bisa baca dan mengerti bahasa Persia juga ya ?? Saya pernah bicara dengan orang Iran di sini, katanya mereka bisa membaca huruf Arab tapi tidak mengerti artinya.
bundakirana wrote on Nov 1, ’05
leontiev said
tapi kami sering ‘tugas jalan’ ke kota-kota lain dan ke desa-desa di seluruh iran,
senengnya…saya yg jauh lebih lama tinggal di Iran dibanding Kak Leonie malah jalan2nya baru ke 6 kota aja… tahun ini saya udah berhasil membujuk si Akang supaya jalan2 keliling ke kota2 yg terkenal dgn peninggalan sejarah, tapi…tiba2 hamil, batal semua deh…hehehe…
bundakirana wrote on Nov 1, ’05
sriyulis said
makannya pakai lontong, sambel goreng ati dan krupuk emping..
hehehe..Yulis, terus-terang, 6 thn di Iran, belum pernah saya se-semangat sekarang mempersiapkan hidangan lebaran. Ini gara2 diperbincangkan di ‘rumah’ Mbak Anky nih, ayo Mbak Anky tanggung jawab, heheheh…
bundakirana wrote on Nov 1, ’05
cahayahati said
bila sempat boleh juga tuh mbak Leonie dibuat jurnalnya.
ah percuma, saya dari dulu ngomporin Kak Leonie buat bikin jurnal nggak pernah berhasil, hahahaha…
bundakirana wrote on Nov 1, ’05
himma said
tp begitu kemesir pas ngurus perpanjangan paspor dan visa haji susah krn dikira muhamad anak saya dg mr azhar
kikikik…Mr Azhar itu siapa siiih (kabuuur…..!!!!)
btw, di Iran juga org2 sering repot gara2 nama keluarga, tapi herannya, tetap saja anak2 Indonesia yg lahir di Iran pada keukeuh gak dikasih nama keluarga. Waktu saya kasih nama keluarga ke Kirana, malah ada yg ngetawain, kok gaya2an gitu.
bundakirana wrote on Nov 1, ’05
cahayahati said
kalau di Iran gimana ?? Nunggu Hilal juga kah ??
iya, jadi sampai detik ini gak jelas nih, kapan Ied-nya
leontiev wrote on Nov 1, ’05
ya … bekerja di iran memang sebaiknya harus bisa bhs farsi. tapi selama ini saya banyak pakai ‘english’ juga bisa kok, bhs farsi-nya belajar sambil jalan (kayaknya bhs azeri saya lebih bagus daripada bhs farsi saya, hehehe …), soalnya iran kan bekas ‘jajahan’ (hehehe …) inggris dan USA, jadi banyak yang pinter english. juga banyak lho orang iran yang pinter bhs german.
cahayahati wrote on Nov 1, ’05, edited on Nov 1, ’05
bundakirana said
ah percuma, saya dari dulu ngomporin Kak Leonie buat bikin jurnal nggak pernah berhasil, hahahaha…
Mbak Din … ternyata saya dan mbak Leonie satu almamater SMAnya … lucu ya. Dunia demikian kecil … kikiki …
Sabaaaaaaaaar ajalah siapa tahu mbak Leonie suatu saat berminat menulis …
Saya dan mbak Dina orang pertama deh yang membaca … ya nggak mbak Din ..
cahayahati wrote on Nov 1, ’05
bundakirana said
kok gaya2an gitu.
Koq disebut gaya-gayaan ??? Bukan gaya-gayaanlah … tapi emang perlu dan emang jadi mudah dikenali kan kalau Kirana anaknya siapa …
cahayahati wrote on Nov 1, ’05
bundakirana said
iya, jadi sampai detik ini gak jelas nih, kapan Ied-nya
Iya nih … entar malam musti ngecek atau telpon, masaknya nanti malam saja lah …
sriyulis wrote on Nov 1, ’05
cahayahati said
Ini variasinya ya ??? Yuliiis … kalau Tauco belinya di Interfood atau Toko Asia depan Globus, terus namanya apa ya ???
Sama-sama Yulis ya … maaf lahir batin, taqaballallahu minna wa minkum dan minal aidin walfaidzin. Insya Allah kita ketemu di mesjid ya … shalat yang di bawah aja Yulis biar nggak perlu naik-naikkk ..
iya…biar gurih Mbak Anky…
Tauco..di Interfood: Soyabean souce kalau nggak salah. asiiiiiiin banget.
Iya..InsyaAllah ketemuan, abis sholat langsung ke Turm aja Mbak Anky…menikmati hidangan ala Turms. dan Kerkrade (biasanya sih)…..
cahayahati wrote on Nov 1, ’05
leontiev said
(kayaknya bhs azeri saya lebih bagus daripada bhs farsi saya, hehehe …), soalnya iran kan bekas ‘jajahan’ (hehehe …) inggris dan USA, jadi banyak yang pinter english. juga banyak lho orang iran yang pinter bhs german.
Asyik juga ya … bisa bahasa Farsi dan bahasa Azeri. Di Jerman salah satu teman saya juga orang Azeri, lucunya wajahnya campuran antara Cina dan bule. Matanya sipit tapi bola matanya biru, rambutnya pirang tapi kulit kuning.
Memanggggggg …. tetangga saya, toko kelontong, salon di sekitar rumah saya, ada yang milik orang Iran.
sriyulis wrote on Nov 1, ’05
bundakirana said
hehehe..Yulis, terus-terang, 6 thn di Iran, belum pernah saya se-semangat sekarang mempersiapkan hidangan lebaran. Ini gara2 diperbincangkan di ‘rumah’ Mbak Anky nih, ayo Mbak Anky tanggung
masa sih Diiin…kita sih selalu semangat lho “lumayan menghapus kerinduan suasana rumah dan keluarga” walau tak selengkap kalau di Palembang hiks hiks, tapi seru juga sih liat pada ketawa dan lahap hap…
cahayahati wrote on Nov 1, ’05
sriyulis said
…menikmati hidangan ala Turms. dan Kerkrade (biasanya sih)…..
Waaah … gerneeeee …. kalau begitu nanti aku bawa masakan juga ya, soalnya aku udah pamit ama bosku untuk bolos kerja. Erwin mah seperti biasa kerjaaaaaa … dan anak-anak sekolah …. Jadi sendirian saja nih ….
cahayahati wrote on Nov 1, ’05
sriyulis said
kita sih selalu semangat lho
Iya nih … Yulis and the gang … kayaknya rajin kumpul, bikin ngalir air liur neehh …
bundakirana wrote on Nov 1, ’05
sriyulis said
masa sih Diiin…kita sih selalu semangat lho
maksud saya, semangat bikin sendiri, biasanya kan bareng2, saya paling jadi yg disuruh2 belanja, potong2, dll (bukan koki asli, hehehe). Nah, baru kali ini mau terjun ke dapur sendiri, bikin masakan Padang pula, kasihan juga suamiku, gak pernah dimasakin asli Padang sama istri sendiri (kecuali kalo pake bumbu instant, hehehe)
himma wrote on Nov 1, ’05
cahayahati said
Mbak Yuni, memangnya nggak boleh lebih dari satu nama keluarganya ?? Bukankah bisa ditulis misalnya untuk anak kedua Ibrohim Farid Abdulloh Veridianto misalnya …???
hehehehe di mesir nama anak cuma satu kata belakangnya nama bapaknya belakangnya nama marganya misal sayyyed mahmud attiya(sayed namanya,mahmud bapaknya attiya marganya) aslinya org indonesia namanya panjang2 islami indinesia tp pas kita niru malah diketawain org mesir..mrk komentar wah anaknya mr verid bapaknya ganti-ganti………….trus dibacain ayuat nasab hihihihi jd kita ganti aza skrg semua nama satu plus nm abi.
cahayahati wrote on Nov 1, ’05
bundakirana said
Nah, baru kali ini mau terjun ke dapur sendiri, bikin masakan Padang pula, kasihan juga suamiku, gak pernah dimasakin asli Padang sama istri sendiri (kecuali kalo pake bumbu instant, hehehe
Hehehe … wah si Akang bisa-bisa ketagihan lho mbak Din …. dan minta terus dimasakkin … kikiki …
Soal memasak, aku juga masaknya ya pas-pasan lah … cuma untuk buat suami senang saja, tapi kalau untuk acara besar seperti lebaran nanti mah … wah banyak suhu masak di sini. Jadi …. samalah nasib kita, seksi pelengkap saja….
cahayahati wrote on Nov 1, ’05
himma said
di mesir nama anak cuma satu kata belakangnya nama bapaknya belakangnya nama marganya
OOooo begitu toh …. Orang Mesir punya marga juga ???? Saya kira hanya orang Batak saja yang bermarga …
himma wrote on Nov 1, ’05
bundakirana said
ikikik…Mr Azhar itu siapa siiih (kabuuur…..!!!!)
ssssssssst tar saya suruh mr azhar ngejar mba dina loh…………
sriyulis wrote on Nov 2, ’05
cahayahati said
nanti aku bawa masakan juga ya
waaaaaah…pakai bawa-bawa… nggak juga nggak papa kok Mbak Anky..InsyaAllah cukup, ada gulai nangka plus buncis tapi pedes, and kalb, ada gulai buncis +kohlrabi+tahu+kalb, tapi nggak pedes, sambal goreng ati pedes, emping, eh baru aja Mbak Fitri bilang klo dia akan buat tempe +teri medan asli (biasaaaa, sumbangan Irma waktu kakaknya ke sini kemaren)…. mudah-mudahan nikmat, tapi masakanku nggak sekomplit Te Ais dan Te lis yang bumbunya buanyaaaaaaak.. , tapi klo Mbak Anky mau bawa gerneee juga sihhh..
Kita semua sholat yang pagi : 08.30 , selesai itu langsung deh makan, jadi Mbak Anky di tunggu ya…….. kecian ya Mas Erwin, Abang juga cuma setengah hari kok urlaubnya………Salam aja dari kita semua….
cahayahati wrote on Nov 2, ’05
sriyulis said
jadi Mbak Anky di tunggu ya……..
Insya Allah … gerneeeeee sekaleeeee
Alhamdulillah. Dari dulu keluarga-ku sudah membudayakan memakai Nama Keluarga atau Father Name.
MB Von Dalhar,
Makasih, Mas MB. Tapi nama keluarga Dalhar yang Anda pakai itu tidak ada hubungannya dengan Mbah Dalhar Watucongol, ayah Mbah Mad, ‘kan? 🙂