Kisah Yani Mencari Mbak Rif’ah

Pindahan dari Multiply

URL: http://sraten.multiply.com/journal/item/2/Kisah-Yani-Mencari-Mbak-Rifah

Judul Asli: Kopdar Reef-Sekar-Wahyu Astuti
Yani Maria-Salatiga
Sumber: http://www.kompascommunity.com/index.php?fuseaction=home.detail&id=44068&section=21

Kopdar Pertama di Salatiga Jeng Zevie yang buaik, kokiers yang buaik buaik… apa kabar? Semoga sehat, hati gembira, pikiran waras, pekerjaan lancar, rukun, adem, ayem, tentrem.

Sabtu 25/8/2007, jam 5 sore saya cek hp saya setelah seharian dianggurin. Eh, ada SMS dari nomor yang tidak dikenal. Hp lama saya kecemplung (jatuh) dengan eloknya di lobang toilet bis malam Rajawali Solo-Bandung, beberapa minggu yang lalu, dan berakhir dengan tragis, RIP (rest in peace) dan data-data tidak terselamatkan (phone book, foto2 kenangan, video2 mesum eits ga dink, ga koleksi yang ginian hehehe). Oleh karena itu saya tebak-tebak buah manggis, siapa yang mengirim sms ini. Ternyata mbak Reef, mengajak ketemuan di rumahnya. Kebetulan saat itu Sekar dalam perjalanan ke Salatiga, hendak menginap di rumah mbak Reef. Mbak Reef pesan, kalau bisa hubungi Wahyu Astuti juga supaya kokiers dari Salatiga komplit hehehe. Sayang sekali sore itu saya tidak bisa join mereka kopdar karena ada arisan keluarga.
Saat mbak Reef sms, saya sedang berkutat di dapur dengan resep loaf pisang dari internet. Sekalinya saya masak kue (perdana), langsung buat santapan peserta arisan. (Ya Tuhan, semoga mereka yang memakan kue saya Sabtu malam tidak sakit perut, amin) hehehe. Dengan penuh perasaan, saya balas email mbak Reef, mohon maaf tidak bisa ikut kopdar sore itu. Tapi saya janji, besok (Minggu) pagi saya usahakan bisa ke rumah mbak Reef. Kapan lagi bisa ketemuan dengan kokiers? Ya nggak… Beserta itu pula saya kirimkan nomor kontak Wahyu Astuti, siapa tahu mbak Reef mau kontak dia juga. Tidak berapa lama Wahyu Astuti menelpon, ini telpon perdana Wahyu.
Selama ini kami hanya kontak lewat chatting di Gtalk, dan belum pernah mendengar suara dan bertemu muka (kalau intip2 profile di Friendster sudah pernah hehehe). Langsung saja Wahyu konfirmasi tentang agenda kopdar sore itu. Seperti yang saya sampaikan ke mbak Reef, saya tidak bisa kalau Sabtu sore, karena ada arisan keluarga. Wahyu Astuti bisa datang. Dia tanya ke saya, “Yan, mbak Reef tuh orangnya kayak apa tho? “. Blaik, saya saja belum pernah lihat foto dan ketemu je. Tapi kalau dari suaranya yang berat (hihihi… dibandingkan suara saya yang imut ehem), sepertinya mbak Reef orangnya gedhe, begitu informasi saya ke Wahyu. “Yah… ga cukup ya Yan. “, sepertinya Wahyu sudah menyiapkan souvenir untuk mbak Reef, kayaknya baju deh. Wah, gara-gara Wahyu sudah ada rencana nyiapin souvenir, saya jadi bingung sendiri. Waduh, ngasih apa ya, ke mbak Reef, Sekar, dan Wahyu. Sore itu sambil menunggu roti matang, saya obrak abrik lemari siapa tahu menemukan benda berharga. Yang ada hanya bon-bon dan kertas-kertas tak penting, sekalian beres-beres lemari ceritanya hehehe.

Malamnya, sepulang dari arisan, saya kirim sms ke Wahyu Astuti, menanyakan bagaimana acara kopdarnya dengan mbak Reef dan Sekar. Saat itu jam menunjukkan pukul 21.00. Jawaban Wahyu, “ini masih di rumahnya mbak Reef, seru yan. Besok bisa ya ketemu”. Gileeee… memang kalau 2 atau lebih kaum hawa bertemu pasti bisa makan waktu berjam – jam buat talk… talk… talk… hehehe. Ya sudah, saya kirim sms lagi ke Wahyu, besok pasti saya datang ke sana, pulang dari gereja, sekitar jam 9 pagi. Setelah saya sms Wahyu, saya bicara ke suami. “Mas, besok temani aku ke tempat temanku ya di Sraten (daerah tempat tinggal mbak Reef).” Suami saya bingung, emang kamu punya teman di Sraten. Nah ini dia… saya juga bingung menjelaskannya. Sewaktu pacaran dengannya, saya pernah minta diantar untuk ketemuan sama teman chatting saya di Yogya, duluuuu banget, dan teman chatting saya itu cowok. Ini kalau saya bilang mau ketemuan sama teman dari dunia maya, apa kata dia???? Akhirnya pelan-pelan saya cerita kalau beberapa waktu ini saya menulis beberapa artikel dan saya submit ke community kompas, namanya kolom kita.
Nah, kebetulan ada penulis kolom itu yang berasal dari Salatiga dan merencanakan ketemuan. Suami saya hanya manggut-manggut dan angop (angop tuh apa ya… menguap tanda ngantuk) trus bobok deh kita.

Minggu 26/8/2007, sepulang dari gereja, masih jam 8 pagi. Saya langsung ke dapur, menyiapkan bubur tim untuk anak saya. Baby (baca sayang) saya yang satunya lagi minta dibuatkan sarapan juga. Saya buatkan nasi tim ayam plus telur dan bayam untuk si kecil, sedangkan untuk yang tua saya buatkan sup dan telur kornet. Baru selesai masak jam 9 pagi. Teringat akan janji saya untuk ketemuan dengan mbak Reef, buru-buru saya telpon mbak Reef. Ternyata mbak Reef dan Sekar sudah menunggu saya dan rencananya mereka akan menunggu saya di jalan depan rumahnya mbak Reef supaya saya tidak kesasar. Buru-buru lagi saya siapkan anak saya dan sarapan dulu (laper je). Sepakat dengan suami, kami naik motor saja. Sraten dari rumah saya tidak terlalu jauh (dan benar-benar sangat dekat, hanya 5 menit!!) dan anak saya suka sekali naik motor. Mbak Reef pesan, rumahnya tidak jauh dari perempatan Sraten, pagar putih tinggi dan nanti mbak Reef akan nunggu di jalan, pakai baju merah. Ah, gampang… “Pada hari Minggu kuturut papa ke desa, naik motor istimewa kududuk di tengah…” begitu lagu yang saya nyanyikan sambil menikmati pemandangan sawah di kiri kanan yang saya lalui dalam perjalanan ke rumah mbak Reef.

Ternyata dari rumah saya ke rumah mbak Reef itu hanya jalan lurussssss truuuuusss ga pakai acara belak belok. Ndelalah sudah sampai di perempatan Sraten. Saya clingak clinguk kiri kanan, cari mana rumah pagar putih dan cewek berbaju merah. Kok ndak ada? Suami saya tanya, yang mana? Wah, kayaknya salah nih. Begitu saya mau kontak mbak Reef, eh ternyata hp saya bergetar, ada panggilan masuk. Spontan saya jawab “Hallo mbak Reef, kayaknya saya kebablasan deh.” hehehe ternyata iya. Mbak Reef tadi lihat ada orang pake baju ijo, naik motor, bawa bayi clingak clinguk. Ini pasti Yani hehehe. Ternyata kelewatan rumah mbak Reef, yang tidak berpagar putih (tapi abu2, silver), dan mbak Reef menunggunya bukan di jalan tapi duduk-duduk di depan rumah. Bertemu dengan mbak Reef dan Sekar cipka cipiki… kenalan sama suami dan anak saya. Wah… serasa kita ini teman sekolah yang sudah lama tidak berjumpa. Kayak sudah kenal berabad-abad lamanya. Setidaknya perasaan seperti itu yang saya rasakan.
Kami mengobrol di ruang tamu rumah ibu mbak Reef yang bernuansa tradisional Jawa dan sangat adeeeemmmmm (eh iya lupa, Salatiga khan emang adem hehehe). Anak saya mulai minta melantai. Dia asyik merangkak dijaga oleh papanya, dan saya asyik berbincang-bincang dengan mbak Reef dan Sekar. Sewaktu bersalaman, mbak Reef nyeletuk “ini lho Yani Maria yang lagi naik daun di koki” (aduh mbak kok naik daun thoooo??? Saya baru nulis dikit lho) dan suami saya sambil tertawa kebingungan berkata “lha saya nggak tahu dia itu nulis apa” hehehehe. Akhinrya Wahyu Astuti datang. Dari dalam sudah heboh terdengar suara Wahyu yang baru berjalan di halaman rumah mbak Reef. Hahahaha, akhirnya ketemu juga sama tetangga saya yang satu ini. Sekota kok nggak pernah ketemu, apalagi Salatiga gitu lho, segedhe apa sih? Untung ada mbak Reef yang mempertemukan kami ya, thanks to her.

Empat orang wanita, ditemani oleh seorang pria beristri dan anaknya, dilengkapi dengan jajanan sus kering dan bagelen, plus teh manis hangat, dan menyusul adalah bakwan jagung yang baru keluar dari penggorengan, obrolan kami berlangsung ringan, rame, dan penuh dengan canda tawa, tentang keluarga, pekerjaan, tulisan-tulisan di koki, kokiers, om JC, om Prabu, om Jhonny Lubis. Mbak Reef ternyata cerewet juga, adaaaaaaaaa sajaaaaaa bahan obrolan dengan dia. Seru!
Sekar, hahahaha ini dia. Cewek “tidak asli” yang membuat saya menganga karena ternyata dia satu tahun di bawah saya. Hahahaha asem, asem… tapi emang Sekar teopebegete… Wahyu, aduhhh mbak mbak… kita cengangas cengenges aja ya berdua. Kalau saya dan Wahyu seumuran. Di sepanjang obrolan kita, hp ber-ringtone Tukul “empat mata” nya sering banget bunyi. Ternyata ada temannya lagi curhat hahahaha. Kapan-kapan bisa dicurhati donk ya hehehe. Secara fisik, ketiganya jauuuuuh dari imajinasi saya sebelumnya. Mbak Reef saya pikir orangnya tinggi besar, soalnya suaranya gedhe. Ternyata yahh… kita ga jauh beda ya mbak, Cuma saya lebih berbobot hehehe. Sekar juga, perasaan foto di Friendster sama Lembayung dia kelihatan gedhe, ternyata kita juga tidak jauh beda.Wahyu juga… sama saja! Jadi kita berempat ini kelompok kokiers cewek yang cantik dan imut hehehe. Itu kesamaan kita hahaha. Tidak terasa sudah hampir 2 jam berlalu.

Sayang sekali saya tidak bisa berlama-lama dengan mereka. Pertama, anak saya sudah mengantuk dan lapar. Kedua, kami ada agenda wajib setiap minggu ke rumah mertua, acara temu kangen eyang dan cucunya. Saya tinggalkan rumah mbak Reef dengan penuh harap, semoga suatu saat kami dapat berjumpa lagi. Kemungkinan dalam waktu dekat saya mau ke Solo, mau nodong Lembayung hehehehe. Di akhir tahun ini saya berencana menghabiskan malam pergantian tahun di Yogya. Sekar menawarkan untuk kami menginap di padepokannya. Mbak Reef minggu ini sudah kembali ke Australia. Wahyu Astuti, kemarin diantar rame-rame ke kostnya di Semarang hehehe.
Zevie yang sudah bersusah payah mengelola koki, terima kasih atas semua jerih payahnya selama ini. Ini adalah kopdar tersukses dengan teman maya saya selama ini. Dan saya sangat beruntung bisa berjumpa dan berkenalan dengan kokiers yang tidak pernah saya kenal sebelumnya. Sama dengan kopdar2 sebelumnya yang diceritakan di sini, kami bertemu dan berkata-kata seolah sudah kenal lama. Maju terus koki, dan selamat ulang tahun yang kedua yaaaa…..

Salam manis untuk mbak Reef, Sekar, dan Wahyu Astuti. Terima kasih untuk perbincangannya Minggu siang yang teduh di Salatiga. GBU.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *