Lagu-lagu Soneta Dalam Cerita
KERINDUAN di HATIMU DAN HATIKU mekar bagaikan BUNGA SURGA, SYAHDU bak MELODI CINTA, manis ibarat GULALI, tulus tanpa TERPAKSA tanpa BIMBANG, tak lagi BEKU di saat PERTEMUAN yang penuh PESONA. CUMA KAMU yang membuatku TERPESONA, walau ku harus MENUNGGU namun PERJUANGAN DAN DOA tak kan STOP di sini. PENGORBANAN apapun TAK KAN LAGI memberatkanku. BADAI FITNAH berselimutkan TABIR KEPALSUAN bukanlah penghalang. MISTERI CINTA tidaklah menakutkan. NASIBKU yang PEDIH telah BEBAS dari DERITA sejak HUBUNGAN kita yang penuh ROMANTIKA ini.
Aku pernah PENASARAN denganmu hingga kutanya CAMELIA dan ANI temanmu, juga PUJANGGA gurumu itu (tapi ini bukan GHIBAH tentangmu). BANYAK JALAN MENUJU ROMA, kata mereka. 1001 MACAM cara mendapatkan cinta. Semua cara TERSERAH KITA. Bersikaplah PERAMAH dan BOLEH SAJA kamu beri dia PANTUN CINTA yang romantis dan PANTUN PINUNTUN yang penuh fatwa. Atau ajaklah dia KE MONAS atau olah raga LARI PAGI setelah sembahyang subuh, tapi ingat JAGA DIRI jangan tergoda hal-hal HARAM dan jangan DENDAM karena PERSAINGAN dengan LELAKI lain. Jaga CITRA CINTA jangan kalian nodai. Jadilah suami yang TAQWA dalam BAHTERA CINTA kalian di MASA DEPAN nanti. Maka BERSATULAH kalian dalam rumah tangga di bawah naungan MARDATILLAh (rida Allah). Begitu kata mereka.
Yang, SAYANG, aku memahami nasihat mereka namun aku TAK DAPAT TIDUR, entah MENGAPA saat itu. Bukan BEGADANG yang tak perlu. Mungkin karena aku bagai MUSAFIR dengan BAJU SATU KERING DI BADAN, tak sepadan denganmu yang punya HARTA dan RUPIAH. Aku bagaikan lilin sedangkan kamu PURNAMA. PERBEDAAN kita seperti KUNANG-KUNANG dengan BULAN BINTANG yang membuatku sempat bersikap PERSETAN dengan cinta dan hampir PATAH HATI karena takut KEGAGALAN CINTA. Namun TAK TERDUGA ketika kutanya kamu YANG MANIS SIAPA YANG PUNYA, kamu jawab, “Yang punya yang bertanya”. Aku pun bahagia karena kita saling JATUH CINTA. Ingin aku BERDENDANG sambil kumainkan PIANO dalam menyambut MUSIM CINTA ini, lalu pada interlude kupetik GITAR TUA. Notasi DO MI SOL bahkan “re, la la fa la la re,” tak terlewatkan. Biarlah mayor. Nanti kita temui juga minor. Oh indahnya ADUHAI bercinta sambil menyanyi duhai lebih syahdu. Sungguh MASYA ALLAH gembiranya hatiku walaupun kadang aku gemetar TERKESIMA karena matamu tajam sekali menusuk jauh ke lubuk hati. Namun akan kuteruskan memetik DAWAI ASMARA dan mencurahkan isi hati melalui lagu. Agar DERITA DI BALIK TAWA benar-benar RAIB entah DI MANA KE MANA, dan berganti dengan senyum-tawa renyah ceria yang sesungguhnya dalam SENANDUNG RINDU kita, rindu seGALA-GALAnya.
Leave a Reply