Mengejutkan, Rhoma Irama Tampil di Zona 80 Metro TV
Pindahan dari Multiply
URL: http://mp80an.multiply.com/journal/item/46/Mengejutkan_Rhoma_Irama_Tampil_di_Zona_80_Metro_TV
Mengejutkan atau aneh? Metro TV yang selama ini saya kenal sebagai stasiun TV yang konsisten antidangdut, tadi malam menampilkan Rhoma Irama dan Soneta Group di acara Zona 80 dalam episode “King of Dangdut”.
Berdasarkan pengamatan saya di berbagai komunitas 80-an, Rhoma Irama dan dangdut tidak pernah disinggung. Kalaupun disebut, paling-paling hanya berupa komentar, tidak pernah menjadi thread utama sebuah diskusi. Saya dapat memaklumi, karena “segmen” 80-an adalah penggemar musik pop, tidak termasuk dangdut yang merupakan musik kelas bawah.
ketanserundeng wrote on May 19, ’08
daku juga kagetz… heheheh.. langsung pindah channel deh
liverpool76 wrote on May 19, ’08
apa-boleh buat – metro tv juga sebuah badan komersial
salam
lanangjaka wrote on May 19, ’08
Jadi nggak exlusive…secara Rhoma udah sering tampil di tipi tipi dangdut dengan lagu lagu yang itu itu juga…..
rikad wrote on May 20, ’08
Karena usah nggak laku di kalangan anak muda jaman sekarang, jadi cari pasar di kalangan orang ‘tua’
anjarwsmn wrote on May 20, ’08
emang kenapa gitu ???? kan doi juga bag dari 80an kan ???
membumbung wrote on May 21, ’08
“Saya dapat memaklumi, karena “segmen” 80-an adalah penggemar musik pop, tidak termasuk dangdut yang merupakan musik kelas bawah”
wakakakakakakak…. dangdut musik kelas bawah ?? masa’ siih ???
musik adalah musik… tidak ada kelas kelas an….
tob4b1 wrote on May 21, ’08
dangdut kelas bawah???
jadi pop lovers kelas atas?
kelas medium apa?
sahnon wrote on May 21, ’08
hehehe pasti jadi kontroversi 🙂
tapi itulah dinamikanya, jadi tambah seru heheheh (ngakak lagi )
wp03sp4n wrote on May 21, ’08
kaget juga sich waktu Bang Rhoma muncul d zona 80.. gw tungguin, kli ajah ada “something special”, ternyata smp pertengahan acara, koq begitu2 saja… Bang Rhoma yg ngomongnya datar tanpa ada tekanan yang gimanaaa gitu (serasa mati segan hidup tak mau).. Yach rencana mo nonton smp abis, jadi berubah matikan tv, masuk kamar & tidur dh…
adiasmana wrote on May 21, ’08
setuju..gue juga kaget pas liat kok ada rhoma disana…mungkinkah zona 80 mencoba untuk lebih global dalam menayangkan hal2 yg berbau 80an? Jadi semua hal, di musik bukan hanya pop? tapi tetep siy, kalo pendapat pribadi, rada males liat rhoma-nya. hehehe. Peace!
tob4b1 wrote on May 21, ’08
adiasmana said
rada males liat rhoma-nya
siapa yang ngga?
Never had a problem ama dangdut….cuma ama Bang OMA….haduuuuhhhhhh!
ahmadabdulhaq wrote on May 21, ’08
Terima kasih atas tanggapan teman-teman.
Soal dangdut kelas bawah, hal itu memang diakui sendiri oleh Rhoma Irama. Kelas bawah adalah sasaran musik dangdut.
Coba simak petikan wawancara Gatra berikuit ini:
Sumber: http://soneta.freehostia.com/kliping/berkat_revolusi_sang_raja.htm
lilass1051 wrote on May 21, ’08
Walah, dangdutnya Evie Tamala, Ikke Nurjanah aku sempet ngefans kok. cuma kalo Kak Rhoma, kayaknya males, kebanyakan gosip miringnya….hihihi…
assobrudhia wrote on May 21, ’08
hehehe, walaupun gw anak kelas bawah koq gw gak suka Dangdut yah.
mungkin dangdut dianggap musik kelas bawah gara2 lagu “Termiskin di Dunia”
*Hamdan ATT Rulez !!!*
chenielz wrote on May 21, ’08
Penyanyi dangdut jadul kan banyak juga dulu ya, kayak A. Rafiq and Elia Khadam (bener gak nulis namanya yaa…?). Bosen banget ama Roma Irama… terlalu banyak skandalnya…
masekonugroho wrote on May 29, ’08
wah ya ga ada masalah …………
asal yg diputar lagu2 rhoma 80-an ……….
mungkin ada yg lupa, setelah di awal2 80-an Rhoma dicekal di TVRI krn kedekatan dg PPP kemudian tampil lagi utk pertama kalinya di TVRI tahun 1988 dengan lagunya yg berjudul “JUDI”.
arifr wrote on Jun 10, ’08
Lho kok dangdut kelas bawah? marsudnya sampeyan gimana? Emang sampeyan kelas apa? Trus kategori kelas berdasarkan apa?
ahmadabdulhaq wrote on Jun 11, ’08
arifr said
Lho kok dangdut kelas bawah? marsudnya sampeyan gimana? Emang sampeyan kelas apa? Trus kategori kelas berdasarkan apa?
Saya pernah naik Garuda Indonesia, di kursi saya tersedia beberapa saluran musik yang bisa didengarkan dengan menggunakan earphone bawaan kita sendiri. Dari sekian banyak jenis musik yang disediakan, ternyata dangdut tidak ada dalam satu pun saluran. Yang ada hanyalah pop, klasik, jazz, dan rock. Ini sudah cukup membuktikan bahwa dangdut tidak dapat diterima di komunitas kelas ekonomi menengah ke atas.
Coba Anda perhatikan. Di mal, plasa, hotel, bandara, restoran cepat saji, dan sebagainya. Emang pernah musik dangdut terdengar di sana? Terkecuali tempat-tempat karaoke atau toko kaset di mana pengunjung bisa memilih sendiri musik yang bisa diputar. Tapi kalau musik untuk menemani pengunjung berbelanja, belum pernah terdengar dangdut diputar.
Penggolongan dangdut ke kelas bawah juga tak lepas dari tema-tema lirik musik dangdut yang kebanyakan mewakili orang-orang dari golongan ekonomi lemah.
Maaf, Mas Rahmawan. Saya bukan pakar yang pandai menganalisis musik dangdut. Maka ijinkan saya mengutip kolom Fachry Ali yang pernah dimuat di Majalah Gatra. Sumber: http://soneta.freehostia.com/kliping/rhoma_irama_fachry_ali.htm
“Masalahnya mungkin terletak pada cultural schism (perpecahan budaya) antara penganut musik dangdut dan pop, seperti yang saya rasakan di masa remaja, di pinggiran selatan Jakarta. Konstituen musik pertama, secara budaya, terkategorikan “rendah” dan tak memiliki selera budaya kota. Mereka, pada umumnya, tinggal di desa-desa dengan tingkat pendidikan yang tak terlalu tinggi. Pendukung musik kedua sebaliknya. Berselera tinggi, hidup di kawasan perkotaan, dan di atas semuanya berpendidikan relatif tinggi. Maka, sekali lagi, seperti yang saya saksikan, murid sekolah umum yang telah mencapai pendidikan tingkat menengah ka atas di kawasan Pasar Minggu pada 1970-an cenderung mencemooh dangdut. Dunia pendidikan, dalam konteks ini, adalah alat emansipasi intelektual. Tapi dalam konteks kultural, pendidikan itu sendiri telah menciptakan watershed, yang memisahkan struktur selera budaya lampau dengan kekinian. Di sini walau secara geografis tetap berada di tempat yang sama, seseorang yang telah terdidik diharuskan melakukan migrasi kultural.”
Saya di kelas apa? Jawabannya ada di homepage Multiply saya. Makasih, Mas Arif.
herparingan wrote on Jun 19, ’08
si kang Abdul Haq mungkin cuma keceplosan. Ada satu kata yang kesingsal (nylempit atao apalah, yang pasti gak keliatan gitu). Kata itu adalah “dianggap”. Jadi mungkin kalimat kang Abdul Haq adalah “….., tidak termasuk dangdut yang dianggap merupakan musik kelas bawah.”
Cuma bagi saya Zona 80 nampilin dangdut gak ada masalah, meskipun zaman waktu itu (80an) dangdut masih dianggap kelas bawah. Dan aku sendiri gak setuju (waktu itu) tema dangdut dianggap mewakili kaum ekonomi lemah. Toh lagu-lagu pop manis waktu itu (bahkan sampai saat ini) temanya gak jauh beda. Masih sekitar cinta dan wilayah antara dua paha. (ada yang pernah ngitung gak, berapa persen lagu baik dangdut maupun non dangdut yang digubah bukan dari alasan tadi?)
Bahkan aku sering ngeledek kalo pas ketemu orang yang lagi asik ngedengerin lagu pop manis. “Yah katanya gak suka dangdut, tapi kok lagu yang didengerin gak beda….”
Dan lagi, kalo dulu dianggap anak bawang dangdut sekarang jadi mesin uang (kayaknya). Liat aja begitu menyemutnya orang pengin jadi penyanyi dangdut. Dan kalo diliat dari kontes-kontes nyanyi tipi, kayaknya yang ngambil jalur dangdut itulah yang bener-bener profesional. Karena yang ngambil jalur dangdut itu, kalah menang pasti jadi bintang. Entah itu di kondangan atau di event lain yang pasti akan menampilkan dangdut. Sementara yang di luar itu. Masih ngantri pengin nyanyi. Hi hi hi hi
ahmadabdulhaq wrote on Jun 20, ’08
herparingan said
mungkin kalimat kang Abdul Haq adalah “….., tidak termasuk dangdut yang dianggap merupakan musik kelas bawah.”
Makasih sudah keparingan koreksi, Mas Her.
Kata yang kesingsal itu nylempit di laci mejanya pengamat musik dan sekarang sudah dikembalikan 🙂
yuzefhr wrote on Nov 1, ’08
Hangat juga diskusi disini, saya baru tahu, ternyata ini sudah lama ya… Yang jelas, saya senang dengan Keberadaan rhoma dalam acara apa aja. ngongol dikit di film orang lain, atau sekedar gambar nya saja dalam film orang lain saya sangat senang itu. 🙂 nah… loo
arielmontasik wrote on Nov 12, ’08
eits……. bang haji kelas atas dong. liat gosip2 dia dan prestasi dia termasuk menjadikan dangdut sebagai top music di indonesia. buktinya sekarang kalo ada acara2 di tv swasta diluar TPI pasti dangdut dihadirkan. ya kan…
bang haji hebat lha..
muizimam wrote on Nov 21, ’08
ikutan nimbrung nih…;-)
kalo bicara soal musik…he..he…he sama halnya bicara soal rasa (makanan kaleee)…
Selera setiap orang berbeda-beda…ada yang suka asin..manis..asam atau pahit
bagi saya sendiri musik bertujuan untuk menghibur hati, mengenang masa lalu atau bisa juga untuk melupakan sejenak permasalahan yang ada…so… pendapat saya sendiri, tidak ada musik kelas atas, kelas menengah atau kelas bawah, semua kelas sama (kelas seni musik).
Jadi karena itu saya suka musik dangdut, daerah, melayu, pop, rock, gambus, keroncong,…barat, india, bla..bla..bla….;-) pokoke yang bisa menghibur hati ….he..he..he (dasar marukh alias serakah).
Itu pendapat saya loh….orang lain mungkin beda…
yang penting saling menghargai OK..
dangdut bagian dari budaya indonesia, bang rhoma punya karya yg diakui dunia, yang komen miris….bisa apa..? menghargai karya orang adalah bentuk mengukur kemampuan diri, sudahkah kita mempunyai manfaat buat orang lain..? jika tidak kita termasuk “sampah” yang tidak bisa dijual
Hanya rhoma yg bisa buat lagu sekaligus nyanyi sekaligus dan main musik koreografi sekaligus memimpin band dengan aliran berbeda.
Orang yg gk tau tentang dangdut bodoh, gk gaul kampungan,hhhaa