Puisi “Perempuan yang Berziarah ke Makam Suaminya”
Puisi ini dibacakan oleh Firsta Auliany Decia Radius (STA 2013) dalam acara Hari Kartini Inspektorat Jenderal Kementerian Keuangan (Itjen Kemenkeu), 21 April 2017, yang kemudian agak viral di WhatsApp.
Perempuan yang berziarah ke makam suaminya
Siang masih terik-teriknya
Matahari garang bagai melampiaskan amarah
Pekuburan tua itu nampak lengang saja tanpa suara
Desau angin sesekali mengusik ilalang yang tumbuh semaunya
Perdu dan kamboja meneguhkan sunyi sebagai jatidiri satu-satunya
Perempuan tua yang sedari tadi bersimpuh di tepi makam itu
Memecah sunyi dengan bisikan lembut
Mas,
hari ini aku datang lagi
Mengunjungimu karena rindu
Maafkan aku yang lama tak mampir ke sini
Kamu jangan marah ya
Mas,
hari ini hari kartini
Lihat kebaya yang kupakai
Kebaya ungu ini kesukaanmu
“Kamu cantik dengan kebaya itu dek..”, begitu katamu
Pujianmu melambungkan hatiku
Lebih dari apapun Mas
(mata perempuan itu menerawang jauh, mengenang segala yang bisa dikenang sambil menahan gemuruh rindu di dadanya)
Mas,
anak-anak kita sudah besar sekarang
Si sulung yang baru kelas dua SD saat kau pergi
Sekarang sudah sukses jadi pengusaha
Suaminya pejabat tinggi lho
Anak mereka dua, perempuan dua-duanya
Ah, lucu sekali mereka
Mereka sering menanyakanmu
Eyang di mana?
Aku sering membayangkan dirimu menggendong mereka
Mengajak mereka berlarian di kebun kita
Memancing di kolam pekarangan belakang rumah
Atau sekedar membacakan cerita
Ah, aku rindu padamu Mas
(air mata mulai menetes membasahi reruputan kuburan, makin dalam perempuan itu tertunduk, desau angin berhenti, bagai mengerti dan berbagi empati)
Mas,
si bungsu tak kalah sukses lho
Kamu ingat kan, dia masih belum TK saat kamu pergi
Ia suka sekali memelukmu
Kamu hangat katanya
Saat dia demam, aku tak pernah memberinya obat
Kamu hanya memeluknya semalaman
Keesokan harinya dia sudah lincah kembali
Kamulah obat bagi dirinya mas
Obat segala derita kami
(isak tangis mulai tak tertahankan, perempuan itu menyeka matanya dengan ujung kebaya)
Mas,
Ia baru saja tamat kuliah di Eropa
Iya, si bungsu kesayanganmu itu
Kariernya bakal cepat menanjak di pemerintahan
Apalagi wajahnya persis dirimu, penuh ambisi, nggak mau kalah
Suaminya anggota DPR
Mereka juga memberi kita cucu dua
Cucumu yang sehat, baik dan lincah
Kamu pasti bahagia, aku tahu itu
Mas,
kamu sedang apa di sana
Aku tadi masak sop kesukaanmu
Aku letakkan di ujung meja makan kita
Tempat kamu biasa duduk menikmati
Dengan segelas teh hangat, persis kebiasaanmu
Aku ingat, kamu selalu menghabiskan apapun yang kumasak untukmu
Tak ada keluh, tak ada wajah tak suka
Tak ada yang tersisa di piringmu
Kecuali senyum mempesonamu itu Mas gantengku
(Perempuan itu berusaha tersenyum, tapi ia gagal, yang terdengar sekali lagi hanya isak tangis tertahan, dan desau angin yang mengganggu istirahat ilalang)
Mas,
Rumah kita sepi sekali sekarang
Anak-anak sudah ikut suami mereka
Jauh dari rumah kita
Sesekali mereka mampir, kadang sendirian, kadang bersama keluarga
Gelak tawa menghiasi rumah kita
Persis nasihatmu dulu, rumah ini rumah tawa, tak ada yang boleh menangis di sini
Tapi itu hanya sesekali mas
Selebihnya tetap sepi yang jadi temanku, sahabat sejatiku
Kuhabiskan waktu dengan merawat mawar di halaman rumah
Merapikan taman kecil di samping kamar kita
Atau sekedar memberi makan ikan di kolam belakang
Tapi waktu berlalu sangat lambat mas
Kesepian ini sungguh menyiksaku
Mas,
Anak-anak kita pasti sibuk sekali
Mereka jarang ke sini ya?
Maafkan mereka ya
Seperti katamu dulu
Kebahagiaan mereka juga kebahagiaan kita kan?
Semua yang kita lakukan untuk kebahagiaan mereka
Mas,
Kamu tahu nggak, kadang aku sengaja menelepon mereka dari sini
Di atas makammu
Aku ingin bercerita banyak dan panjang
Kita berempat, seperti dulu
Tapi si sulung bilang dia sedang meeting
Maaf ya Bu, nanti kutelepon balik, begitu katanya
Tapi ia tak kunjung meneleponku
Mungkin dia lupa
Si sulung tak bisa kutelepon mas
Tapi lumayan, ada suara merdu dia di mailbox nya
Berkali-kali kutelepon, hanya untuk mendengar suaranya di malibox itu
Ya Tuhan, aku kangen sekali mereka
Aku kangen kamu mas
Kita berempat seperti dulu
Mas,
Sudah kutunaikan janjiku padamu
Membesarkan anak-anak kita dengan jiwa ragaku
Seluruh jiwa ragaku mas
Kamu pasti tau itu
Tak kupikirkan diriku sendiri
Penyakit yang menggerogoti tubuh ringkih ini
Dokter yang memaksaku istirahat
Aku tak peduli Mas
Aku hanya peduli janjiku padamu
Aku hanya peduli anak-anak kita
Dan kebahagiaan mereka
Mas,
Aku di sini saja ya
Aku tak ingin pulang
Aku ingin selalu bersamamu
Dunia di luar begitu sepi
Di sini aku bahagia
Membayang dirimu
Satu-satunya lelaki yang kepadanya pernah kukatakan cinta
Mas,……
Aku ikut kamu saja ya
Jangan pernah tinggalkan aku lagi
Biarkan aku memelukmu dan mendengar suaramu berbisik di telingaku
“selamat hari kartini dek, kamu cantik dengan kebaya itu”
Cibinong, 20 April 2017
CWL
Leave a Reply