
Nama : Nurul Qomaril Arifin
Lahir : Bandung, 18 Juli 1966
Agama : Islam
Pendidikan : - SMA Cikutra, Bandung, lulus 1986
- Kini mahasiswa extension FISIP UI
Karir : - Gadis Logo (1982)
- Ratu Disco 1984 Bandung
- Nominee aktris terbaik pada FFI 1988 lewat film Istana Kecantikan, membintangi sejumlah film dan sinetron
Kegiatan Lain : Aktivis pencegahan AIDS/HIV dan narkoba, Yayasan Pelita Ilmu dan Yayasan Cinta Anak Bangsa
Keluarga : Ayah: Mohammad Jusuf Arifin (almarhum)
Ibu: Annie Arifin (almarhum)
Suami: Mayong Suryo Laksono
Anak: 1. Maura Magnalia
2. Melkior Mirari
Alamat Rumah : Puri Cinere, Jalan Ciloto II/25, Cinere, Jakarta Selatan
Telepon (021) 7542972
|
|
Nurul Arifin
WAKTU kecil, ia tak pernah bercita-cita jadi bintang film. Ia terlahir bukan dari keluarga seniman. Ayahnya, Mohammad Jusuf Arifin, anggota TNI Angkatan Darat. Ibunya, Annie Arifin, ibu rumah tangga biasa. Kesembilan kakaknya tidak ada yang terjun di dunia seni, apalagi film. Demikian pula adik satu-satunya. €œWaktu kecil saya bercita-cita jadi ahli hukum,€ ujar Nurul.
Tapi, kelas dua SMA, 1984, Nurul malah jadi foto model. Pernah terpilih sebagai Gadis Logo 1982 dan Ratu Disko 1984. Lalu ia turut membintangi film Hati yang Perawan, disutradarai Chaerul Umam.
Namanya melejit lewat perannya sebagai Kirana dalam film Naga Bonar, 1986, arahan sutradara M.T. Risyaf. Naga Bonar meraih enam Piala Citra pada Festival Film Indonesia (FFI) 1987. Tawaran main film pun terus membanjir. Pada FFI 1988, namanya masuk sebagai nominee lewat Istana Kecantikan.
Ketika perfilman lesu, 1990-an, Nurul membintangi Surat untuk Bidadari garapan sutradara Garin Nugroho. Demi film tersebut, ia rela menghitamkan kulitnya yang putih dengan berjemur selama sepuluh hari. €œJuga menghitamkan gigi dengan makan sirih pinang,€ ujar Nurul. Karena ia berperan sebagai orang Sumba.
Saat televisi swasta bermunculan, Nurul pun panen. Sejumlah sinetron ia bintangi. Tak peduli tema ceritanya ecek-ecek atau bagus. Ia sukses berperan sebagai dokter Halimah di sinetron Kupu-Kupu Ungu produksi Persari Film. Tapi, kini setelah tujuh belas tahun berkecimpung di film dan sinetron, ia tinggal pilih: €œKalau mau main, ya, main. Kalau enggak, cari aktivitas lain.€
Sejak tahun 1997, Nurul aktivis pencegahan AIDS/HIV dan narkoba. Sejak tahun 1999, ia sering berbicara tentang kesetaraan gender. Maka, di samping kuliah di Fakultas Ilmu Sosial dan Politik Universitas Indonesia, Nurul sibuk menghadiri undangan ceramah sampai ke Merauke, Irian Jaya.
€œKadang ceramah tentang narkoba honornya cuma sajadah, atau tidak dibayar sama sekali,€ kata Nurul, yang sudah bergelar hajah ini. Tapi ia mengaku senang.
|