Tragedi Bali adalah Kejahatan Kemanusiaan - JIL Edisi Indonesia
Halaman Muka
Up

 

Wawancara
22/10/2002

K.H Hasyim Muzadi: Tragedi Bali adalah Kejahatan Kemanusiaan

Oleh Redaksi

Tragedi Bali itu harus dilihat sebagai kejahatan kemanusiaan. Titik. Sehingga, apabila pelakunya tertangkap, maka perlu diterapkan hukuman yang setimpal. Dalam arti, mengadili kejahatan kemanusiaan itu sendiri.

Bagi K.H Hasyim Muzadi, sikap saling curiga akan semakin marak bila pemerintah lambat mengusut pelaku pemboman Bali pekan lalu. Inilah yang diharapkan oleh provokator paska-tragedi Bali yang merenggut nyawa ratusan orang itu. Untuk lebih memperbincangkan kasus tragedi Bali 12 Oktober 2002, Komunitas Islam Utan Kayu selain mengundang KH. Hasyim Muzadi, juga menghadirkan Dr. Syafi’i Ma’arif, ketua PP. Muhamadiyah, dan Muslim Abdurrahman, intelektual muslim. Wawancara dengan ketiga tokoh ini dipandu oleh Ulil Abshar-Abdalla dalam acara “Agama dan Toleransi”, di kantor berita Radio 68H Jakarta, 17 Oktober 2002.

Berikut petikan wawancara dengan Ketua Umum PBNU yang juga pengasuh Pondok Pesantren Mahasiswa al-Hikam, Malang:

Pak Hasyim, sebagai Ketua Umum PBNU, bagaimana tanggapan Anda atas tragedi pemboman Bali, 12 Oktober lalu?

Tanggal 14 Oktober yang lalu, kita --bukan hanya NU, tapi seluruh pemuka agama yang ada-- sudah mengadakan kesepakatan. Ketika itu, Pak Syafi’i Ma’arif (Ketua Umum PP. Muhammadiyah) berhalangan dan digantikan wakil beliau, Pak Rosyad. Tapi secara keseluruhan seluruh tokoh agama-agama hadir.

Hasil kesepakatan dari pertemuan itu adalah mengecam dan mengutuk keras tragedi Bali itu. Tindakan itu (meledakkan bom di Bali, Red) bukan merupakan ajaran agama, bahkan larangan agama. Ini karena merusak lingkungan sosial, bahkan alam. Oleh karena itu, para tokoh lintas agama berharap, bila pelaku-pelaku pemboman itu nantinya tertangkap, jangan sekali-sekali dihubungkan dengan agama atau institusi agama tertentu.

Jadi, misalnya, yang tertangkap adalah tokoh beragama Islam, berarti jangan dibawa-bawa Islamnya?

Ya, jangan dibawa Islamnya! Ataupun, bila pelakunya kebetulan beragama Katolik, jangan dinisbatkan ke agamanya. Ada statemen dari seorang Kardinal yang menurut saya menarik. Menurutnya, seorang yang beragama, kemudian mengerjakan kejahatan, sesungguhnya sedang bertindak menentang agama yang dia peluk sendiri. Maka, tidak adil rasanya kalau kemudian tragedi semacam ini diseret-seret ke komunitas agama tertentu.

Sebagian opini mengait-ngaitkan tragedi Bali itu dengan Islam. Kesimpulan opini itu mengatakan bahwa pemboman Bali adalah rekayasa asing yang diarahkan untuk menyerang Islam. Apa yang harus dilakukan umat Islam kini?

Saya kira, secara timbal-balik mesti ada koreksi. Komunitas non-muslim, tidak boleh mengaitkan pemboman ini dengan Islam. Sementara kalangan muslim, jangan lantas merasa bahwa itu gerakan menghancurkan Islam.

Nah, sekarang ini dari dua belah pihak, terjadi sebuah kerancuan. Negara-negara Barat menuduh dengan tuduhan berbau agama bahwa terorisme ada kaitannya dengan Islam, sementara kelompok muslim sendiri, punya persepsi seakan-akan perbuatan itu harus dibela melalui agama. Ini salah semua!

Tragedi Bali itu harus dilihat sebagai kejahatan kemanusiaan. Titik. Sehingga, apabila pelakunya tertangkap, maka perlu diterapkan hukuman yang setimpal. Dalam arti, mengadili kejahatan kemanusiaan itu sendiri.

Apa yang Anda harapkan dari pemerintahan Megawati menyikapi tragedi Bali?

Ada beberapa hal, saya kira, yang penting dirumuskan Presiden Megawati. Pertama, harus merangkul seluruh gerakan-gerakan dan elemen intelijen yang kita punya, untuk mendeteksi dan mengungkap tragedi ini. Dengan demikian, kita tidak bergantung pada intelijen asing.

Kedua, harus berhasil menangkap pelakunya. Kalau bisa sesegera mungkin. Sebab kalau tidak tertangkap, akan terjadi fitnah, prasangka dan saling tuduh di antara elemen bangsa. Ini jelas membahayakan persatuan dan kesatuan bangsa. Provokator dan pelaku mungkin mengharapkan hal itu.

Ketiga, perlu keselarasan dan kebersamaan pemerintah dalam menanggulangi tragedi Bali. Sekarang ‘kan tidak, masing-masing pejabat berbicara sendiri-sendiri, tanpa koordinasi. (Dalam wawancara di televisi, K.H Hasyim mengistilahkan dengan “satu pedati yang ditarik oleh empat atau lima sais.” Akibatnya, tidak pernah ada persoalan yang benar-benar selesai. Selama ini jika ada persoalan berganti, bukan karena dituntaskan, tapi tertumbuk oleh masalah baru, Red)

Keempat, pemerintah juga harus menguatkan diplomasi luar negeri yang saat ini perannya menurun secara drastis. Perlu diketahui, 37 duta besar Indonesia yang ditugaskan ke negara lain sampai saat ini belum diangkat gara-gara harus melewati persetujuan DPR. Jadi, ada suatu suasana yang kontradiktif: satu sisi kita harus memperkuat diplomasi global karena citra negara kita makin hancur karena tragedi Bali tersebut, tapi secara de facto justru kekuatan diplomasi itu sedang menurun sekarang ini. Dalam tata pergaulan internasional, hal ini berbahaya untuk masa depan Indonesia. []

22/10/2002 | Wawancara | #

Komentar

Komentar Masuk (1)

(Tampil maks. 5 komentar terakhir, descending)

Sungguh pura2 bodoh bila ada golongan umat islam yg menyatakan pemboman di bali itu bukan soal agama! Karna pembomnya pun sendiri menyatakan itu soal agama, dan sampai kapanpun ideologi agama menjadi alasan yg masuk akal untuk berperang bahkan hanya orang bodoh yg berperang dan mati tidak atas dasar agama, cobalah berfikir apakah masuk akal berperang untuk tanah air, bendera, pemimpin, ideologi kesukuan? Saya jamin orang yg mati karna membela selain agama akan menyesal didalam kuburnya karna kematiannya adalah sia2, tak ada agama yg mutlak mengajarkan damai sejahtera karna hidup adalah pertempuran kejahatan dan kebenaran, hidup bukan untuk bebas semaunya, dan orang non islam akan slalu benci dengan ajaran islam, termasuk orang munafik! Bila anda muslim maka terimalah seruan jihad dan perang! Jika perang tak diperlukan maka apalah perlunya tentara dan perlombaan senjata? Dan banyak masalah yg hanya selesai dengan bahasa perang!

Posted by Hizburrahman  on  01/15  at  12:12 AM

comments powered by Disqus


Arsip Jaringan Islam Liberal ini dipersembahkan oleh Ahmad Abdul Haq