Kolom Amien Rais

Arsip per tahun: 2000 | 2001 | 2002

BERITA | MEMBERS |FREE E-MAIL | KOMUNITAS | CHAT | i-GUIDE
| Cover | Laporan Utama | Laporan Khusus | Kolom Amien Rais | Adilan Adilun |
Kamis, 11/10/2001
 

Kita Semua Prihatin

Adil - Beberapa hari setelah Megawati Soekarnoputri dilantik sebagai Presiden dan Hamzah Haz sebagai Wakil Presiden, sekitar akhir Juli yang lalu, kita semua menaruh harapan besar pada pemerintahan baru sebagai produk SI-MPR tahun 2001. Suasana waktu itu sangat melegakan. Apalagi melihat reaksi pasar dan dunia internasional yang cukup positif. Kabinet Megawati belum mulai bekerja, rupiah sudah beranjak menguat sampai 200 poin. Dan, yang lebih penting dari itu, rasa lega dan penuh percaya diri tampaknya telah dimiliki oleh bangsa kita.

Kemudian dengan sabar hati, akhirnya kabinet baru diumumkan. Malahan dalam urusan ekonomi, menteri-menteri yang berkaitan dengan ekonomi, keuangan dan industri (Ekuin) disebut-sebut sebagai tim impian atau dream team. Saya tidak berhasil menemukan artikel atau editorial yang memberikan kritik kepada tim ekonomi, karena semuanya mengelu-elukan sebagai tim impian yang hampir dipastikan dapat mengangkat Indonesia dari keterpurukan ekonomi yang sudah berjalan sekitar 4 tahun.

Demikian juga ketika Presiden Megawati mengunjungi AS, menyahuti undangan Goerge W. Bush, di dalam negeri terjadi sedikit kontroversi. Saya termasuk yang berpikir supaya kepergian tersebut tidak dibatalkan tetapi ditunda, mengingat Amerika masih dalam suasana duka dan berkabung gara-gara serangan teroris lewat pemboman di New York dan Washington. Namun saya pun menyadari bahwa tesis saya ternyata dibuktikan keliru oleh sambutan yang demikian hangat di Washington, maupun sambutan yang berasal dari Jepang.

Seluruh koran di dalam negeri juga mengatakan bahwa kunjungan Presiden kita cukup sukses. Dan bersamaan dengan kepergian Megawati di Amerika, kebetulan saya beserta pimpinan MPR yang lain berada di Australia, maka saya pun ikut memuji kesuksesan kunjungan kenegaraan tersebut. Malahan dalam banyak hal, saya menyesuaikan jawaban saya seperti jawaban Presiden, ketika ditanya mengenai sikap Indonesia dalam hal pemboman teroristik di New York dan Washingotn, serta mengenai manusia perahu yang membuat gerah Australia, dll.

Akan tetapi kita sekarang ini memang dilanda semacam keprihatinan, karena berbagai macam harapan dan impian kita sekitar dua bulan yang lalu, kini telah berubah menjadi kekhawatiran atau bahkan keprihatinan yang cukup dalam. Malahan dua hari yang lalu, hari saya menjadi rusak karena pada pagi hari saya melihat tayangan televisi internasional yang menunjukkan dolar telah menembus angka Rp 10 ribu, sementara hari itu juga Tommy Soeharto dikabulkan PK-nya sebagai tanda pembebasan dan tidak perlu dibuka lagi masalahnya karena memang sudah bebas murni dan diperkokoh oleh kata akhir Mahkamah Agung.

Sebagai orang yang tidak terlalu mendalami soal-soal hukum, sikap saya barangkali seperti kebanyakan masyarakat pada umumnya. Di Jakarta kita melihat di stasiun, di bandara, di terminal, di halte-halte bus, dan di tempat-tempat umum dipajang gambar Tommy Soeharto dengan keterangan "wanted" atau buron yang sedang diburu oleh pemerintah. Malahan Kapolda juga sudah memberikan ultimatum, demikian juga Kapolri, supaya Tommy sebagai buron menyerahkan diri untuk segera masuk ke dalam penjara sesuai hukuman yang diberikan. Namun tiba-tiba dengan alasan yang bersifat legalistik-formalistik, murni utak-atik hukum, maka Tommy diberi PK dan bebaslah dia dari segala ketersangkaan, keterdugaan, apalagi hukuman.

Mengapa hari itu saya katakan seluruh hari saya rusak, oleh karena konsentrasi menjadi pecah dan ada perasaan gundah yang mendalam. Lebih dari itu, saya menatap ke masa depan dengan sedikit pesimisme, juga keprihatinan yang mendalam. Kita mengetahui bahwa satu pemerintahan dan pemerintahan berikutnya yang jatuh dari panggung kekuasaan, khusus untuk Indonesia disebabkan karena KKN dibiarkan tumbuh berkembang serta tidak ada keinginan untuk menegakkan supremasi hukum seperti cita-cita reformasi. Mungkin saya terlalu pagi kalau memberikan kritik kepada pemerintahan yang baru berumur 2 bulan ini. Tetapi saya harus mengatakan apa yang sebenarnya, agar kita semua berhati-hati.

Secara konseptual semua orang mengetahui bahwa pemulihan ekonomi hanya bisa kita jalankan dalam konteks stabilitas politik dan keamanan yang terjamin, serta ditegakkannya aturan hukum atau rule of law. Sulit dibayangkan pemulihan ekonomi dapat berjalan lancar, apabila ketiga hal yang menjadi conditio sine quanon itu tidak dipenuhi terlebih dahulu.

Yang kita lihat sekarang hampir-hampir pupus harapan untuk melihat tegaknya aturan atau supremasi hukum. Kemudian juga dengan lepasnya Tommy secara kilat dan begitu mudah, tidak bisa disalahkan apabila rakyat mengambil kesimpulan bahwa tidak ada kesungguhan dalam menegakkan hukum sebagai taruhan yang sangat fundamental bagi kelangsungan kehidupan berbangsa dan bernegara. Sementara itu juga kita melihat keamanan belum terjamin, karena belum ada berita gembira yang kita peroleh baik dari ujung barat Tanah Rencong Aceh maupun ujung timur Maluku dan Irian Jaya.

Dalam keadaan inilah kita, para pemimpin maupun seluruh rakyat Indonesia perlu melakukan tindakan-tindakan preventif serta supra kehati-hatian, agar kondisi yang mulai tidak kondusif buat pemulihan kehidupan nasional yang reformatif ini telah tampak kasat mata di depan kita. Kini orang menyebut tim ekonomi bukan lagi sebagai dream team atau tim impian, tetapi sebagai the dreaming team atau tim yang mengigau dan bermimpi karena langkah-langkahnya tidak lagi relevan dengan kenyataan riil di tengah-tengah masyarakat dunia yang sangat dinamis dan selalu berubah.

Kemudian sebagain besar masyarakat, saya yakin pasti mengalami frustasi karena begitu mudahnya seorang Tommy yang menjadi buron besar, tiba-tiba dibebaskan dari segala tuduhan. Tentu masih banyak hal-hal yang dapat kita angkat dalam kolom ini. Tetapi apa yang saya tulis di atas kiranya sudah cukup dijadikan lampu kuning buat kita semua, agar supaya harapan kita untuk melihat pemerintahan yang tangguh dan mumpuni untuk membawa kita ke arah pemulihan kehidupan ekonomi, sosial, politik, dan keamanan dapat berlangsung sebaik-baiknya.

Akan tetapi semua terpulang kepada kita sendiri. Kita tidak perlu mencari kambing hitam. Kita juga tidak perlu menyalahkan faktor-faktor eksternal yang terlalu jauh di luar lingkungan kita. Tapi sebab-musababnya barangkali tercipta dari dalam diri kita sendiri. Wallahu a'lam.

comments powered by Disqus

Masalah Utama Tahun 2001 | Otda, Sebuah Taruhan | Kita Memang Lemah | Jangan Kehilangan Harapan | Belajar dari Kejatuhan Estrada | Tragedi Abdurrahman Wahid | Jangan Memperumit Proses Politik | Gambaran yang Makin Suram | Tragedi Sampit dan Keputusasaan Masyarakat | Rahasia Sukses Pemimpin | Menanti Lahirnya Memorandum II | Aceh Bukti Kegagalan Gus Dur | Memorandum dan Kompromi Politik | Bahaya Politisasi Agama | Perlukah Pertemuan Empat Tokoh? | Menegakkan Moral Demokrasi | Yang Kita Kelola adalah Negara | Ujian Berat Megawati | Mempertahankan Kredibilitas | Dana Hibah yang Menghebohkan | Hikmah di Balik Pemboman New York dan Washington | Kita Semua Prihatin | Terpulang kepada Kita Sendiri | Benarkah Kita Mengumpulkan Kepentingan Bangsa?

Arsip Kolom Amien Rais ini dipersembahkan oleh Ahmad Abdul Haq