Home > Kliping Media > Warta Kota

Dangdut Makin Merajai Layar TV

Harian Warta Kota, 17 Maret 2000

Kota, Warta Kota

Mulai 10 Maret 2000, runtuhlah benteng pertahanan RCTI. Sejak berdirinya, tahun 1989, televisi swasta pertama di Indonesia ini sepertinya menghindari tayangan musik dangdut. Namun setelah stasiun televisi-stasiun televisi lain pada menangguk untung dari dangdut, RCTI pun akhirnya "takluk" juga.

Dan itu terjadi dengan mulai ditayangkannya paket full dangdut bertajuk Joged (joget dangdut) mulai 10 Maret lalu. Meski terkesan terlambat, tapi paket barunya itu langsung dipasang di jalur prime time (19.30-20.30), setiap Jumat.

Namun Duto Sulistio, Produser Program Joged, mengelak dikatakan RCTI terlambat dalam menampilkan program dangdut. Menurutnya, beberapa kali RCTI pernah menayangkan musik dangdut. Misalnya menampilkan Camelia Malik pada ulang tahun RCTI beberapa tahun lalu.

"Kami memang selektif, karena positioning RCTI berbeda dari televisi lain," tangkis Duto, di sela-sela pertunjukan Ketoprak Humor di Taman Ismail Marzuki, Jumat, pekan lalu.

Pelopor

Dalam hal menayangkan dangdut dalam porsi besar, TPI boleh disebut sebagai pelopor. Stasiun televisi yang berdiri tahun 1991 ini bahkan bangga menyebut dirinya sebagai "Televisi Dangdut". Dalam seminggu, ada sekitar lima paket bernuansa dangdut, mulai dari musik hingga kuis. Sebut saja In Dangdut, Liga Dangdut, Pamoria, Kuis Dangdut, dan On Air. Bahkan, ada kemungkinan TPI akan menambah paket dangdutnya dalam beberapa bulan ke depan.

"Kami ingin memposisikan TPI sebagai TV dangdut. Karena itu, nuansa dangdut manjadi porsi utama," ujar Theresia Ellasari, Humas TPI, kepada Warta Kota, Kamis (16/3).

Selain TPI, Indosiar pun akan menambah lagi beberapa tayangan bernuansa dangdut. "Jika itu bagus dan layak untuk pemirsa, apa salahnya? Tentunya dalam bentuk yang menarik," ujar Gufroni Sakaril, Humas Indosiar.

SCTV sendiri hanya menampilkan satu paket khusus dangdut berjudul Sik Asik. Hingga kini, SCTV belum memikirkan untuk membuat tayangan musik khusus dangdut. "Karena, musik dangdut bisa disisipkan dalam pelbagai acara musik di SCTV," ujar Budi.

Budi juga mengakui, Sik Asik yang berjalan sekitar empat tahun itu penuh dengan iklan. "Kalau tak diminati pengiklan, bagaimana mungkin acara itu bisa bertahan empat tahun," ujarnya.

Sementara itu pembawa acara In Dangdut TPI, Lucky Resha, mengatakan, anggapan bahwa dangdut identik dengan sensualitas, tidak sepenuhnya betul. "Itu tergantung penyanyinya," kata ibu dari Nuzulul Alif ini.

Lucky menolak menyebutkan honor yang diterimanya dengan menjadi presenter musik dangdut itu. "Yang jelas, karena basic saya bukan dari dangdut, saya minta dibayar di atas rata-rata," tutur penembang Ini Rindu itu.

Malah turun

Namun menurut Hadi Sanyoto, produser dari HP Record, omzet penjualan album dangdut belakangan malah cenderung turun. Meski begitu, katanya, hal yang sama dialami musik-musik lain. Penyebabnya adalah situasi ekonomi yang memang belum membaik.

Menurut data dari Asosiasi Industri Rekaman Indonesia (Asiri), kaset Indonesia hanya mampu menembus angka penjualan 2 juta buah per bulan. Hal ini jauh dibawah dari angka penjualan dua tahun lalu, yang mencapai 6 juta buah per bulan.

"Dangdut termasuk yang paling kena dampak penurunan itu," kata Hadi, di Hard Rock Cafe, Rabu (15/3).

Namun diakuinya, secara kualitas musik dangdut terus berkembang. (agi/drn)


Forum BEBAS tentang artikel di atas. Semua komentar tidak dimoderasi.

comments powered by Disqus

Website ini milik pribadi Ahmad Abdul Haq. Didukung oleh Wikiapbn.