Home > Kliping Media > Jawa Pos

Dari Goyang Reuni sang Raja dan Ratu Dangdut (1): Metafora Tahta Raja Sulaiman, Elvi bak Ratu Balqis

Harian Jawa Pos, 2 Januari 2002

Setelah 26 tahun berpisah, Raja Dangdut Rhoma Irama dan Ratu Dangdut Elvi Sukaesih bereuni dendang di Taman Mini Indonesia Indah (TMII) pada malam Tahun Baru 2002. tampilan mereka tetap prima meski usia terus merambat senja. Setelah reuni, apa harapan mereka? Bagaimana liku-liku di balik reuni mereka?


TRIANA SARI-YUYUN H.S., Jakarta


MALAM tahun baru yang spesial. Itulah pengakuan Rhoma Irama dan Elvi Sukaesih. Dua insan dangdut yang hampir tiga dasawarsa tak berjumpa untuk berduet bersama itu bisa bertemu lagi sepanggung. Penampilan perdana mereka berdua di TMII pada Selasa malam hingga Rabu dini hari kemarin mampu memukau ratusan ribu penggemarnya.

Bahkan, banyak penonton yang berniat menyaksikan secara langsung kebolehan raja dan ratu dangdut itu tak dapat memasuki area TMII karena kemacetan yang terjadi di sekitar ruas jalan tersebut. Sebab, sejak pintu masuk hingga area konser dijubeli orang yang hendak ikut bergoyang dangdut.

Lelaki serta wanita, tua dan muda, bahkan mereka yang belasan tahun pun ikut bergoyang. Padahal, bila menilik kali terakhir mereka duet –pada 1975– remaja usia belasan tahun itu belum lahir. Tapi, bila mereka larut, itu tidak lain karena selama ini lagu-lagu raja dan ratu tersebut telah cukup akrab di telinga mereka.

Sebuah bukti sejarah memang tidak bisa dibantah. Rhoma-Elvi adalah pasangan besar dalam khazanah dangdut di tanah air. Meski lebih dari seperempat abad mereka tidak bersatu dalam sebuah naungan orkes Melayu bernama Soneta, lagu-lagu yang pernah mereka dendangkan dengan orkes yang didirikan pada 13 Oktober 1973 itu bisa dikatakan sebagai hal yang evergreen (abadi), mampu menembus batasan generasi.

Tetap Mengusung Nuansa Khas Lama

Malam tahun Baru 2002 di TMII, langit gelap. Angin masih berembus dingin oleh hujan yang turun sepanjang siang hari. Seluruh mata tertuju ke sebuah panggung yang dipenbuhi aneka lampu yang menyambut kehadiran sang raja dan ratu.

Dengan setting panggung ala bangunan Mesir kuno pada zaman Raja Sulaiman dan Ratu Balqis, Elvi Sukaesih tampil sebagai pembuka acara puncak malam itu. Pukul 21.00 WIB, Elvi muncul lebih dulu dibandingkan Rhoma.

Tampil dengan busana merah dan putih, di atas panggung seluas 600 meter persegi setinggi 2,5 meter itu, sang ratu dangdut mendendangkan 13 lagu hits-nya sekitar 1970-an. Yakni, masa-masa emas kala dia masih belum meninggalkan Soneta pimpinan Rhoma Irama yang -kata rumor saat itu- lebih disebabkan perbedaan arah dan prinsip dalam karir goyang dangdut itu.

Maka, tembang-tembang emas pun meluncur dari ratu yang tetap aduhai meski statusnya kini sudah nenek itu. Dari lagu Kejam, Datang untuk Pergi, Sengaja, Sebuah Nama, Mawar Merah, Kuda Lumping, Jangan Dulu, Mimpi Buruk, Jera, Surat Cerai, Kubawa, Sedingin Salju, serta Tanda Merah.
(Catatan webmaster: Wartawan Jawa Pos mungkin mendapatkan judul-judul lagu sebelum pentas dilaksanakan. Kenyataannya, seperti tampak pada layar TV, pada penampilan pertama Elvi menyanyikan Gula-gula, Jangan Kau Pergi, Jangan Dulu, Mimpi Terindah, Kejam (Cipt. Mansyur S.), Kuda Lumping, dan Pesta Panen.)

Penonton, yang sejak berangkat dari rumah sudah dibakar emosi, mulai menggoyangkan badan. Bahkan, ada yang saling gendong dan berjoget di atas punggung rekan yang dinaikinya. Memang hal seperti itu bukan pemandangan aneh dalam sebuah hajatan pentas dangdut. Tetapi, suasana kali ini memang lain. Yang mereka saksikan adalah seorang ratu yang tampil dalam sebuah event yang sangat langka.

Maka, tidak mengherankan bila Edwin dan Djodi yang malam itu menjadi MC, langsung ikut menambah meriah suasana. “Anda-Anda yang nonton di sini maupun yang di rumah menjadi saksi Raja dan Ratu Dangdut dalam satu panggung setelah 26 tahun karir mereka. Inilah yang pertama kali,” kata Jodi menegaskan kelangkaan momen tersebut. Edwin malam itu berkostum kerajaan, tapi cukup funky. Ya, jauh mengesankan dari pakaian penikmat dangdut kebanyakan di TMII itu.

Setelah Elvi kelar, giliran Rhoma Irama yang menghibur sang pecinta dangdut. Sama dengan Elvi, Rhoma mendendangkan 13 lagu legendarisnya. Dari lagu Begadang, Darah Muda, Musik, Dangdut, Ani, Amor, Yale, Rupiah, Tiada Lagi, Sahabat, Kekasih, Indonesia sampai Nyanyian Syetan.
(Catatan webmaster: Lagu-lagu solo yang dinyanyikan Rhoma Irama adalah La Ilaha Illallah, Lebaran, Syetan Pasti Kalah, Nyanyian Syetan, Begadang I (bersama Gubernur DKI Jakarta Sutiyoso), Musik, Dangdut, 1001 Macam, Reformasi, Pembaharuan, dan Perjuangan dan Doa.)

Sambutan penonton makin semarak setelah kedua top dangdut tersebut berdampingan melantunkan sembilan buah tembangnya. Seakan tak percaya, penonton pun dibuat puas oleh keduanya dengan lagu-lagu duet lawas mereka.

Hello-Hello muncul sebagai lagu pembuka. Meski personel Soneta sudah ada yang diganti dan kemajuan teknologi musik dari akustik ke modifikasi elektrik sudah lama diadopsi oleh Soneta, ternyata Rhoma-Elvi memilih tampil dengan pola aransemen khas mereka dulu.

Nada-nada tiga kunci yang lazim dipakai dangdut tempo dulu (C-F-G) dan keplakan khas ketipung berusaha tetap ditampilkan, sehingga kesan mengajak lagi penggemar bermemori cukup kental. Usai Hello-Hello, meluncurlah Pantun Cinta, Ke Monas, Joget, hingga Malam Terakhir dan Kemandulan yang belakangan banyak dimodifikasi oleh para penyanyi dangdut era akhir 90-an dan awal 2000-an.
(Catatan webmaster: Lagu-lagu duet Rhoma-Elvi adalah rangkaian lagu Hello-hello, Ke Monas, Joget, dan Rambate Rata Hayo yang dibawakan secara medley, kemudian Pantun Cinta, Sampai Pagi, Mandul, dan Malam Terakhir.)

Pertemuan Rhoma-Elvi dalam satu panggung itu melukiskan sebuah legenda Raja Sulaiman, raja Mesir yang begitu tersohor. Tampaknya, tampilan itu ingin menggambarkan bahwa inilah saat mengenang kebesaran yang diraih Rhoma Irama di era 70-an dan -mungkin saja- hingga kini. Sedangkan dengan kostum Ratu Balqis, Elvi Sukaesih tetap digambarkan sebagai putri yang elok rupawan. Seorang ratu yang hingga kini rasanya belum tertandingi.

Apalagi, didukung teknik tata suara yang akurat ditunjang dengan sistem cahaya yang berkekuatan hampir 400.000 watt, maka pergelaran reuni raja dan ratu dangdut bertajuk Gelegar Dangdut 2002 hasil kerja sama TMII dan SCTV itu menjadi spektakuler. Lantas, mengapa baru sekarang mereka bersatu lagi?

Sebenarnya, Rhoma dan Elvi sudah cukup lama ingin bersua lagi seperti itu. “Tapi, kesibukan kami masing-masinglah yang membuat kami tidak bisa bersama,” ujar Elvi.

Di mata Rhoma, sosok penyanyi dangdut wanita seperti Elvi sulit dicari tandingannya. “Penggemar kami juga mengatakan hal itu. Mereka bilang, Rhoma dan Elvi itu pasangan yang serasi untuk nyanyi di atas panggung,” ungkap Rhoma yang langsung disetujui Elvi.

Elvi menyambung lagi bahwa sebetulnya dia ingin membuat album duet dengan Rhoma lagi. “Tapi, sampai sekarang belum ada rencana pasti tentang kapan proyek itu dimulai,” ujarnya. (bersambung)


Forum BEBAS tentang artikel di atas. Semua komentar tidak dimoderasi.

comments powered by Disqus

Website ini milik pribadi Ahmad Abdul Haq. Didukung oleh Wikiapbn.