Home > Kliping Media > Femina

Siapa Penggemar Dangdut?

Majalah Femina, No. 26/XXII, 7 - 13 Juli 1994

Tampaknya, dangdut memang telah naik kelas dan menyerbu rumah-rumah gedongan. Siapa sih, para penggemar dangdut itu? Inilah susahnya. Seorang nyonya muda dan cantik, dan banyak ngomong soal dangdut pada femina, belakangan wanti- wanti pesan agar ia tak dipotret. Seorang penggemar lain, eksekutif muda, bahkan tak ingin namanya disebut dalam majalah. Wah, repot juga!

Tapi Denny Malik tak malu mengakui kalau suka dangdut. Ia bahkan menyelipkan lagu Kopi Dangdut pada waktu menggarap koreografi pada acara Lomba Perancang Mode (LPM), pentas kreasi mode bergengsi yang diselenggarakan Femina Grup tahun lalu di Borobudur Hotel Jakarta.

Wanita pengusaha Dra. Dewi Motik Pramono terang-terangan bilang, "Wah, saya suka banget, tuh." Ia mengaku sejak kecil suka mendengarkan lagu-lagu Melayu yang dinyanyikan Hasnah Tahar, Suhaimi dan S. Effendy yang diputar ayahnya. Setelah irama Melayu itu berganti warna dan memperoleh istilah baru sebagai dangdut, kecintaannya pada musik itu tak luntur. Ia hafal banyak lagu dangdut, termasuk Mandi Madu-nya Elvie Sukaesih.

"Dangdut itu musik rakyat, memakai bahasa rakyat yang blak-blakan. Tak ada eupherisme dalam dangdut," katanya. Aktif sebagai organisator di IWAPI dan KADIN, di tiap pertemuan dalam rangka usaha kecil misalnya, Dewi sering menghadirkan dangdut. "Hampir semua penyanyi dangdut terkenal pernah saya undang. Wah, ramai deh! Semua turun berjoget."

Jun Kuncoro (27 tahun), konsultan komunikasi pada Prada Communication, mengaku suka Elvie Sukaesih. "Nggak ada yang ngalahin Elvie. Kalau menyanyi ia sangat ekspresif, penuh kharisma. Luar biasa pokoknya," tutur Jun yang mengaku justru tak suka joget. Favorit lainnya adalah Rhoma Irama. Nyaris semua kaset Rhoma ia koleksi, termasuk ketika masih berduet dengan Elvie Sukaesih. Jun juga menonton semua film Rhoma. Bahkan semasa kuliah di Jurusan Komunikasi Massa UI, ia kesampaian mewawancarai Rhoma Irama, sang idola. "Sayang, saya nggak sempat foto bareng," keluhnya.

Sering menulis artikel tentang budaya pop dan gaya hidup di harian Kompas, Jun punya pengamatan tersendiri tentang dangdut. "Banyak orang menyukai dangdut karena sifatnya yang komunikatif. Syairnya benar-benar menyuarakan keseharian," ungkapnya.

"Banyak orang mendengarkan musik dengan pertimbangan-pertimbangan selain selera, misalnya lifestyle. Kini banyak orang kita mulai menerima, karena dangdut sudah diterima di Amerika dan Jepang, sudah go international. Menurut saya, sikap ini mencerminkan rasa rendah diri. Baru mengakui bila orang bule sudah menyukai," ungkap Jun.


Forum BEBAS tentang artikel di atas. Semua komentar tidak dimoderasi.

comments powered by Disqus

Website ini milik pribadi Ahmad Abdul Haq. Didukung oleh Wikiapbn.