Ahmad Abdul Haq


David dan Gaya Belajar

Back | Up | Next

 

Sumber: Kick Andy.com

 

 
Kamis, 19 Maret 2009 13:50 WIBDavid dan Gaya Belajar

David dan Gaya Belajar Dunia pendidikan Indonesia berduka. Salah satu putra terbaiknya, David Hartanto Widjaja, wafat secara mengenaskan setelah terjun dari lantai 4 komplek Nanyang Technological University (NTU), Singapura. David adalah salah seorang penerima beasiswa eks ASEAN karena prestasinya yang mengagumkan ketika mengikuti olimpiade matematika di meksiko beberapa tahun lalu. Menurut pengakuan rekannya, Jimmy, David terlihat normal dan biasa saja pada Senin dini hari tanggal 2 Maret lalu, atau beberapa jam sebelum kematian mahasiswa Indonesia itu.

Lantas, apakah kira-kira penyebab kenekatan David yang menyudahi hidupnya yang pernah gemilang tersebut secara tragis? Sungguh misterius, apalagi jika dihubungkan dengan segudang prestasi David yang membawanya hingga ke NTU sebagai penerima beasiswa. Namun kejanggalan ini harus mendapat perhatian kita bersama, paling tidak dari bagaimana cara David mengakhiri hidupnya dan kemungkinan-kemungkinan yang terjadi menyangkut kebiasaannya dalam belajar.

Masih menurut temannya Jimmy, David gemar sekali bermain games di komputer. Media di Singapura bahkan melansir bahwa David bisa tahan main game online hingga berjam-jam. Tempat dia berlangganan bermain games adalah di My MYM, website bagi pecinta e-sport. Dia menggunakan nama ID tera-majin (bahasa Jepang dari iblis bumi) dan berada di ranking 11 dari sekitar 2.000 pemain. Mungkinkah kegemarannya bermain game ini yang menyebabkan David enggan belajar sehingga preatasinya menurun dan beasiswanya diputus 2 minggu sebelum hari kematiannya? Mungkin ya, tetapi bisa juga tidak.

Tetapi satu hal yang pasti, jika ditilik dari teori gaya belajar, David mungkin termasuk salah seorang anak yang memiliki gaya belajar visual. Anak yang mempunyai gaya belajar visual harus melihat bahasa tubuh dan ekspresi muka gurunya untuk mengerti materi pelajaran. Mereka cenderung untuk duduk di depan agar dapat melihat dengan jelas. Mereka berpikir menggunakan gambar-gambar di otak mereka dan belajar lebih cepat dengan menggunakan tampilan-tampilan visual, seperti diagram, buku pelajaran bergambar, dan video. Di dalam kelas, anak visual lebih suka mencatat sampai detil-detilnya untuk mendapatkan informasi.

Bersebrangan dengan gaya belajar visual adalah auditori. Anak yang bertipe auditori mengandalkan kesuksesan belajarnya melalui telinga atau alat pendengarannya. Anak dengan gaya belajar auditori dapat belajar lebih cepat dengan menggunakan diskusi verbal dan mendengarkan apa yang guru katakan. Anak auditori dapat mencerna makna yang disampaikan melalui tone suara, pitch (tinggi rendahnya), kecepatan berbicara dan hal-hal auditori lainnya. Informasi tertulis terkadang mempunyai makna yang minim bagi anak auditori. Anak-anak seperi ini biasanya dapat menghafal lebih cepat dengan membaca teks dengan keras dan mendengarkan kaset.

Gaya belajar ketiga adalah kinestetik, di mana seorang anak lebih suka belajar dengan cara bergerak, bekerja dan menyentuh. Anak konestetik biasanya selalu melirik ke bawah bila berbicara dan berbicara lebih lambat. Anak dengan gaya belajar kinestetik belajar melalui bergerak, menyentuh, dan melakukan. Anak seperti ini sulit untuk duduk diam berjam-jam karena keinginan mereka untuk beraktifitas dan eksplorasi sangatlah kuat. Siswa yang bergaya belajar ini belajarnya melalui gerak dan sentuhan. Seorang anak bisa memiliki 2 gaya belajar atau bahkan ketiga-tiganya yang disebut dengan gaya belajar Multisensori.

Dari kejadian David ini mungkin ada baiknya jika kita, para orangtua, sedikit banyak mengerti tentang gaya belajar anak kita, sehingga kita dapat membimbing sekaligus memberi perhatian pada aspek-aspek yang menjadi kelemahan dan kelebihan anak. Sedangkan bagi para guru, mengetahui skillstreaming sebagai sebuah bentuk intervensi psycho-educational yang berakar pada ilmu psikologi dan pendidikan adalah penting. Proses skillstreaming menitik beratkan pada empat instruksi langsung prinsip pembelajaran; modeling, bermain peran, umpan balik dan transfer. Keempat prosedur pembelajaran tersebut telah digunakan untuk mendidik berbagai jenis perilaku dan gaya belajar, dari kompetensi akademis sampai olah raga, ketrampilan hidup sehari-hari (daily living skills), dan vocational skills (ketrampilan kejuruan). Keempatnya diterapkan untuk mendidik perilaku pro-sosial murid yang diinginkan.


Kick Andy: Home • The Show • Special • Andy's Corner • Foundation • Recommended Book • Andy's Friend • Andy's Team • About

Tag: Kliping Media, Kick Andy