Ahmad Abdul Haq


Melawan Bosan Dengan Berpikir Kreatif

Back | Up | Next

 

Sumber: Kick Andy.com

 

 
Minggu, 26 Oktober 2014 14:06 WIBMelawan Bosan Dengan Berpikir Kreatif

Melawan Bosan Dengan Berpikir Kreatif

Seorang guru agama pada sebuah sekolah menengah pertama di kota Mataram mengeluh tentang rasa jenuh dan bosan yang menerpanya setiap saat ketika mengajar. Perasaan bosan dalam mengajar seperti virus yang setiap saat menggerus keyakinannya bahwa mengajar adalah ibadah.Perasaan bosan juga muncul karena apa yang diajarkannya kepada siswa selalu harus diulang dalam rangkaian tes dan evaluasi yang hanya mengejar angka-angka kelulusan siswa sebagai penanda berakhirnya rangkaian proses belajar-mengajar.

Alhasil, karena disorientasi dalam mengajar, bisa dikatakan bahwa perasaan bosan menerpa hampir seluruh guru di sekolah.Penyebabnya selalu tidak tunggaul, melainkan banyak factor. Tetapi jika diurut secara seksama tentang factor dominan apa yang menyebabkan munculnya perasaan bosan para guru, ternyata karena minimnya imajinasi kreatif dalam melakukan proses belajar mengajar. Minimnya imajinasi kreatif lebih banyak disebabkan oleh ketergantungan yang tinggi kepada bahan ajar dan instruksi-instruksi tiada henti dari para kepala sekolah, pengawas, dan dinas terkait tentang kurikulum.

Bukti dan bentuk kebosanan lainnya saya dapati dari ratusan kali workshop tentang kurikulum 2013. Ketika mengajak para guru untuk mengubah mind-set atau cara pandang tentang mengapa kurikulum harus berubah, saya tak menggunakan lembar demi lembar slide Rhenald Kasali yang disediakan Kemendikbud. Padahal substansi perubahan paradigma tentang kurikulum dalam rangkaian proses pelatihan kurikulum sangatlah penting. Karena itu menurut hemat saya, daripada memberikan mereka paradigm perubahan dari tuntutan global yang belum tentu cocok dengan gaya berpikir guru, lebih baik mengajak mereka untuk melihat persoalan kreativitas dari sisi mereka sendiri.

Dalam setiap workshop, saya selalu meminta para guru untuk membuat imajinasi visual tentang kurikulum.Imajinasi visual didasarkan pada teori belajar berbasis otak (brain based learning theories) yang kurang lebih menyebutkan bahwa setiap kata yang diucapkan atau dibaca oleh seseorang sesungguhnya ditangkap oleh otak kita secara visual atau dalam bentuk gambar.Misal, ketika kata “gajah” saya sebut, imajinasi para guru tentang gajah amatlah beragam.Ada yang menangkap gambar belalainya, gading, kaki dan badannya yang besar, kupingnya yang lebar dan sebagainya.Tak pernah sekalipun otak kita menangkap kata gajah dalam bentuk rangkaian huruf g-a-j-a- dan h.

Berangkat dari teori ini kemudian saya minta para guru untuk membuat definisi kurikulum secara visual. Hasilnya? Hampir semua guru selalu memandang negatif soal kurikulum karena imajinasi visual mereka tentang kurikulum tak jauh dari gambar dokumen (lesson plan), buku, pengawas, siswa, sekolah, uang, pensil, wajah orang dinas pendidikan, wajah menteri, benang kusut dan sebagainya. Jika ditanya lebih lanjut, hampir semua mengakui bahwa imajinasi mereka soal kurikulum sangatlah negatif bahkan cenderung traumatik, karena selama ini tuntutan soal kurikulum lebih banyak bersifat formal sehingga menghambat kreativitas guru dalam melakukan proses belajar-mengajar yang yang kreatif dan menyenangkan.

Padahal, sejatinya kreativitas adalah anugerah Tuhan yang hampir pasti dimiliki oleh setiap manusia. Hanya saja kreativitas dapat memiliki banyak makna, tergantung aspek dan bidang apa yang akan digeluti oleh seseorang. Sebagai bagian dari proses bekerja pikiran atau intelegensia manusia, kreativitas kerap jarang bisa dipahami secara langsung, bahkan oleh seseorang yang disebut kreatif sekalipun. Karena itu benarlah jika kreativitas didefinisikan sebagai proses mental dan sosial yang melibatkan daya kerja  otak yang berusaha menggabungkan konsep-konsep yang ada dengan ide-ide tertentu yang belum terlihat wujudnya.

Berpikir Kreatif merupakan proses mental yang melibatkan pemunculan gagasan atau anggitan (concept) baru, atau hubungan baru antara gagasan dan anggitan yang sudah ada. Dalam bahasa Guilford (dalam Munandar, 2009) kemampuan ini disebut berpikir divergen atau pemikiran menjajaki bermacam-macam alternatif jawaban terhadap suatu persoalan yang sama benarnya. Perkembagan kemampuan berpikir kreatif dipengaruhi oleh dua faktor utama: keturunan dan lingkungan.Jika melihat pengalaman di atas, jelas hambatan kreativitas guru lebih banyak disebabkan oleh pengarug lingkungan dan system pendidikan yang melihat kurikulum secara tidak kreatif.

Padahal, sebetulnya semua orang diciptakan kreatif.Lingkunganlah yang membuat potensi kreatif ini tidak dapat berkembang dengan optimal. Di antara kendala mental yang menghambat perkembangan kreativitas antara lain adalah kesulitan untuk mencari jawaban yang benar (Trying to Find the “Right” Answer).
Salah satu dampak buruk dari pendidikan formal adalah fokusnya pada jawaban benar untuk pertanyaan atau masalah tertentu.Meskipun pendekatan ini membantu kita melakukan fungsi-fungsi sosial dalam masyarakat, namun cara ini berakibat buruk bagi pengembangan pemikiran kreatif individu.Orang kemudian banyak mengalami kesulitan ketika harus menyelesaikan permasalahan kehidupan nyata yang tidak hitam-putih, ambigu.

Karena faktor lingkungan, para guru cenderung “patuh” secara membabi buta terhadap aturan soal kurikulum, misalnya, sehingga mengikuti aturan (following rules) menjadi jalan satu-satunya untuk selamat dari penilaian para pengawas. Kebiasaan ini tentu saja membunuh kreativitas guru, karena mereka tak berani menabrak aturan.Padahal, terkadang aturan harus dipecah, ditabrak, untuk berinovasi.Tentu saja hal ini berisiko. Jadi apa yang harus kita lakukan? Melanggar aturan mental. Cukup dengan bertanya, "Apa aturan saat ini yang menghentikan saya untuk menjadi lebih produktif?" Kita selalu dapat menantang aturan tertentu tanpa harus melanggarnya. Sering kali, selama proses kreatif ini, kita akan menemukan bahwa banyak hal inovatif dapat dicapai jika aturan dirusak atau diubah. Persoalannya, nyaris tak ada keberanian dari para guru untuk melawan aturan secara kreatif.

 

Kick Andy: Home • The Show • Special • Andy's Corner • Foundation • Recommended Book • Andy's Friend • Andy's Team • About

Tag: Kliping Media, Kick Andy