Ahmad Abdul Haq


Jangan Bedakan Kami

Back | Up | Next

 

Sumber: Kick Andy.com

 

 
Kamis, 23 Nopember 2006 12:00 WIBJangan Bedakan Kami

kick andy "Wah maaf, baru saja lowongan kami tutup," terdengar suara dari ujung telepon. Padahal baru saja orang di ujung telepon itu mempersilakan Vivi untuk datang membawa lamaran. Tapi ketika Vivi mengaku dia pengidap HIV/AIDS, laki-laki di ujung telepon lalu berubah sikap dan menolak secara halus. Pengalaman yang sama juga dialami dua pengidap HIV/AIDS yang bersama tim Kick Andy, yang dilengkapi kamera tersembunyi, mencoba membuktikan bagaimana reaksi petugas rumah sakit manakala mengetahui pasien yang datang ternyata mengidap AIDS. Dari delapan rumah sakit di Bandung yang didatangi, hanya dua yang tetap bersedia melayani walau pasien mengaku mengidap virus yang belum ada obatnya itu. Enam rumah sakit lainnya mencoba menolak dengan halus dengan alasan peralatan terbatas, biayanya mahal, sampai adanya aturan untuk merujuk penderita HIV/AIDS ke rumah sakit pusat. Ironisnya, rumah sakit yang disebut sebagai rumah sakit rujukan, ternyata menolak secara halus. Juga tertangkap oleh kamera bagaimana seorang dokter justru mengaku menangani pasien yang mengidap HIV/AIDS sangat berisiko. "Berisiko bagi siapa?" tanya sang pasien. "Berisiko bagi dokternya," ujar sang dokter dengan naifnya. Kick Andy Kamis, 23 November 2006 menyoroti diskriminasi yang dialami para pengidap HIV/AIDS dalam upaya mendapatkan pelayanan kesehatan dan pekerjaan. Dalam kasus Vivi, misalnya, hampir semua pihak pencari tenaga kerja yang dia hubungi melalui telepon menolak secara halus maupun terang-terangan manakala Vivi mengaku dia penderita HIV/AIDS. Sementara Uke, harus berhenti bekerja karena pihak perusahaan tidak jadi mengangkatnya sebagai karyawan setelah hasil tes darahnya membuktikan Uke mengidap HIV/AIDS. Padahal dari hasil evaluasi pada masa percobaan dia lulus. Pertanyaan yang juga menggoda kita adalah bagaimana nasib Putri, anak Vivi, yang juga tertular HIV/AIDS? Wanita yang suaminya meninggal karena penyakit yang sama itu mengaku baru tahu dia tertular HIV/AIDS setelah Putri, sang anak, sakit-sakitan. Ketika diperiksa baru ketahuan anak semata wayangnya mengidap HIV/AIDS. Ketika Vivi memeriksakan diri, baru dia tahu putri tertular penyakit itu dari dia. Sementara Vivi tertular dari sang suami, yang memang pecandu narkoba. Bagaimana jika pihak sekolah tahu Putri mengidap HIV/AIDS? Bagaimana reaksi orangtua murid yang lain manakala tahu anak mereka satu sekolah dengan penderita HIV/AIDS? Nafsiah Mboi dari Komisi Penanggulangan AIDS dan Baby Jim Aditya seorang aktivis mencoba menjelaskan diskriminasi apa saja yang selama ini dialami para penderita dan ketakutan-ketakutan masyarakat yang berlebihan dan semakin membuat para pengidap HIV/AIDS semakin tersingkir dari pergaulan di masyarakat. Juga menarik mendengar penjelasan Uke yang menikah dengan Maya yang juga sesama penderita. Akankah mereka tetap nekat untuk memiliki anak setelah mendengar kasus Vivi yang menularkan HIV/AIDS kepada Putrinya yang tidak berdosa?

 

Kick Andy: Home • The Show • Special • Andy's Corner • Foundation • Recommended Book • Andy's Friend • Andy's Team • About

Tag: Kliping Media, Kick Andy