Ahmad Abdul Haq


TETAP SEMANGAT

Back | Up | Next

 

Sumber: Kick Andy.com

 

 
Jumat, 06 Juni 2008 12:00 WIBTETAP SEMANGAT

TETAP SEMANGAT Peristiwa itu memang sudah lama berlalu. Tapi akibat tragedi yang ditimbulkannya tak bisa dilupakan begitu saja. Feby Firmansyah misalnya. Pria karyawan swasta itu hingga kini kedua tangan dan hampil seluruh tubuhnya cacat akibat terbakar. Ya, Feby adalah salah satu korban ledakan bom yang terjadi di Hotel JW Marriott 5 Agustus 2003 lalu. “Sampai sekarang saya masih trauma kalau melihat rumah sakit atau bau obat-obatan”, ujar pria yang dirawat selama hampil enam bulan akibat peristiwa itu. Bahkan menurut Feby, yang paling membuatnya terpukul adalah ketika ia bersosialisasi. Banyak orang menghindar darinya ketika berpapasan. Mereka ngeri melihat tubuhnya yang luka bekas luka bakar. Awalnya dia tidak ambil pusing. Tapi lama-lama ia kesal juga. Tapi ia tak bisa apa-apa, pasrah saja. Yang membuat Feby tetap semangat dan terus bertahan hingga kini adalah dukungan istri tercinta Deli Ratnasari. “Istri saya luar biasa. Ketika saya terbaring di rumah sakit dan badan penuh luka bakar, ia memberikan sebuah puisi yang indah. Padahal ketika itu bisa saja dia menolak menjadi istri saya.”kata Feby yang terpaksa menunda pesta pernikahan akibat tragedi bom itu. Lain pula kisah Iwan Setiawan. Ketika itu ia sedang mengantar istrinya yang sedang hamil 8 bulan untuk kontrol ke dokter. Ketika melintas di depan kantor Kedubes Australia Kuningan Jakarta, tiba-tiba terjadi dua ledakan dahsyat. Iwan dan Istrinya terjerembab ke jalan aspal dan bersimbah darah.Akibat peristiwa itu Iwan kehilangan mata kanannya. Yang membuatnya pilu adalah setelah peristiwa itu berlalu, tiga tahun kemudian istrinya meninggal dunia akibat sering mengalami pusing yang hebat. Iwan yang kini tinggal di daerah Depok Jawa Barat mengaku trauma jika melintas di Jalan HR Rasuna Said, Kuningan. “Kaki dan tangan saya gemetar dan mata berkunang-kunang kalau melintas jalan itu.” Ujar Iwan sendu. Yang lebih memiriskan hati mungkin adalah apa yang dialami Asep Wahyudi. Petugas Brimob yang ditugaskan menjaga kantor Kedubes Australia itu sangat dekat dengan lokasi ledakan bom. Waktu itu ia akan mengecek sebuah mobil boks yang mencurigakan karena berkali-kali melintas di kantor kedutaan yang ia jaga. Tiba-tiba saja, mobil boks yang ternyata berisi bom itu meledak. Asep yang dari kecil bercita-cita menjadi polisi itu pun terlempar sejauh enam meter dan masuk ke sebuah selokan.Tuhan memang masih menyayanginya. Walau terluka parah dan mengalami koma selama enam bulan, nyawa polisi kelahiran Sumedang Jawa Barat itu selamat. Nyawa Asep Wahyudi bisa diselamatkan setelah dirawat selama sembilan bulan di Singapura. Asep saat ini memang tidak sempurna seperti semula.Di kepalanya terpasang sebuah plat, juga di tenggorokannya dipasang selang untuk membantu pernafasannya. Walau cacat, semangat Asep Wahyudi luar biasa. Ia tetap bangga menjadi polisi dan bertugas seperti biasa di Polda Metro Jaya. Para korban bom itu adalah orang yang tidak bersalah. Mereka tidak tahu apa-apa. Mereka hanyalah berada di tempat yang tidak tepat ketika peristiwa itu terjadi. Tapi mereka berhati mulia. Walau mengalami cacat, dan menderita akibat kesakitan, mereka telah memaafkan pelaku peledakan bom. Namun trauma pascaledakan bom itulah yang hingga kini justru sulit untuk dilupakan. Tapi, hidup harus tetap berjalan. Dan mereka tetap semangat menapaki kehidupan ini.

 

Kick Andy: Home • The Show • Special • Andy's Corner • Foundation • Recommended Book • Andy's Friend • Andy's Team • About

Tag: Kliping Media, Kick Andy