Terjangan badai dan ombak di luasnya samudera tak menghentikan langkahnya. Walau tergolong sudah tidak muda lagi ia terus berlayar mengarungi samudera nan luas. Itulah salah satu gambaran KRI Dewa Ruci, sebuah kapal milik TNI AL yang masih eksis dan selalu menimbulkan decak kagum dalam acap kali pelayarannya baik di dalam maupun di luar negeri.
Kapal buatan Jerman pada 1953 itu pada 11 Maret 2010 hingga 24 November 2010 kembali berlayar ke 11 negara dan 14 kota di Eropa. Yang unik, dalam setiap pelayaran Dewa Ruci sebagian besar menggunakan layar. Jadi, kapal yang memuat para kadet Angkatan Laut itu akan terombang-ambing di tengah samudera.
Itulah antara lain alasan mengapa Kick Andy kali ini mengangkat topik KRI Dewa Ruci yang selain unik, tangguh dan penuh romantisme sejarah para kadet dan awak kapal yang pernah berlayar dengan kapal yang berusia 58 tahun itu.
Marjudin dan Agus Bartolomeus Raunsai adalah dua kadet yang baru-baru ini ikut berlayar Dewa Ruci. “Sejak kecil saya ingin menjadi pelaut. Dan, saya ingin berlayar mengarungi samudera,” ujar Marjudin ketika menceritakan pengalamannya di Kick Andy. Dewa Ruci memang oleh TNI AL digunakan sebagai kapal latih para calon perwira TNI AL. Setiap kadet yang tengah belajar, diwajibkan mengikuti pelayaran dengan Dewa Ruci. Di kapal itu mereka akan digembleng melawan ombak dan badai dengan kapal layar. Mereka harus menghadapi guncangan kapal akibat terjangan ombak samudera yang kadang setinggi 4 hingga 7 meter. “ Soal mabuk laut dan muntah sih biasa, tapi kami harus bertahan,”ujar Agus Raunsai, kadet asal Papua Jayapura itu.
Dalam setiap pelayaran Dewa Ruci yang kadang cukup lama tentu saja menimbulkan rasa kebosanan. Namun bagi Bintara Utama Johanes Satoro yang sudah 20 tahun berlayar dengan Dewa Ruci justru menimbulkan rasa kebanggaan. Pria asal Banyumas, Jawa Tengah itu sangat bangga dalam setiap pelayaran. “Tidak semua orang mendapat kesempatan berlayar dengan Dewa Ruci. Selama 20 tahun berlayar saya telah mengelilingi lima benua. Kalau dihitung-hitung saya sudah mengelilingi hampir separuh bumi. Pengalaman ini tidak semua orang punya,” kata Johanes bangga. Dan, bagi Johanes yang bertugas mengecek mesin, layar dan tali temali layar itu mengaku ia akan terus mendedikasikan dirinya bersama Dewa Ruci.
Rasa bangga dan dedikasi juga ditunjukkan Kolonel Suharto. Sebagai kapten kapal yang baru-baru ini berlayar selama 258 hari merasa lega karena berhasil membawa kembali Dewa Ruci ke tanah air dengan selamat. “Pelayaran Dewa Ruci kali ini memang terlama dalam sejarah perjalananya. Bahkan Dewa Ruci sempat mengalami patah layar di dekat perairan Perancis,” kata Kolonel Suharto. Beruntung, kata Suharto menambahkan, berkat bantuan Angkatan Laut dari Perancis ia dan awak Dewa Ruci berhasil memperbaiki tiang layar yang patah.
Dalam perjalananya yang cukup panjang dan bersejarah KRI Dewa Ruci telah berhasil menggembleng pelaut-pelaut Indonesia yang tangguh, ulet dan tidak cengeng. Dan, tentu saja ini menimbulkan kebanggaan tersendiri bagi siapa saja yang pernah berlayar dengan KRI Dewa Ruci. Pengalaman ini diakui, Host Kick Andy, Andy F Noya yang pernah berlayar dengan Dewa Ruci pada 1988. “Saya sangat terharu dan emosional manakala menceritakan kisah pelayaran saya dengan Dewa Ruci waktu itu, kata Andy F Noya mengenang. “Ketika melintas di garis katulistiwa, saya dibabtis.Saya diceburkan ke laut lepas dan dimandikan dengan olie,”kata Andy Noya menambahkan. Dan, tentu saja masih banyak cerita-cerita menarik lainnya dari Host Kick Andy ini.
Sebagai kapal latih, KRI Dewa Ruci masih terus melanjutkan tradisi yang sudah bertahun-tahun ini. Cara ini dinilai ampuh mencetak perwira-perwira angkatan laut yang tangguh. Sesuai dengan spirit nenek moyang kita yang pelaut. Sekali Layar Terkembang Pantang Surut ke Belakang. (end)