Ahmad Abdul Haq


BERBISNIS DENGAN HATI

Back | Up | Next

 

Sumber: Kick Andy.com

 

 
Jumat, 27 Desember 2013 21:30 WIBBERBISNIS DENGAN HATI

BERBISNIS DENGAN HATI

Para perempuan ini dianugerahi hati untuk memiliki multi talenta. Tak hanya mengerjakan sesuatu yang menghasilkan keuntungan, tetapi mereka juga mampu menambahkan nilai dalam bisnisnya dengan memberi harkat dan martabat pada subyek yang dilibatkan dalam usahanya. Inilah para ibu pengusaha yang menggunakan hati sebagai modal usahanya.

Kebebasan adalah hak semua manusia, termasuk juga anak yang terdapat dalam Lapas Umum Klaten, Jawa Tengah. Meski secara fisik mereka terkurung, namun kreativitas mereka tak kalah dengan anak-anak bebas yang berada di luar Lapas. Hal ini tidak lepas dari peran seorang Dian Sasmita. Dengan latar belakang sarjana hukum, Dian prihatin atas kehidupan anak-anak yang terdapat dalam lapas itu. Hatinya mulai tergerak saat mengetahui anak-anak itu hidup dalam kerangkeng yang minim kreativitas, saat ia melakukan pendampingan secara hukum. Akhirnya di tahun 2009 Dian nekat mendirikan sebuah komunitas sosial yang fokus utamanya adalah perkembangan anak-anak kurang beruntung seperti anak-anak dalam Lapas, yang ia namai "Sahabat Kapas". Tidak ada sedikitpun keraguan di hati perempuan ini. Ia datang berkunjung secara berkala, niat tulusnya ia tunjukkan dengan meleburkan diri bersama anak-anak Lapas itu. Tidak hanya memotivasi mereka tetapi Dian juga mengajarkan kerajinan tangan seperti sablon kaos yang berlabel "ONJAIL". Kini 4 tahun sudah Dian Sasmita  menjadi bagian dari anak lapas itu. Tanpa kenal lelah, kehadirannya pun mampu merubah anak-anak yang kurang beruntung, menjadi pribadi yang lebih tangguh dan mandiri, hingga nantinya lahir generasi yang bermanfaat bagi bangsa.

Hidup dengan dua kaki polio sejak usia 5 tahun, tak membuat Astiani rendah diri. Optimisme selalu mewarnai kesehariannya. Bagi Astiani, yang hanya lulusan SD ini, hidup adalah proses mengaktualisasi diri. Sejak muda, kegemarannya belajar berbagai keterampilan, termasuk keahlian menjahit dan merias pengantin, telah membuatnya kini memiliki usaha salon dan jasa merias pengantin yang ia kelola bersama suaminya, Sri Maryanto - yang juga penyandang disabilitas. Tidak hanya untuk dirinya sendiri, ibu dengan tiga anak ini selalu berupaya menularkan semangat, ilmu, dan keterampilannya. Tidak hanya kepada para penyandang disabilitas saja, tetapi juga kepada mereka yang memiliki anggota tubuh lengkap. Keinginan terbesarnya adalah, agar mereka bisa hidup tanpa tergantung pihak lain, bahkan mampu untuk memiliki bisnis sendiri. Hingga kini, tanpa putus semangat, Astiani terus menjadi agen sosial bagi yang ingin belajar keterampilan di Rehabilitas Centrum Solo (wadah pelatihan bagi penyandang disabilitas).

Karya-karya cantik telah dihasilkan oleh para penyandang disabilitas, itulah Tiara Handicraft. Berawal dari hobi Titik Winarni, perempuan asal Surabaya ini tergerak memberdayakan para penyandang disabilitas untuk mengembangkan produk Tiara Handicraft yang didirikannya sejak 1995. Dengan telaten, Titik mengajarkan para kaum difabel ini dapat menghasilkan barang-barang seni yang memiliki nilai jual. Bahkan produk-produk Titik sudah menembus pasar mancanegara, yaitu Virginia dan Amerika. Meski tidak banyak orang yang percaya untuk mempekerjakan para pekerja yang tidak lengkap secara fisik, Namun Titik yakin mereka berhak diberi kesempatan, untuk produktif dan mandiri. Karena itu Titik selalu menerima siapapun kaum disabilitas yang datang. Kesuksesan Tiara Handicraft ditempuhnya dengan berliku. Awalnya Titik bahkan sempat menjual produknya dari pintu ke pintu ini, bahkan ia pun sempat ditinggalkan oleh seluruh karyawan. Bekerja dengan para difabel pastilah bukan hal mudah, namun justru kegigihan anak didiknya yang membuat ia tetap bertahan. Kesabarannya menghantarkan Titik  hingga diundang berbicara didepan Sidang Perserikatan Bangsa-Bangsa di New York, Amerika Serikat. Titik juga diberi kesempatan untuk menimba ilmu tentang kerja sosial di negeri Paman Sam. Dari sini kemudian Titik berhasil mendapatkan penghargaan lainnya. Walaupun memiliki kesibukan dengan usahanya, Titik juga tidak pernah meninggalkan perannya sebagai istri dan ibu bagi anak-anaknya. Ibu lima anak ini selau mengajarkan anak-anaknya untuk saling menghargai. Bahkan keluarga Titik tinggal bersama dalam satu rumah dengan kaum difabel binaanya.


Kick Andy: Home • The Show • Special • Andy's Corner • Foundation • Recommended Book • Andy's Friend • Andy's Team • About

Tag: Kliping Media, Kick Andy