Tag Archives: Tulisan Munir

In Memoriam Bakorstanas

Sumber: Satunet.com (http://satunet.com/artikel/isi/00/03/09/9023.html) Oleh Munir, S.H. Presiden Abdurrahman Wahid kembali mengambil keputusan strategis bagi proses pembenahan kehidupan bernegara, yaitu membubarkan Bakorstanas (Badan Koordinasi Stabilitas dan Keamanan Nasional). Keputusan yang demikian penting itu tampaknya bergerak dari kesadaran bahwa salah satu hambatan

Memahami Amarah Wamena

Sumber: Satunet.com (http://satunet.com/artikel/isi/00/11/11/31890.html) Oleh: Munir, S.H. Puluhan korban jatuh menyusul upaya polisi memaksa penurunan bendera Bintang Kejora di Wamena, Papua Barat (dulu: Irian Jaya). Paling tidak muncul dua persoalan besar pasca upaya paksa itu. Pertama, berkembangnya isu atau pun persoalan

Soeharto: Peradilan Setengah Hati

Sumber: Satunet.com (http://www.satunet.com/artikel/isi/00/09/09/25756.html) Oleh: Munir, S.H. Peradilan mantan Presiden Soeharto baru saja dimulai, dan langsung mengundang perdebatan. Perdebatan itu tertuju pada soal kesehatan Soeharto, yang dinilai di satu pihak Soeharto tidak sehat untuk duduk sebagai tersangka di depan peradilan, dan

Priok, Komnas HAM, dan Nasib RUU Pengadilan HAM

Sumber: Satunet.com http://satunet.com/artikel/isi/00/07/03/19610.html http://satunet.com/artikel/isi/00/07/08/19611.html http://satunet.com/artikel/isi/00/07/10/19614.html http://satunet.com/artikel/isi/00/07/15/19616.html Oleh: Munir, S.H. Bagian I Komnas HAM mengumumkan hasil penyelidikan atas kasus Tanjung Priok dan menyatakan telah terjadi pelanggaran HAM berat. Pelanggaran HAM berat itu dilakukan baik oleh aparat militer maupun massa yang berunjuk

Mempertanyakan Bangkitnya “Civil Society”

Sumber: Satunet.com http://satunet.com/artikel/isi/00/06/12/17379.html http://satunet.com/artikel/isi/00/06/17/17383.html Oleh: Munir, S.H. –o povo, el pueblo, il popolo, le peuple, ho laos– Bagian I Sebagaimana diuraikan dalam tulisan-tulisan sebelumnya (Meniti jembatan transisi I-IV), faktor-faktor penting bagi transisi menuju demokrasi justru menjadi faktor minor dalam warna

Meniti Jembatan Transisi Demokrasi

Sumber: Satunet.com http://www.satunet.com/artikel/isi/00/05/22/15759.html http://satunet.com/artikel/isi/00/05/27/16074.html http://satunet.com/artikel/isi/00/05/29/16266.html http://satunet.com/artikel/isi/00/06/03/16579.html Oleh: Munir, S.H. Bagian I Tanggal 20 Mei kemarin genap dua tahun berakhirnya kekuasaan Soeharto. Semua kalangan mungkin akan menyepakati saat itu sebagai akhir dari kekuasaan otoritarian Orde Baru, dengan beban untuk menyelesaikan berbagai

Sebuah Proyek Bernama Peradilan Koneksitas

Sumber: Satunet.com (http://www.satunet.com/artikel/isi/00/05/08/13801.html) Oleh: Munir, S.H. Pekan lalu Pengadilan Negeri Banda Aceh membuka peradilan koneksitas atas kasus pembunuhan Tengku Bantaqiah dan 56 orang santrinya. Kendati telah dikritik bahwa peradilan koneksitas itu tidak memenuhi rasa keadilan serta cacat hukum, pemerintah melalui

Membangun Bangsa dan Menolak Militerisme (3)

Sumber: Satunet.com (http://satunet.com/artikel/isi/00/03/23/10295.html) Oleh: Munir, S.H. Tulisan sebelumnya: Membangun Bangsa dan Menolak Militerisme (2) Aspek penting dalam militerisme adalah pemusatan kekuasaan di satu tangan. Pemusatan itu tidak saja pada struktur hirarkis lembaga negara, akan tetapi lebih jauh dipusatkan kepada individu penguasa.

Membangun Bangsa dan Menolak Militerisme (2)

Sumber: Satunet.com (http://satunet.com/artikel/isi/00/03/23/10295.html) Oleh: Munir, S.H. Tulisan sebelumnya: Membangun Bangsa dan Menolak Militerisme (1) Dalam merumuskan kembali kekuatan sebagai bangsa, tantangan utamanya adalah merumuskan nilai, apakah nilai demokrasi atau lainnya. Kalau kemudian direfleksikan bahwa bahaya militerisme adalah bahaya terhadap bangun bangsa,

Membangun Bangsa dan Menolak Militerisme (1)

Sumber: Satunet.com (http://satunet.com/artikel/isi/00/03/23/10295.html) Oleh: Munir, S.H. Membangun Bangsa (Nation) adalah kata kunci dari semangat awal bagian-bagian masyarakat kita menyatukan diri serta memberikan identitas atas dirinya sebagai Indonesia. Dalam perjalanan sejarahnya, identitas itu tidaklah dinaungi oleh nilai-nilai yang sama. Akan tetapi