60 Persen “Civitas Academica” Kampus STAN Berpaham Eksklusif (Radikal)

Sumber: DutaIslam.com, 12 Februari 2017
URL: http://www.dutaislam.com/2017/02/60-persen-civitas-akademik-kampus-stan-berpaham-ekslusif.html

Ilustrasi, segerombolan mahasiswi bercadar.

DutaIslam.Com
Salah satu kampus negeri yang dikuasai oleh kelompok Islam radikal adalah Sekolah Tinggi Akuntansi Negara (STAN) Jakarta. Di sana, sejak tahun 2000 hingga 2009 akhir, banyak dijumpai mahasiswi yang biasa menggunakan cadar saat ngampus. Persentasenya mencapai 60 persen sampai sekarang.

“Namun sejak 2009 akhir, sekarang sudah jarang dijumpai (yang bercadar, red),” kata Udin (bukan nama sebenarnya), salah satu pengurus Ikatan Mahasiswa Nahdliyyin (Iman) kepada Dutaislam.com, di rumahnya, di Tangerang Selatan, Selasa (15/11/2016) malam.

Menurut Udin, di STAN ada 3 paham ideologi Islam yang sebelum era 2010-an sering bengkerengan pemikiran ketika bertemu dalam sebuah dialog. Mereka adalah salafi wahabi, nahdliyyin dan nasionalis. Karena pergeseran mahasiswa, terangnya, justru yang terjadi sekarang ini adalah meningkatnya kecenderungan nasionalis.

“Dulu, anak-anak kurang mampu dan pintar, banyak di STAN, sekarang banyak dari kalangan mampu juga masuk ke STAN. Inilah yang menyebabkan banyak mahasiswa sejak 2010 tidak fanatis aliran ideologi tertentu,” terang laki-laki yang juga aktif di Ansor ini.

Meskipun begitu, lanjutnya, secara politik STAN masih dikuasai wahabi. Struktur jabatan kampus banyak diisi oleh kalangan eksklusif. Bahkan mereka membuat sistem yang biasa disebut liqa’ (pertemuan rutin) untuk mahasiswa yang ingin belajar Islam.

Walaupun pertemuan itu berada di luar kegiatan internal mahasiswa, namun pihak kampus memfasilitasi hampir semua kegiatan wahabi-wahabi muda di STAN. Sementara, kalangan nahdliyyin di STAN selama ini hanya difasilitasi oleh Iman.

Di STAN, Iman adalah komunitas Islam kultural yang sengaja dibuat untuk melestarikan tradisi-tradisi nahdliyyin yang sulit ditemukan di kampus. Kegiatan semacam tahlilan, ngaji Kitab Taqrib, Ta’lim Muta’allim, pelatihan Nahwu Sharaf diselenggarakan, “diisi oleh alumni-alumni STAN yang pernah di pondok dan madrasah,” paparnya.

Karena fanatisme di kampus menurun, mereka mengubah gaya dakwah menjadi lebih terbuka. Ada yang kemudian mempersilakan anak-anak Iman jadi pengurus di masjid kampus yang dikuasai wahabi. “Mereka kadang kolaborasi untuk menyelenggarakan kegiatan bersama Lembaga Keagamaan (milik kampus) yang 100 persen diisi wahabi semua itu,” ujarnya.

Model dakwah yang dulu selalu menggunakan cara-cara yang mempertentangkan antara wahabi dan nahdliyyin, berubah secara perlahan. Semoga saja ekslusifisme segera berakhir di STAN. [dutaislam.com/ ab]

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *