Bedah Soneta Bersama Riswan dan Herman

Oleh Soneta Mania

Sumber: Grup “Kelompok Pengapresiasi dan Kolektor Album-Album SONETA” di Facebook
URL: https://www.facebook.com/groups/109971465870065/permalink/580597432140797/

Haji Riswan sudah berpulang. Allah SWT telah memanggilnya sore kemarin, Ahad, 12 Maret 2017, sekitar pukul 16.30 sore.

Harimau mati meninggalkan belang, Gajah mati meninggalkan gading. Manusia wafat meninggalkan nama besarnya. Sebagai seorang musisi personil Soneta Group, sebuah grup musik yang saat ini masih terbesar di tanah air, sosok H. Riswan bukanlah musisi sembarangan, meskipun kemampuan bermusiknya diperoleh secara otodidak, tanpa pendidikan musik secara formal. Sentuhan jarinya pada tuts piano, organ maupun keyboard terbukti memberikan nyawa tersendiri bagi musik Soneta yang pada akhirnya menjadi patron bagi hampir seluruh grup musik dangdut setanah air. Belum bisa dikatakan grup yang kompak jika belum bisa membawakan musik Soneta dengan mulus.

Laailaahailallah, Ghibah, Tersesat, Badai Fitnah, Santai, adalah contoh beberapa lagu begitu “bernyawa” berkat sentuhan jari-jemari H. Riswan. Rhoma sebagai leader, pencipta lagu, dan penentu keputusan aransemen hanyalah memberi arahan agar main seperti ini dan ini, selebihnya masing-masing personil yang melakukan improvisasi sendiri agar klop dengan apa yang ada diinginkan Rhoma. Jika belum pas, terus dicari sampai terasa pas. Debat kusir kerap terjadi didalam proses finalisasi aransemen musik sebuah lagu.

Adalah sebuah anugerah ketika diberi kesempatan untuk memiliki kedekatan dengan para personil Soneta. Kedekatan yang bukan hanya sekedar artis dan penggemar namun kedekatan yang pada akhirnya lebih mendekatkan diri pada sisi kekeluargaan dimana tidak ada beban untuk menceritakan apapun.

Ada sebuah kenangan dengan H. Riswan yang tidak terlupakan, meskipun sudah terjadi lebih dari 10 tahun silam. Dalam satu kesempatan berkunjung ke tempat seorang karib di Yogyakarta, yang juga seorang fans Soneta. Kami menginap di rumah teman tersebut bersama-sama dengan H. Herman, yang saat itu baru bergabung kembali bersama Soneta setelah mengundurkan diri di tahun 1976 bersama H. Kadir, pemukul gendang sebelum digantikan H. Chovif.

Banyak sekali kisah dan cerita yang mereka ungkapkan perihal Soneta, termasuk kisah dan cerita yang selama ini tidak pernah diungkapkan baik oleh media maupun oleh personil Soneta sendiri. Semakin malam apa yang diceritakan semakin menarik dan menjadi semakin tahu apa dan bagaimana sebenarnya yang ada di dalam Soneta sejak dibentuk tahun 1970.

Cerita terus berlanjut ketika kami berangkat menuju area wisata candi Borobudur. Sepanjang perjalanan pulang dan pergi diiringi lagu-lagu Soneta dari tahun 70-an hingga 90-an. Yang mengasyikkan adalah setiap lagu selalu mereka komentari baik saat rekaman maupun cerita di balik lagu yang sedang berkumandang tersebut. Sesekali mereka tertawa deras ketika menyampaikan ada beberapa kesalahan pada saat rekaman lagu tersebut seperti Rhoma telat masuk vokal pada lagu Hampir Saja, Herman salah chord bass pada lagu Pria Idaman, Kadir yang terlalu cepat masuk tone pada lagu Kelana dan masih banyak lagi bahasan pada setiap lagu yang diputar. Namun, sayangnya, juga ada beberapa kisah tentang Soneta yang off the record, terutama perihal hubungan antarpersonal saat itu.

H. Riswan telah berpulang, H. Herman saat ini dalam kondisi yang belum stabil. Begitu pun dengan para personil lain seperti H. Hadi dan H. Wempy. Mereka bukan hanya musisi, bukan hanya sekedar pemain orkes Melayu tetapi mereka adalah orang-orang yang memiliki ketetapan hati untuk bekerja keras guna menjadikan musik yang diperjuangkan menjadi sebuah produk budaya yang lebih dianggap bahkan diakui sebagai karya anak bangsa, sejajar dengan musik lainnya.

Usaha mereka semua tidak sia-sia. Berkat Soneta, orkes Melayu yang kemudian bertransformasi menjadi musik dangdut telah berhasil berdiri sejajar dengan musik lain bahkan dapat dikatakan bahwa dangdut adalah satu-satunya musik yang disukai semua lapisan masyarakat tanpa sekat wilayah bahkan status sosial.

Indonesia berdangdut, Indonesia bergoyang!
Dunia pun berdangdut, dunia kita goyang!

Selamat jalan H. Riswan….

4 Responses to Bedah Soneta Bersama Riswan dan Herman

  1. Jhocksa@ says:

    Soneta Legend Indonesia..

  2. Jhocksa@ says:

    Satu persatu sesepuh soneta telah tiada.. Namun nama2 dan karyanya tersimpan rapi di hati penggemarnya…

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *