Berteman dengan Ramdansyah Bakir, Berbuah Ngobrol dengan Rhoma Irama
Sabtu-Minggu (4 dan 5 Juni) kemarin cukup menyenangkan karena di Mamuju, Sulawesi Barat, datang seorang tamu yang cukup istimewa, yaitu Ramdansyah, S.S., S.Sos., S.H., M.K.M., M.A., M.U.D. yang dikenal juga sebagai Ramdansyah Bakir (nama yang dipakainya di media sosial). Saya hanya katakan “cukup istimewa”, karena yang datang bukan Rhoma Irama, melainkan hanya seorang Sekretaris Jenderal Partai Islam Damai Aman (Idaman) yang diketuaumumi oleh Rhoma Irama. Sejak Kamis (2/6) malam Pak Ramdan sudah memberikan informasi tentang rencana kunjungannya ke Mamuju. Informasi tersebut langsung saya sambut dengan sukacita, karena memang sudah saya pesankan sebelumnya bahwa bila ke Mamuju agar memberi tahu saya. Pak Ramdan saya temui di Hotel D’Maleo Mamuju pada Sabtu (4/6) malam dan Minggu (5/6) pagi.
Meskipun Pak Ramdan adalah seorang sekjen partai, lebih-lebih partai yang dipimpin oleh Rhoma Irama, pemimpin Soneta Group yang saya gemari, saya sadar betul bahwa sebagai seorang pegawai negeri sipil (PNS) saya terikat oleh kode etik pegawai. Larangan ke-2 dari 12 larangan dalam kode etik Ditjen Perbendaharaan adalah larangan “menjadi simpatisan, anggota, dan/atau pengurus partai politik”. Karena itu, ketika berjumpa dengan Pak Ramdan, saya sangat menjaga sikap netral saya sebagai abdi negara. Misalnya ketika foto bersama dan tangan Pak Ramdan membentuk lambang cinta khas Partai Idaman, saya tidak ikut-ikutan membuat lambang cinta.
Daftar Isi
Ngobrol dengan Rhoma
Untungnya, Pak Ramdan bukan hanya seorang politisi. Dia juga seorang fotografer profesional. Karenanya, setelah bertemu beberapa jam pada Sabtu malam, saya meminta lagi untuk bertemu pada Minggu pagi. Saya ajak Pak Ramdan ke Anjungan Pantai Manakarra yang dibangun oleh Pemerintah Kabupaten Mamuju. Di pantai, Pak Ramdan banyak berbagi tentang teknik fotografi, yang cukup bermanfaat untuk saya yang masih tergolong fotografer newbie ini.
Di tengah asyiknya berfoto-foto, tiba-tiba Pak Ramdan menerima telepon dari Rhoma Irama, atasannya. Kira-kira 45 menit habis waktu untuk berbicara di telepon. Di antara 45 menit tersebut terdapat satu menit yang sangat menyenangkan, yaitu ketika Pak Ramdan mempersilakan saya untuk berbicara langsung dengan Rhoma Irama. Itulah pengalaman pertama saya berbicara dengan Rhoma Irama. Di situ saya sampaikan kepada Pak Haji bahwa saya gemar Soneta Group sejak 1982.
“Masya Allah, Masya Allah,” ucap Pak Haji Oma Irama.
Alhamdulillah, di usia yang tidak bisa lagi dibilang muda ini saya bisa berbicara langsung dengan Rhoma Irama, meski hanya lewat telepon dan dalam durasi yang sangat singkat. Saya masih ingin suatu saat bisa berjumpa dengan Pak Haji secara langsung. Tentunya harapan cukup besar saya sampaikan kepada Pak Ramdansyah sebagai orang dekat Pak Haji, bahwa kelak dapat membantu mewujudkan keinginan saya tersebut.
Leave a Reply