Informasi Pengimbang Tentang Bisnis Pohon Jabon I-Gist

Pohon jati bongsor alias jabon (Anthocephalus cadamba).

Daftar Isi

Pendahuluan

Beberapa tahun terakhir informasi tentang bisnis penanaman pohon jabon (singkatan dari jati bonsor/jati bongsor) cukup meramaikan dunia maya. Setiap kali kita mencari informasi tentang pohon jabon melalui mesin pencari, selalu yang ditemukan adalah ajakan untuk berbisnis pohon jabon dengan segala kelebihan dan janji manisnya.

Penyebab dari membanjirnya informasi tentang pohon jabon ternyata tak lepas dari terbangunnya sebuah bisnis jaringan yang diprakarsai oleh PT Global Media Nusantara (PT GMN). PT GMN menamai bisnisnya ini dengan I-Gist (singkatan dari International Green Investment System). Meski tak mau menyebut bisnisnya sebagai MLM (multilevel marketing, pemasaran berjenjang), bisnis jabon I-Gist pada prinsipnya hampir sama saja dengan MLM. Pebisnis jabon yang tergabung dalam I-Gist-nya PT GMN akan mendapatkan untung lebih besar apabila lebih serius menggarap jaringan bisnisnya. Sukses dalam pengembangan jaringan dapat membawa mereka jalan-jalan ke luar negeri baik untuk wisata maupun ibadah.

Karena banyaknya pebisnis jabon I-Gist yang bernafsu untuk mendapatkan jaringan seluas-luasnya, maka tak heran kalau mesin pencari dirajai oleh bisnis jabon I-Gist. Bahkan, ketika kita mencoba mencari tentang penipuan atau kebohongan bisnis jabon, mesin pencari selalu menampilkan bantahan atas penipuan pada peringkat atas.

Salut atas prestasi dalam optimasi mesin pencari tersebut. Namun, saya memandang bahwa informasi yang disampaikan hanya sepihak tidaklah sehat. Pengguna Internet hanya dijejali informasi yang manis-manis saja tanpa cukup diimbangi dengan informasi mengenai risiko dan dampaknya.

Nah, artikel ini dimaksudkan untuk tujuan pengimbangan dimaksud. Kebetulan, saya juga cukup kesulitan untuk mendapatkan informasi tentang risiko dan dampak bisnis pohon jabon, khususnya jabon I-Gist. Di dalam artikel ini dimuat kompilasi dari beberapa artikel pengimbang yang sudah ada sebelunnya dan ditulis oleh orang lain yang tentu saja popularitasnya di mesin pencari tenggelam di bawah rimbunan promosi pebisnis jabon I-Gist.

Hati-hati Penipuan Berkedok Budidaya Jabon

Pada 29 Maret 2013, seseorang yang menggunakan nama “Auditor Eksternal” memaparkan dalam diskusi di situs plantamor.com[1] betapa bisnis pohon jabon I-Gist yang dikembangkan oleh PT Global Media Nusantara (GMN) tak lain adalah penipuan berkedok budidaya jabon. Selengkapnya, si “Auditor Eksternal” tersebut menulis begini:

Hati hati penipuan berkedok budidaya jabon yang menggunakan metode mark up harga dan menggunakan metode penjaminan dengan back up property yang dilakukan dan dipromosikan secara luar biasa oleh PT Global Media Nusantara (PT GMN), karena hal tersebut hanya pembodohan kepada investor yang tamak dan serakah. Mau tahu rahasianya?

  1. Modal per pohon Rp 250.000 s.d. Rp 300.000, atau Rp 250 juta per 1.000 pohon.
    Terlihat bahwa hal ini sudah sangat tidak masuk akal, mau tahu biaya nyata tanam jabon? Tidak lebih dari Rp 50.000 per pohon untuk daur 6 tahun, anda bisa melihat dan perbandingkan dengan standar Perhutani dan perusahaan HTI (hutan tanaman industri) yang mana hanya berkisar Rp 20 juta s.d. Rp 30 juta per ha (1.000 pohon), mulai daur pembibitan sampai dengan siap panen.
    Andaikata kita hitung maksimal Rp 50.000 per pohon atau Rp 50 juta per ha. Maka kita lihat.
    Rp 250 juta – Rp 50 juta, masih sisa Rp 200 juta per ha!
    Andai per ha panen nanti dapat Rp 200 juta, konsumen masih Rp 50 juta ditambah inflasi riilnya rugi Rp 100 juta/ha atau Rp 100.000/pohon.
  2. Metode back up tanaman atau property.
    Dengan sisa 200 juta ini PT GMN tidak hanya bisa memberikan back up tanaman, bahkan mereka bisa membeli lahan plus menanam atau membeli PERUMAHAN GRATIS DENGAN UANG INVESTOR BODOH.
    Mau tahu? 1 ha lahan buat menanam jabon taruhlah seharga Rp 100 juta/SHM, plus biaya tanam Rp 50 juta. Setelah 5 tahun, jelas harga tanah sudah naik menjadi Rp 200 juta/ha plus tanaman kita hitung setelah 5 tahun mereka panen 100 juta/ ha.
    JADI, KEUNTUNGAN PT GMN = Rp 300 JUTA DI TANGAN TANPA MODAL. PADAHAL, JELAS INI HAK KONSUMEN PENUH!
    KALAU MEREKA BISA MENGGAET 100 HA, TOTAL 100 HA X RP 300 JUTA = RP 30 MILIAR KEUNTUNGAN PT GMN.
    Mereka bisa dapat GRATIS LAHAN PLUS TANAMAN SELUAS 1 HA YG BISA BUAT BACK UP. Lalu sisa Rp 50 juta ini mereka gunakan untuk biaya promosi, seminar, dan membayar jaringan upline dan pengurus mereka.
  3. Metode back up property.
    Kita hitung saja minimal PT GMN bisa mengumpulkan investor 100 ha atau 100.000 tanaman dikalikan Rp 250.000.. Minimal Rp  25 MILIAR mereka pegang. Digunakan untuk tanam, promo dan sebagainya adalah Rp 5 MILIAR. Masih sisa Rp 20 miliar.
    Rp 20 M Ini seandainya dibuat kost kelas atas di kota besar bisa untuk membuat sekitar 20 x 20 kamar = 400 kamar kost kelas atas. (Hitungan 1 miliar bisa untuk beli tanah dan bangun kost 20 kamar.)
    400 kamar ini per bulan x Rp 500.000 = Rp 200 juta/bulan. TOTAL PENDAPATAN PT GMN Adalah Rp 200 JUTA X 12 BULAN X 6 TAHUN = TOTAL Rp 2,4 M X 6 = Rp 12, 6 MILIAR DENGAN MENGGUNAKAN UANG INVESTOR DAN MEREKA TANPA MODAL …
    PLUS KENAIKAN HARGA PROPERTI 6 TAHUN MINIMAL 200 PERSEN = 12,6 M + 20 M X2 =
    56 MILLIAR KEUNTUNGAN PT GMN
    ( LAGI LAGI TANPA MODAL KARENA MENGGUNAKAN UANG INVESTOR )
    Di sini sudah terlihat PT GMN UNTUNG puluhan miliar, sementara investor jelas pada MINUS DAN MERUGI.
    Kenapa? Rp 100 juta s.d. Rp 200 juta/ha x 100 ha hasil panen 6 tahun = total Rp 10 miliar s.d. Rp 20 miliar. Jelas masih minus dari modal mereka yang Rp 250 juta/ha atau Rp 25 MILIAR/100 HA.

Untuk menghindari huru-hara dan pidana 6 tahun kemudian PT GMN PUNYA 2 CARA:

  1. Kabur. Ini strategi terjelek.
  2. Menutup kerugian investor yang Rp 15 miliar s.d. Rp 20 miliar ini dengan aset KEBUN DAN PROPERTY
    (YANG NOTABENE MILIK INVESTOR JUGA).
    LAGI-LAGI, PT GMN MASIH UNTUNG RP 20 MILIAR S.D. RP 30 MILIAR DALAM 6 TAHUN.
    SEMENTARA INVESTOR JUGA AGAK SENANG WALAU MENGEGRUTU KARENA SUDAH BALIK MODAL (CUMA RUGI KENA INFLASI).

KALAU CUMA BEGITU, DENGAN MODAL IKUT PT GMN YG Rp 250 JUTA/HA, lebih baik investor tanam sendiri dengan sistem sewa lahan atau beli lahan.
Kalau sewa paling dengan modal Rp 50 juta/6 tahun sudah bisa tanam, kalau beli lahan dengan modal Rp 100 juta s.d. Rp 150 juta juga sudah dapat kebun dan SHM.
Atau Rp 30 juta s.d. Rp 50 juta buat tanam, Rp 200 juta sisanya bisa buat beli perumahan.

HANYA ORANG SERAKAH DAN TAMAK YANG BISA DIBODOHI OLEH PT GMN.

Baca diskusi selengkapnya di: Diskusi Jabon di Plantamor.com

Referensi

  1. [1]Diskusi tentang Jabon di plantamor.com

Pranala Luar

Lihat Pula