Kebangkitan
Sumber: Anggaran.go.id, 01-09-2004
Oleh Tanda Setya
“Kamu sudah habis,” sebuah kata yang terlontar saat diri ini gagal atas sesuatu hal. Walau kata itu singkat namun mengandungi arti yang sangat panjang. Hari-hari dalam hidup dihantui oleh sebuah perasaan bersalah karena sebuah ketidak berhasilan. Serasa diri tersisih dari persaingan kehidupan, haruskah diri menyingkir jauh dari apa yang disebut kompetisi. Apakah benar bahwa semua telah tamat, dan diri ini akan mandeg tak bergerak. Apakah tiada lagi sebuah arti lebih dapat dibuat oleh diri ini?
Begitu membelengu, sehingga terasa benar bahwa sudah tidak ada lagi jalan keluar. Namun diri ini tentu tidak sekerdil rumput yang tertindih oleh bebatuan koral, masih ada yang namanya akal dan perasaan yang dapat meng-upgrade semua ini. Tentu semua kegagalan tidaklah sebuah kesalahan apabila telah didahului dengan usaha-usaha. Kegagalanku bukan karena ketidakupayaan namun atas sebuah usaha yang mungkin belum maksimal. Maka aku yakin bahwa aku bisa bangkit, dan akan bisa bersaing dengan mereka-mereka yang telah dulu sukses. Aku akan berusaha lebih keras untuk menebus kegagalanku, aku akan bangkit, aku tidak boleh putus asa. Begitu salah satu bisikan dari lubuk hatiku.
Dalam termin perenungan yang lain, aku terbisiki. Aku sungguh unfair dalam melakukan sebuah perbuatan. Untuk urusan keduniaan/kebendaan begitu merasa bersedihnya bila gagal. Aku begitu getolnya untuk mendapatkan. Sementara untuk urusan keakhiratan aku tidak terlalu merasa sedih apabila gagal untuk mendapatkannya. Dan tidak terlalu bersusah payah untuk mengejarnya, sungguh aku tidak adil. Kenapa aku berbuat mati-matian untuk urusan dunia, sementara malas-malasan untuk urusan akhirat. Sungguh tidak selayaknya aku merasa bersedih begitu sangat, atas kegagalan dalam urusan dunia, bukankah semua itu telah terjadi atas ijin Tuhan. Dan aku berusaha untuk mengambil hikmah dibaliknya. Namun aku tidak mendapatkan hikmah yang constructive, yang ada hanya rasa penyesalan yang semakin menjadi. Oh betapa lekatnya arti sebuah kesuksesan dan kegagalan kebendaan ini dalam kalbuku. Perasaan tersisih dan tertindih membuat diri terasa tiada harga lagi.
Aku harus bangkit, dengan bangkit yang benar. Kebangkitan hanya untuk mengejar urusan kebendaan akan mendatangkan kepedihan lagi bila terjadi kegagalan. Aku yakin bahwa tidak ada orang yang selalu sukses atau gagal selamanya. Kedua hal itu adalah bagai mata uang yang saling melengkapi untuk memberi sebuah nilai. Tidak ada rasa/nilai atas sebuah keberhasilan bila tidak pernah merasakan kegagalan. Tidak ada rasa gagal apabila tidak pernah meraih keberhasilan.
Jawaban bagi kegagalan adalah upaya untuk bangkit dan berusaha untuk berhasil. Meratapi sebuah kegagalan adalah kegagalan selanjutnya, dan bangkit dari kegagalan adalah kesuksesan selanjutnya.
Dalam sisi lain terpikirkan apakah aku tidak sebaiknya tetap seperti ini adanya? memang aku begini adanya. Kemampuanku telah dititahkan sebatas ini dan ini yang harus disyukuri dan diterima. Aku harus memberdayakan diri dengan yang ada ini, menyisih dari persaingan yang lebih tinggi derajatnya karena memang takaran derajat ku cukup disini. Apa artinya usaha yang telah ditentukan batasanya? Bukankah pada dasarnya aku gagal ini, menjadi penyebab keberhasilan orang lain. Rasa itu yang merasuk dalam fikirku sehingga aku menerima ini semua dan menjauh dari persaingan. Namun bagiku ini adalah bentuk kebangkitan juga.
Bisikan lain dalam lamunanku, aku harus bangkit degan bangkit yang benar. Tidak ada kegagalan, yang ada hanyalah keberhasilan yang tertunda. Aku harus bangkit baik dalam urusan duniawi, maupun ukhrawi. Aku menyadari bahwa aku masih berada di jagat bumi, yang harus berkompetisi untuk menjadi exist dan survive. Maka aku harus bangkit dalam urusan ini. Sementara bangkit dalam urusan ukhrawi juga harus dilakukan. Apa artinya kebangkitan dalam urusan dunia yang nilainya hanya akan menjadi pembangga di dunia saja tanpa memberikan impact pada hari akhir. Untuk urusan dunia masih ada kata waktu untuk memperbaiki kedepannya, namun gagal dalam urusan akhirat kalau tidak segera dibetulkan dan bangkit maka hasilnya akan sangat mengerikan. Gagal didunia paling banter rasanya akan lenyap setelah maut menjemput, sedangkan gagal dalam urusan akhirat rasanya bisa diidap sekarang dan berlanjut hingga setelah terputus maut.
Memang disini terkesan adanya dikotomi, antara urusan akhirat dan urusan dunia. Walau pada dasarnya semua masalah ini adalah masalah akhirat juga, karena setiap apa yang diperbuat di alam padha ini nanti akan dipertangungjawabkan di hari akhirat. Maka kebangkitan yang ideal adalah bangkit total baik dalam urusan keduniawian dan juga urusan keakhiratan. Ini adalah kebangkitan yang sebenar-benarnya.
Tidak ada kata terlambat selagi hayat masih dikandung badan baik untuk urusan dunia maupun akhirat. Untuk urusan ukhrawi Tuhan masih memberikan peluang bagi manusia membenarkan tauhidnya sebelum nafas di tenggorokan. Bagi yang hidupnya telah jatuh dalam kemaksiatan dari yang limit hingga yang unlimited masih ada saat bangkit selagi nafas belum sampai di tenggorokan. Kebangkitan yang sangat berarti bagi hidup selanjutnya.
Sementara untuk urusan kebendaan kebangkitan berarti juga dalam upaya untuk sustainable-nya peluang dalam berkompetisi guna meraih prestasi yang tertinggi. Dengan memahami hikmah ini dapat menjadi bahan kebangkitan, bahwa setiap kegagalan masih bisa diperbaiki dan setiap orang yang gagal tidak sepatutnya dimatikan semangatnya dengan hujatan dan sindiran-sindiran yang melemahkan. Sebagai orang bijak sepatutnya memberikan semangat untuk mencapai kebangkitan. Adanya kegagalan sebagai wujud kekuasaan Tuhan yang ditunjukkan kepada kita. Demikian juga adanya keberhasilan juga menunjukkan kekuasaan Tuhan kepada kita. Dalam keduanya ada ujian. Dan dalam ujian ada keberhasilan dan kegagalan. Apabila gagal jawabanya adalah bangkit untuk menuju keberhasilan, tentu harus difahami bahwa kegagalan itu juga ujian dari Tuhan. Dan apabila sukses/berhasil jangan sampai melupakan bahwa keberhasilan itu adalah anugerah sekaligus ujian dari Tuhan. Bangkit dari kegagalan adalah pertanda masih adanya semangat kehidupan. Ini adalah ciri dari orang yang meyakini existensi Tuhan sebagai penentu mutlak akhir dari keberhasilan dan kegagalan. Dan perlu diingat bahwa kebangkitan itu sendiri adalah anugerah dari Tuhan.
Leave a Reply