Kilas Balik Memburu Perjumpaan (21): Rumah Tersembunyi Di Kebon Baru
Sumber: fokusjabar, 25-01-2015
TERIK mentari memanggang bumi Jakarta. Dalam putaran tahun 1982, saya berdua (alm) Denny Sabri, tokoh pengorbit artis kenamaan, bersibuk di ibu kota. Siang malam menjumpai kalangan artis film dan penyanyi pop di rumahnya. Kami menghuni rumah saudara Denny Sabri di kawasan Gudang Peluru, Jakarta Selatan. Sebenarnya rumah itu berdekatan dengan rumah Muchsin dan Titiek Sandhora., tetapi selalu saja kehabisan waktu untuk menjumpai mereka.
Pergi pagi. Pulang larut malam. Kesibukan banyak tersita memburu janji pertemuan, dengan sederet sutradara dan produser film, untuk menjajagi peluang pengorbitan artis pendatang, Meriam Bellina dan Nena Rosier. Memang Denny Sabri gigih menangani karier film mereka. Mer dan Nena baru dihadirkan berperan pembantu di film ‘Perawan-Perawan’ karya Ida Farida di Bandung (1981), Bahkan,Denny pun pernah mengangkat saya, menangani karier Anna Sofiana, remaja belia berparas menawan dari Cianjur.
Namun mandat itu mengabur tanpa kejelasan lagi. Orang kemudian mengenal ‘mojang geulis’ itu dengan nama Anna Maria, isteri aktor film Roy Marten. ‘Mumpung you lagi di Jakarta, dateng dong ke Rhoma Irama di rumahnya…! Kalau mau, nanti saya anter..’ Denny Sabri menawarkan jasa, sambil menyetir sedan Honda Accord-nya. Tentu saya sambut tawaran itu. Saya didorong untuk banyak menulis lagi tentang Rhoma Irama. Tapi program kunjungan ke rumah Rhoma, tidak langsung dibicarakan sampai tuntas.
Denny mengalirkan lagi pembicaraan tentang urusan lainnya. Terkadang, hanya menghambur cerita dan canda. Ada kebiasaan Denny Sabri, untuk membuat kejutan. Entah berapakali, saya pun mendadak kaget dan terbengong. Tanpa pernah bicara sebelumnya, saya bisa tiba-tiba dibawanya bertandang ke rumah seseorang bintang kenamaan. Begitu suka hatinya, kalau kejutannya sukses. Lepas tengah hari itu pun, saya bertanya-tanya. Sedan yang kami tumpangi melaju di sebuah kawasan.’Ke mana lagi kita sekarang..?’ tanya saya.
Denny Sabri tertawa kecil. ‘You katanya mau ketemu Rhoma Irama. Baca aja nama jalannya..! Jalan apa ini…?’ Lagi-lagi Denny tertawa puas. Saya tersentak, siang itu memasuki kawasan Jl Kebon Baru. Sedan sesaat berhenti di depan sebuah rumah besar, berlingkar pagar panjang yang mengitari areal halamannya. Pandangan pun tertutup pagar. Tak kelihatan bentuk rumahnya. ‘Coba you tanya, apa benar itu rumah Rhoma Irama?’ katanya. Denny menunggu di dalam sedan. Saya terburu-buru menanyai seseorang warga di sekitar itu.
Benar, bangunan rumah berpagar panjang itu, rumah kediaman Rhoma. ‘You aja masuk duluan..! Nanti saya nyusul…’ katanya lagi. Ya ampun, saya mendadak bingung. Malu hati. Bolak-balik di depan rumah itu, hanya mencari bagian pintu pagar. Tak ditemukan. Buru-buru saja balik ke dalam sedan. Saya menulis pesan di balik sebuah kartu nama berlogo Suara Karya. Saya mengabari Rhoma tentang kedatangan, sekaligus minta waktu untuk bertemu.
‘Coba you kasih sama Satpam…’ saran Denny, sambil menunjuk suatu arah. Tampak sebuah pos jaga di antara bentangan pagar rumah itu. Sang petugas membenarkan itu rumah Rhoma Irama. Saya sampaikan maksud kedatangan. ‘Pak Haji lagi latihan, Pak! ‘Nggak bisa diganggu…’ balasnya dingin. Saya sodorkan kartu nama, yang memuat amanat untuk Rhoma. ‘Tolong sampaikan sama Bang Haji…! Kalau nanya, di situ ada nama dan alamat saya…’ Petugas Satpam manggut, dan berlalu meninggalkan pos jaganya. Saya dan Denny Sabri masih menunggu di dalam sedan. Barangkali saja, ada balasan dari dalam rumah itu… ***
Yoyo Dasriyo.
(Bersambung)
Leave a Reply