Memanfaatkan Upline dengan Edifikasi

Oleh dr Sigit Setyawadi

Doug Wead, mantan senator dan penasehat dua presiden Amerika yang juga seorang IBO Amway, suatu hari ditawari asuransi oleh salah satu agen yang sudah dikenalnya. Mereka membuat janji untuk makan siang selama 1 jam di sebuah restoran. Doug Wead lebih dahulu tiba disana. Sejurus kemudian dia melihat mobil sang agen asuransi memasuki halaman restoran. Sang agen turun, kemudian membukakan pintu di sisi penumpang dan turunlah seseorang yang masih muda dari pintu itu. Sesampai di meja, sang agen menarikkan kursi untuk penumpang tadi, baru menarik kursi untuk dirinya dan duduk. Agen tadi memperkenalkan sang penumpang tadi kepada Doug Wead sebagai mentornya di bidang asuransi. Doug Wead sudah biasa menghadapi hal semacam ini, karena di Amway hal semacam ini sering dilakukan. Sang mentor akan digunakan oleh agen asuransi tadi sebagai pihak ke tiga.

Setelah memesan makanan, agen asuransi tadi tidak berbicara sama sekali tentang produk asuransi yang ditawarkan ke Doug Wead. Sebaliknya dia terus berbicara tentang orang muda di sebelahnya itu. Dia katakan bahwa mentornya ini seseorang yang sangat ahli di asuransi. Dia sering menulis artikel di majalah asuransi, pernah mendapat penghargaan sebagai agen terbaik. Pernah mendapat penghargaan sebagai man of the year bidang asuransi. Dia merasa sangat beruntung selama ini di mentori olehnya. Mendengarkan cerita sang agen tadi, Doug Wead merasa bersalah mengapa dia tidak mengenal orang sehebat ini ?. Selama si agen menceriterakan tentang dirinya, orang muda tadi makan dengan tenang tanpa mengucapkan apa apa, sesekali dia tersenyum dan mengangguk.

Sampai jam yang dijanjikan berakhir, tidak sepatah katapun tentang asuransi keluar dari mulut si agen, selain cerita tentang kehebatan orang yang duduk di sampingnya itu. Kemudian si agen meninggalkan tempat duduknya untuk membayar pesanan itu. Begitu si agen pergi, orang tadi membuka mulutnya: “Mister Wead, sepanjang pengalaman saya di bidang asuransi, belum pernah saya melihat keuntungan yang sedemikian besar seperti jenis asuransi yang ditawarkan beliau ini. Anda rugi jika tidak mengikutinya”, katanya sambil menunjuk kursi agen tadi.

Ketika agen tadi datang kembali, Doug Wead langsung meminta polis asuransi yang ditawarkan dan menanda tanganinya. Saat itu yang ada di pikirannya adalah “dia rugi jika tidak menandatanganinya”.

Apa yang dilakukan agen tadi namanya EDIFIKASI, yaitu membangun seseorang atau sesuatu sehingga menjadi besar di mata orang lain. Dia membangun orang yang bersamanya, sehingga menjadi besar di mata Doug Wead. Kita tidak tahu siapa orang itu sebenarnya. Bisa jadi memang mentornya, atau Office Boy di kantornya ?. Itu menjadi tidak penting.

Tahun 1930 an, para jendral tentara Jepang menempatkan kaisar Hirohito sejajar dengan dewa. Tradisi Jepang memang menganggap kaisar itu keturunan dewa matahari Amaterasu. Tetapi di tahun tahun itu, posisi Hirohito benar benar dinaikkan sejajar dengan dewa. Hirohito tidak diijinkan sering keluar dari istananya. Jika dia keluar dari istananya, semuanya berlutut dan menundukkan kepala termasuk para jendral. Yang berani mengangkat mukanya untuk melihat kaisarnya akan dihukum berat oleh militer. Rupanya tindakan jendral militer ini bukan tanpa maksud. Mereka melakukan hal itu kepada kaisar untuk nantinya bisa memanfaatkan kaisar untuk kepentingan mereka. Ketika Jepang menyerbu Asia Tenggara untuk mencari sumber minyak, para jendral mengatakan kepada tentara bahwa itu adalah atas kemauan sang dewa yaitu kaisar. Faktanya memang kaisar yang mengumumkan perang setelah armada Jepang menyerbu Pearl Harbour di Hawaii. Tentara Jepang seperti kesetanan karena merasa sedang mendapat tugas dari dewa. Mereka berperang dengan gagah berani dan tidak takut mati. Para tentara tadi tidak menyadari sedang dimanfaatkan para jendral untuk memenuhi ambisi mereka mencari sumber minyak.

Itulah proses Edifikasi yang dari waktu ke waktu dilakukan oleh orang kepada sesuatu untuk kemudian di manfaatkan. Agen asuransi pada “mentornya”, dan para jendral Jepang pada kaisar Hirohito.

TUHAN adalah yang paling banyak mendapatkan edifikasi sepanjang peradaban manusia. Sejak awal peradaban sampai saat ini, telah dikenali lebih dari 5000 Tuhan, yang diedifikasi dan dimanfaatkan oleh para pemimpin. Pemimpin mengedifikasi Tuhan, kemudian bawahannya mengedifikasi pemimpinnya dan secara bersama sama mereka memanfaatkan itu untuk menguasai rakyatnya. Semua bertindak atas nama “Tuhan dan pemimpin” yang sudah di edifikasi sedemikan rupa sehingga semua rakyat dan prajurit rela mati untuk itu. Mereka mau diajak perang dan mati untuk membela itu, padahal yang ingin memperluas kekuasaannya itu ya si pemimpin itu sendiri beserta jajaran di bawahnya. Para pemimpin berada jauh dari peperangan, sedang prajurit pihak A berperang atas nama Tuhan A melawan prajurit B atas nama Tuhan B.

Di masyarakat yang lebih modern, mengedifikasi Tuhan sudah tidak terlalu efektif. Yang diedifikasi adalah negara, atau ideologi sehingga mereka mau mati demi negara dan ideologinya itu. Rakyat Inggris sejak kecil sudah diberi ajaran “right or wrong is my country”. Rakyat Amerika memuja muja demokrasi dan kebebasan, karena itulah yang sejak kecil ditanamkan ke pikiran anak anak mereka. Begitulah dunia dibentuk dari waktu ke waktu melalui proses edifikasi.

Pengetahuan akan edifikasi ini sangat penting bagi calon pemimpin. Semua pemimpin melakukan edifikasi pada sesuatu dan kemudian memanfaatkannya untuk meningkatkan dirinya sendiri. Mulai pemimpin keluarga sampai pemimpin negara. Kita lahir belum tahu apa apa tentang Tuhan, agama, nabi, negara, karir, pekerjaan, profesi dan sebagainya. Orang tua kita mengedifikasi Tuhan, agama dan nabi kita, sampai kita mempercayainya. Kemudian orang tua memanfaatkan hasil edifikasinya itu untuk mengatur kita. Membuat kita patuh kepada mereka karena takut kepada sesuatu yang sudah di edifikasikan ke kita itu. Anak kita lahir dan kita mengedifikasikan Tuhan, agama dan nabi kita. kemudian memanfaatkan hasil edifikasi itu untuk mengatur anak kita.

Begitulah dari waktu ke waktu sejak ribuan tahun lalu sampai detik ini. Sebagian besar dari kita menganut agama, orientasi sex, politik dan pola keuangan yang dianut orang tua kita dari lahir sampai meninggal. Kecuali jika di perjalanan hidup kita, ada orang lain yang mengedifikasikan agama, orientasi sex, politik dan pola keuangan yang lain dan kita mempercayai edifikasinya itu. Maka kitapun pindah agama, orientasi sex, politik dan keuangan. Di agama baru kita disebut mendapat pencerahan, di agama yang kita tinggalkan kita disebut murtad. Itu hanya dari sisi mana kita melihatnya. Semua adalah hasil edifikasi sesuatu oleh seseorang.

Kita tidak pernah dengan sendirinya tiba tiba mendapat pencerahan. Semua terjadi akibat proses edifikasi. Karena seperti di e-book Jadilah Diri Sendiri, kita adalah: “Makhluk ciptaan Tuhan yang paling sempurna, selalu berhasil mencapai apa yang kita inginkan, disukai semua orang dan menyukai semua orang, tidak memiliki musuh, semua adalah saudara dan teman. Kemudian pikiran kita diisi dengan pikiran milik orang orang lain dan jadilah kita seperti sekarang. Seandainya pikiran kita diisi oleh orang yang berbeda, kitapun akan memiliki pemikiran yang berbeda”.

EDIFIKASI adalah proses yang sangat egois, kita menggunakannya untuk kepentingan kita, karena kita memang pada dasarnya adalah makhluk egois. Seperti di e book Skill With People, kita ini 10.000 kali lebih tertarik kepada diri kita dibandingkan tertarik kepada orang lain. Kita mengedifikasi sesuatu dan memanfaatkannya untuk mempengaruhi orang lain demi kepentingan kita. Jika Anda tidak merasa sedang memanfaatkan orang lain, maka Andalah yang sedang dimanfaatkan oleh orang lain, tentunya tanpa Anda menyadarinya. Karena itu semua tertanam jauh di bawah sadar Anda.

Di bidang keuangan, apa yang saya alami juga merupakan proses edifikasi. Selama 25 tahun saya merasa bahwa apa yang saya lakukan untuk mencari uang sudah 100% benar, sesuai dengan apa yang saya lihat dan dengar dari lingkungan, dan yang diajarkan orang tua saya.

Menjadi dokter adalah hasil edifikasi orang tua saya ke profesi dokter, sehingga saya menganggapnya sebagai segala galanya. Sampai kemudian saya dipertemukan dengan 3 janda dokter yang jualan door to door. Disanalah awalnya saya meragukan kondisi keuangan seorang dokter. Robert T Kiyosaki kemudian mengedifikasikan penghasilan pasif. Anak saya mengedifikasi sebuah Seminar Inspirasi dan Visi (sekarang SIV), dan dari edifikasi edifikasi itu saya akhirnya berhasil mendapatkan penghasilan pasif.

Begitulah saya bisa membandingkan kehidupan selama 25 tahun dengan penghasilan aktif dengan 12 tahun penghasilan pasif. Saya memilih penghasilan pasif dan tidak ingin kembali ke penghasilan aktif, meskipun di penghasilan aktif saya berada di posisi puncak dibanding orang lain. Karena itu saya kemudian mengedifikasi penghasilan pasif dan kaya sejati kepada siapapun karena saya sudah melihat di kedua sisi. Saya merasa berhak menunjukkan kepada yang lain, karena saya mengalami sendiri dan melihat orang lain yang juga mengalami perubahan itu. Dari terus menerus bekerja keras untuk mendapatkan penghasilan aktif yang bersifat sementara, menjadi bekerja sementara membangun aset dan kemudian mendapatkan penghasilan pasif yang sifatnya terus menerus.

Bulan Maret tahun 2004, saya mengedifikasi Seminar Inspirasi dan Visi (sekarang SIV) lewat surat ke seorang profesor boss saya di Jakarta. Beliau ikut, kepada prof B itu saya mengedifikasi pak Ojat yang nanti mendampingi beliau di seminar. Sepanjang seminar, pak Ojat mengedifikasikan pak Aldi yang duduk di depan kepada profesor tadi, seperti agen asuransi mengedifikasikan orang yang diajak ke Doug Wead. Pak Ojat tidak cerita tentang bisnis Amway atau apapun, hanya pak Aldi yang diceritakan sepanjang seminar.

Di jam terakhir hari pertama seminar, pak Ojat meninggalkan prof B sebentar kemudian kembali dan mengatakan :”Saya sudah mendapat ijin pak Aldi untuk memperkenalkan prof B kepada beliau”, kemudian mengajak sang profesor menemui pak Aldi. Saat itu pak Aldi sedang berbincang dengan seseorang, pak Ojat berhenti beberapa langkah dari pak Aldi dan sang profesor yang merupakan big boss di organisasi dokter kandungan se Indonesia itu ikut berhenti dan menunggu. Setelah orang yang berbincang dengan pak Aldi pergi, pak Ojat mengajak profesor mendekati pak Aldi, kemudian memperkenalkan lengkap dengan jabatannya seperti yang telah saya informasikan. Pak Ojat kemudian mengatakan :”Pak Aldi, saya merencanakan agar prof B ini nanti hadir lagi di seminar depan dan membawa banyak orang, supaya bisnis beliau cepat berkembang”. Prof B yang saat itu belum join, mengangguk angguk. Pak Aldi berkata :”Bagus prof, ajak banyak orang ke seminar yang akan datang”. Hanya itu yang dikatakan pak Aldi.

Esok harinya, prof. B menemui pak ojat sambil menepuk nepuk kantong celananya :”Pak Ojat, saya sudah bawa uang untuk membeli 10 tiket”. Begitulah, bapak profesor boss saya tadi aktif sebentar di Amway. Satu tahun kemudian beliau diangkat menjadi ketua Konsil Kedokteran Indonesia, sebuah organisasi baru yang langsung dibawah presiden. Beliau mengirim kabar ke saya tidak bisa melanjutkan bisnis Amwaynya karena sangat sibuk. Sampai sekarang beliau belanja untuk kebutuhan Nutrilite sekitar 6-7 juta setiap dua bulan. Beliau sekeluarga menjadi sehat berkat Nutrilite dan saya happy dengan komisi dari Amway. Itu semua berkat proses edifikasi. Saya mengedifikasikan SIV dan pak Ojat, pak Ojat mengedifikasi pak Aldi, pak Aldi mengedifikasi pak Ojat.

Salah satu pemimpin di Amway mengatakan, “Bisnis Anda akan menjadi besar hanya dengan satu proses saja yaitu edifikasi. Edifikasikan upline Anda semaksimal mungkin supaya Anda bisa menggunakannya untuk mempengaruhi grup Anda. Semakin besar sosok upline Anda dimata downline Anda, akan semakin besar pula nantinya bisnis Anda. Sebaliknya jika Anda mengecilkan upline Anda, maka Anda akan capek sendiri.”

Surabaya, 22 Januari 2018, revisi Mei 2019
Sigit Setyawadi

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *