Rhoma Irama Bicara Cinta dan Empat Istri
Lahir sebagai putera kedua dari sepuluh bersaudara dalam keluarga R. Burdah Anggawirya dan R.H. Tuti Juariah, anak laki-laki yang bernama R. Oma Irama -kemudian berubah menjadi Rhoma Irama- awalnya mengaku tidak menyukai musik dan lagu dang dut. Dan ia juga tak pernah memimpikan untuk bisa jadi “raja” dang dut seperti sekarang ini.
Bahkan di tahun 1967, perusahaan rekaman Dimita pernah memberi kesempatan pertama kalinya kepada Oma buat rekaman lagu dang dut dengan iringan orkes Chandraleka. Kontan Oma menolak. “Ogah lagu dang dut,” kilahnya. “Aneh, dikasih kesempatan, tapi tak mau memanfaatkannya,” pikir Benny Mucharam yang abang kandungnya.
Lalu Benny pun mencoba mendesak dan membujuk Oma agar memanfaatkan kesempatan tadi. “Paling tidak sebagai jembatan lah buat kau memasuki dunia rekaman,” bujuk Benny kepada adiknya. Oma akhirnya mengalah, dan kemudian menerima tawaran yang diajukan Dimita.
Langkahnya sebagai penyanyi dang dut ternyata diridlai oleh Allah. Baik saat berduet nyanyi dengan Elvi Sukaesih, Rita Sugiarto atau secara solo, popularitas Rhoma Irama tak terbendungkan. Apalagi setelah dengan grup ‘Soneta’nya melempar album Begadang, Penasaran, Darah Muda, Rupiah dan banyak lagi lainnya menempatkan namanya dalam jajaran penyanyi dang dut paling laris.
Kelarisannya itu berlanjut saat dia terjun ke dunia film, yang kebanyakan judulnya diambil dari nama album rekamannya yang sukses. Dan Rhoma pernah menduduki peringkat pertama dalam penerimaan honor sebagai pemain film. Bersama grupnya “Soneta”, Rhoma menerima honor sebesar Rp. 175juta, disusul Suzanna menerima Rp. 60 juta dan Yenny Rachman Rp. 50 juta.
Yang lebih menarik lagi, Rhoma bukan hanya main musik, tapi pada tanggal 13 Oktober 1973, bersama grupnya, ia memproklamirkan diri sebagai sound of moslem, menyuarakan suara Islam. Dan kemudian, nafas agama makin terasa dan tercermin dalam setiap lagu yang didendangkannya.
Sampai sekarang hal itu tetap dilaksanakannya. Bahkan, akhir-akhir ini Rhoma juga sibuk dengan kegiatannya sebagai mubalig. Tapi dia mengaku tidak akan meninggalkan dunia musik. “Karena itu adalah profesi saya,” begitu aku Rhoma Irama saat menerima POPULAR untuk wawancara di sela-sela kesibukannya, di rumahnya yang lumayan besar di bilangan Pondok Karya, Jakarta Selatan. Bicaranya jernih, luas dan apa adanya. Tentang apa saja. Profesinya, kegiatannya, pandangannya, bahkan juga dirinya.
Daftar Isi
Rhoma & Cinta
Globalisasi dan modernisasi tengah melanda semua manusia. Dari lapisan yang paling rendah sampai ke tingkat yang lebih tinggi. Nilai-nilai luhur yang ada dalam agama, misalnya: orang tidak lagi menghargai apa itu cinta. Baginya, cinta bisa diberi dan dijajakan di mana saja, kapan saja, oleh siapa saja. sehingga Rhoma Irama melihat hal ini sebagai satu dampak dari pengaruh budaya Barat yang kini marak menyerbu bumi Indonesia.
Dan Rhoma melihat, apa-apa yang terjadi sekarang ini, tidak lepas dari makin lunturnya nilai keimanan seseorang. Perburuan terhadap materi, mengurangi nilai-nilai luhur seorang muslim. Tidak jarang dengan cara-cara kotor pun dihalalkan. Demikian pula dalam mendapatkan cinta, orang terkadang lupa bahwa dia adalah makhluk Tuhan yang paling mulia.
Bagaimana Anda memandang tentang cinta?
Cinta itu kebetulan adalah firman. Kata Allah, Aku jadikan antara kamu tumbuh cinta dan belas kasih. Termasuk suami-isteri ya. Artinya lawan jenis. Jadi dilihat dari ayat ini jelas cinta dan belas kasih itu satu anugerah dari Allah.
Tentu ada aturan mainnya untuk merealisirnya. Untuk mengimplementasikannya, Allah membuat peraturan. Misalnya nikah. Jadi ada satu lembaga yang mengaturnya. Karena pada dasarnya, di dalam cinta itu terdapat hal yang halal dan yang haram. Kalau tidak disalurkan sesuai dengan ketentuannya maka realisasi cinta itu menjadi haram. Jadi sebaiknya cara untuk merealisir cinta itu -mewujudkan hubungan dua insan yang berbeda- lewat lembaga yang namanya perkawinan.
Kalau begitu, cinta harus dikaitkan dengan perkawinan, dong.
Ya, kalau itu cinta antar lawan jenis. Kalau tidak dan main seenaknya, mengumbar dengan siapa saja, kan sudah hewani namanya. Artinya, manusia dibedakan dari binatang karena dia punya keterikatan pada norma-norma agama. Ya punya keterikatan, punya komitmen terhadap peraturan. Di mana peraturan itu sendiri bukan untuk menyulitkan dia, tapi untuk memudahkan dia, manusia itu sendiri. Seperti contoh; setiap yang dihalalkan itu positif dan konstruktif. Dan setiap yang diharamkan itu negatif dan destruktif. Itu pasti begitu. Termasuk soal seks bebas tadi. Seks bebas ini sebetulnya secara psikologis bisa menimbulkan sakit jiwa. Secara medis dia bisa menimbulkan berbagai macam-macam penyakit. Termasuk AIDS itu sendiri. Artinya begitu ilmiahnya peraturan Allah ini, begitu rasionalnya, bahwa kenapa itu diharamkan karena akan merusak manusia itu sendiri. Kenapa dihalalkan itu akan membuat kebaikan.
Kalau sampai penyelewengan, atau munculnya gejala penyelewengan. Apakah ini merupakan gejala telah terjadi penurunan akhlak?
Saya kurang setuju dengan penurunan akhlak. Yang ada, sebetulnya adalah dispiritualisasi. Dispiritualisasi, demoralisasi terjadi karena salah persepsi terhadap kehidupan. Dia mengira bahwa hidup di dunia inilah kehidupan mereka yang abadi. Padahal secara hakiki, manusia itu sadar Innalillahi wainalillahi rajiun, dia datang dari Allah dan akan pulang kepada Allah. Setiap kita harus menyadari hal itu. Artinya kehidupan dunia itu begitu remanen. Begitu sesaat. Hanya numpang lewat. Selayaknya mereka harus mengisinya dengan perilaku yang positif.
Atau mereka menganggap apa yang dilakukannya itu merupakan bagian dari modernisasi?
Mereka mengira gedung yang bagus itulah tujuan hidup. Dia kira uang itulah tujuan hidup. Material oriented. Nah, dalam kondisi seperti ini kalau tidak diantisipasi, kalau tidak disadarkan dengan agama, mereka akan tersesat. Dia kira keduniaan inilah yang abadi. Maka begitu terjadi kematian, dia kaget. Karena pada dasarnya, dia tidak menginginkan itu. Dia menolak kenyataan. Nah, inilah yang menimbulkan dispiritualisasi. Timbullah perilaku-perilaku yang areligi. Perilaku-perilaku yang menyimpang dari kodratnya. Sebetulnya penyimpangan-penyimpangan ini adalah penyimpangan dari kodratnya.
Bukan karena terjadi pergeseran budaya kita?
Yah, karena salah persepsi tentang kehidupan itu tadi. Itu ditimbulkan karena apa? Karena lingkungan, lingkungan yang tidak membawa dia kesadaran hidup. Pergaulan.
Perubahan itu tampaknya berlangsung cepat. Menurut Anda, bagaimana cara untuk mengerem demoralisasi itu atau kembali meluruskan persepsi yang keliru?
Satu-satunya obat adalah agama. Karena agama itu adalah sesuatu yang fitrah. Bukan agama perlu manusia, tapi manusia perlu kepada agama. Karena siapa pun, seingkar-ingkar manusia tidak mampu menafikan eksistensi Tuhan. Jadi tidak ada satu manusia pun mampu menolak keberadaan Allah. Walaupun perilakunya bertentangan, jauh di dasar hatinya, jauh di dalam otaknya, dia mengakui bahwa Allah itu eksis. Karena keberadaan alam ini, mekanisme alam, itu memerlukan adanya keteraturan, adanya suatu decision maker, satu disainer, adanya satu kreator. Jadi siapa pun manusia, tidak bisa mengingkari ini. Oleh karena itu, satu-satunya jalan untuk mengembalikan manusia kepada hal yang positif adalah lewat agama. Karena kata Allah, manusia itu diilhami oleh bakat, bakat durhaka dan bakat taqwa.
Artinya semua manusia punya potensi untuk berbuat positif dan negatif?
Bukan cuma itu. Setiap manusia pun punya bakat jadi kyai, juga punya bakat jadi maling gitu. Beruntunglah orang yang menuruti kecenderungan positif. Celakalah orang yang memperturutkan hawa nafsu. Mengumbar cinta tak semestinya. Jadi untuk berfree-sex, bermabuk-mabukan, semua manusia punya keinginan itu. Ada potensi untuk itu. Nah, kalau memperturutkan yang negatif, binasalah dia. Celakalah orang yang memperturutkan naluri negatifnya. Beruntunglah orang yang memperturutkan naluri positifnya.
Ada yang mengatakan, ini akibat globalisasi yang tengah melanda dunia.
Ini salah satu faktor. Seperti contoh bahwa dengan globalisasi, adanya teknologi informasi, transformasi budaya lewat televisi misalnya tak terelakkan. Bahkan dalam volume yang begitu besar, frekuensi yang begitu padat, masuk langsung lewat kamar-kamar kita dan memberi warna bangsa kita. Lewat penyajian budaya-budaya asing yang notabene kontradiktif dengan budaya-budaya kita. Seperti contoh; bagaimana hirarki di dalam rumahtangga, di Barat enggak ada hirarki. Anak, ibu, bapak, laki perempuan, sama aja. Ber elu gue boleh aja. Bahkan saya pernah melihat satu adegan di RCTI dalam film Mothers Law, ada satu adegan di mana ibu dan anak gadisnya cekcok. Ibunya emosi lalu ditamparnya si anak. Kemudian apa yang terjadi, si anak balas menampar ibunya. Di sana hal ini oke. Sisi seperti ini dalam budaya Islam, apalagi dalam budaya kita, ngomong keras aja enggak boleh apalagi sampai balas menampar orangtua. Sementara hal ini, di sana, itu sesuatu yang lumrah. Nah, kalau hal ini tidak diantisipasi -dengan intensitas penyebaran pembinaan moral yang sesuai dengan yang kita miliki- bukan mustahil pada suatu saat kita akan western minded, yang notabene bertentangan dengan nilai-nilai yang kita miliki. Yang pasti modernisasi bukanlah westernisasi.
Rhoma & Perkawinan
Rhoma Irama diketahui, tidak hanya menikah sekali. Isterinya yang sekarang, bekas artis film, Ricca Rachim bukanlah isterinya yang pertama. Sebelumnya, ia menikah dengan Veronica, juga seorang artis dan mantan penyanyi dan membuahkan 3 anak.
Bahkan kabarnya, sebelum itu, menurut kabar angin, Rhoma juga menikah.
“Ada prinsip-prinsip yang tidak bisa kami persatukan lagi,” kilah laki-laki kelahiran Tasikmalaya, 12 Desember 1946 tersebut.
Ternyata perkawinan tidak mudah juga ya. Cinta bukan jaminan. Ketika baru awal, cintanya menggebu. Setelah itu, entah di mana yang namanya cinta….
Harus ada kerjasama, tidak bisa sepihak. Jadi harus kedua belah pihak. Artinya masing-masing harus mampu menempatkan diri pada posisinya. Harus ada niat dan kerjasama untuk menjaga harmoni. Jadi enggak bisa sendiri-sendiri. Misalnya lakinya komit, perempuannya enggak. Juga sebaliknya. Artinya, laki-laki harus menerima haknya. Begitu juga perempuan. Karena di dalam Islam, bahwa Allah menetapkan pemimpinmu adalah laki-laki, ya ini dipegang.
Jadi, laki-laki itu decision maker di dalam rumahtangga?
Jelas. Mau hebat kayak apa-apa perempuan boleh aja, tapi Anda adalah anak buah. Sehingga dengan demikian hirarkinya semakin jelas. Tidak ada pretensi untuk kompetitif di dalam rumahtangga. Kooperatif gitu. Dengan fungsi yang ditetapkan Allah ini, kedudukannya menjadi jelas. Kewajiban mencari nafkah itu suami. Biar perempuan duitnya banyak, punya warisan, tidak punya kewajiban membiayai nafkah. Enggak ada tuh kewajiban untuk menafkahi rumahtangga. Tapi biar gaji suami seperak, dia wajib membiayai rumahtangganya. Nah, terus haknya suami berhak dilayani. Jadi take and give. Seperti inilah yang akan menimbulkan harmoni kooperatif.
Apa ini tidak merendahkan derajat wanita? Setidaknya, muncul kesan bahwa laki-laki itu nomor satu, mau menangnya sendiri.
Kita harus melihatnya dengan jernih. Bahwa kedudukan laki-laki sebagai kepala rumah tangga, itu tertulis di agama. Tapi persoalan nomor satu dan nomor dua, tak bisa begitu saja. Sebab, kalau laki-laki itu tak bisa memenuhi kewajibannya, misalnya, ya apakah pantas mendapatkan nomor? Jadi persoalannya adalah pembagian tugas. Katakanlah, suami istri itu ibaratnya mur dengan baut. Bersatunya mur sama baut ini konsepsi Islam. Sehingga satu sama lain saling membutuhkan. Bukan seperti woman liberation di Barat. Mereka jadi kompetitif. Yang ada hanya baut sama baut. Akibatnya, beradu. Maka terjadilah benturan-benturan, karena ingin berdiri sama tinggi duduk sama rendah. Sehingga fungsi dan statusnya menjadi samar-samar.
Dalam rumahtangga Anda sendiri bagaimana?
Sebagai laki-laki saya harus konsisten dan konsekuen. Misalnya saya telah tetapkan pola saya begini, mau oke, tidak mau out. Artinya kalau saya tunduk pada hukum Allah, kamu harus tunduk pada hukum Allah. Kalau kamu tidak tunduk pada hukum Allah, maka kamu tunduk pada hukum syaitan. Berarti kita tidak bisa sejalan.
Wah, sadis amat. Bagaimana kalau salah satu tidak mentaati atau berubah fungsi?
Ada talak.
Begitu mudah?
Talak jangan selalu diartikan sebagai sesuatu yang negatif. Sebab, talak itu bukan sesuatu yang buruk. Kalau ditelaah benar, talak itu sebenarnya berfungsi mendidik.
Apa yang dimaksud mendidik?
Seperti Anda tahu, talak itu ada tiga tahap. Talak satu, talak dua dan talak tiga. Talak satu; dijatuhkan kalau dia tidak mampu melaksanakan sesuai dengan prosedur jalan Allah, kasih talak satu. Sebelum jatuhnya talak, ada proses, nasihati dengan kata-kata baik. Enggak kena sama kata-kata baik, lakukan dengan kata-kata kasar. Misalnya contoh: kalau bini enggak mau sembahyang. Enggak mau juga, lanjutkan dengan kata-kata kasar. Enggak mau pakai kata-kata kasar, pisah tempat tidur. Enggak bisa juga, baru pukul!
Khok pakai dipukul segala?
Tentunya pukul dalam konteks mengajar, mendidik. Bukan menyakiti. Enggak mau juga, ya sudah kasih talak satu. Bubar. Talak satu ini mengandung unsur pendidikan, untuk saling introspeksi. Kalau dalam bubar itu dia bisa oke deh, gua mau sekarang shalat, rujuk. Karena memang ada klausal rujuk. Sedang talak dua; bila kita sudah rujuk tapi ternyata tidak juga beres, kasih talak dua. Sedang talak tiga; kalau benar-benar kita tidak ingin rujuk.
Bagaimana kalau pihak laki-laki yang salah?
Sama saja. wanitanya boleh minta talak. Dan semua itu perlu proses, tidak dijatuhkan begitu saja. Talak itu baru boleh dijatuhkan, kalau memang tidak ada jalan lain.
Ada lagi yang sering dianggap bahwa laki-laki itu mau menang sendiri, egois. Misalnya, soal poligami. Dalam hal ini, kaum wanita sering merasa sebagai korban.
Kita kembali ke agama yang menjadi dasar pegangan hidup. Di dalam Al’quran ada dikatakan nikahilah olehmu perempuan itu, dua, tiga, empat, tapi kamu lihat kondisinya. Kalau kamu tidak mampu berlaku adil, sebaik-baiknya satu. Sebab, sebenarnya, yang hanya bisa berlaku adil hanya Allah Subhanahu wata’ala. Ada lagi yang bisa dirasionalkan dari poligami ini. Yaitu berkaitan dengan masalah sosial, kemanusiaan dan kemasyarakatan. Ambil contoh kasus Vietnam misalnya. Dengan adanya perang ini muncul tidak kurang dari2 juta janda perang. Lalu dari dua juta janda perang itu, katakanlah seorang janda punya dua orang anak, kasus sosial yang ada adalah dua juta janda dengan empat juta anak yatim. Nah, ini kasus sosial. Nah, poligami di situ sebenarnya bisa berfungsi di situ. Artinya, kalau jumlah janda dikawinkan dengan anak muda bujangan, berapa banyak kita harus menyediakannya. Dan lagi pula mana ada yang mau. Mereka ‘kan mauan pilih perawan. Kalau duda, apa ada sebanyak itu jumlah duda? Ini satu contoh kasus.
Kalau saja poligami tetap tidak dilakukan? Ada yang menyebut, poligami juga mencegah prostitusi.
Mungkin saja. buktinya, di Vietnam yang tidak berlaku prostitusi kan terjadi pelacuran massal. Akibatnya timbul Vietnam Rose. Meledak sampai ke mana-mana, yang sekarang berkembang menjadi AIDS. Artinya Allah membuat hukum-hukum termasuk keringanan. Poligami dalam kasus Vietnam, bisa disebut sebagai pintu keluar. Jalan keluar dari masalah-masalah sosial yang ada. Makanya, kalau tidak mampu secara kondisional dan situasional, satu saja deh. Artinya, poligami mungkin hanya bisa dilakukan oleh orang-orang tertentu. Bukan artinya setiap orang bisa, tidak.
Tapi kalau soal prostitusi kan ada kaitan lainnya. Soal akhlak.
Sekarang seandainya sebaliknya. Ada wabah yang mengakibatkan banyak wanita meninggal, sehingga kelebihan laki-laki. Apakah wanita boleh bersuami dua?
Audzubillah min dzalik. Seperti yang disebut, laki-laki itu jadi pemimpin. Kalau ada dua laki-laki dalam rumah tangga terus bagaimana? Belum lagi kalau memiliki anak. Tak usah berandai-andailah. Mustahil. Allah menurunkan wahyunya untuk sepanjang jaman.
Bagaimana Anda bersikap -menerima atau tidak- bila misalnya ada seorang janda yang cantik dengan dua orang anak, minta dikawini oleh Anda meski sebagai isteri kedua?
(Tertegun sejenak…) Hmm.. Banyak pertimbangan. Lihat situasinya, lihat kondisinya. Tapi kalau kamu tidak bisa berlaku adil, sebaiknya satu saja. adil ini dalam segala aspek. Luas sekali. Makanya, jarang sekali orang yang bisa melaksanakan poligami.
Apa karena pertimbangan itu, yang membuat Anda tidak kedengaran berpoligami? Atau ada pertimbangan lain?
(Tertawa pelan…) Hm.. secara umum kita bicara demikian. Kalau yang secara pribadi no comment. He… he.. he..
Dari sudut pandang agama bagaimana?
Yang membuat hukum nikah Allah. Yang bikin hukum poligami Allah. Yang bikin hukum talak Allah. Nah, artinya, manusia nih pada kondisi tertentu dia akan membutuhkan ini. Seperti di agama Kristen, maaf nih.. di sana enggak ada hukum cerai. Akan tetapi pada realitanya, kondisi cerai itu lebih baik daripada bersatu. Artinya, bersatu itu belum tentu yang terbaik. Dan ini banyak dialami di Barat. Contohnya, Hollywood deh, mereka melakukan kawin cerai-kawin cerai seenaknya. Ini realita dari satu kehidupan. Dan kalau Islam mengatur ini, memang Islam itu realistis gitu. Cuma, ini hanya baik bila digunakan pada kondisinya. Kamu nikah kalau memang pada kondisi itu. Begitu juga berpoligami, kalau memang kamu berada pada kondisi itu, gitu lho. Kamu juga boleh cerai, kalau memang itu yang terbaik. Jadi ini semua jalan keluar.
Rhoma & Jahiliah
Berasal dari kampung, Oma lahir dan besar sebagaimana layaknya orang yang hidup sederhana. Dan kemudian tumbuh bersama masyarakat Ibukota yang heterogen dan keras, Oma pun tumbuh seperti remaja yang memiliki masa yang dianggap tidak mulus. Teman-temannya tentu bisa bercerita bagaimana pemuda berambut gondrong yang naik motor ke sana kemari, berkumpul dengan pemuda yang ‘petita-petiti’ dan juga sering terlibat perkelahian.
“Itu merupakan bagian dari perjalanan hidup saya. Saya memang dalam proses mencari. Bahkan saya pun sempat mempelajari dan mengadakan study perbandingan dengan agama lain, dalam pencarian itu,” ujarnya.
Kini, Rhoma merasa telah menemukan jati diri itu. Bahkan kini dia nampak lebih serius, ada nuansa baru di balik dirinya. Masa jahiliah, begitu disebutnya, sudah ditinggalkannya. Dan perubahan itu saja menjadikannya lebih terkenal, tapi lebih dari itu; Rhoma Irama telah menjadi hamba Tuhan yang taat dan berusaha berjalan di jalan-NYA. Dan perubahan itu, bukan pekerjaan yang mudah. Tapi itu telah dilakukannya.
Sebagai manusia kita termasuk kepada hukum Allah. Jadi, setiap manusia suatu saat kelak akan mengalami perubahan, ya?
Semua manusia mengalami hal-hal seperti itu. Cuma, masalahnya dia berada atau tidak dalam kondisi itu. Karena Al Qur’an diperuntukkan untuk memberikan way out. Islam is not only a religion, but it’s also of life and a hole civilisation. Islam bukan sekedar agama, tapi dia adalah bimbingan hidup dan juga sebuah peradaban yang komprehensif, yang lengkap. Jadi apa pun kasus manusia, ada di sini. Ada pemecahannya, ada wayoutnya.
Pada usia berapa Anda mulai meninggalkan hal-hal yang negatif?
Sebetulnya sejak kecil, saya sudah biasa melakukan perintah agama. Dari shalat sampai puasa. Artinya, sejak kecil saya sudah dibina juga untuk mempelajari agama. Tapi terus terang baru secara tradisional. Nah, beragama secara rasional, artinya betul-betul dengan akal, baru pada tahun tujuh puluh tiga. Setelah sebelumnya mempelajari dan mengadakan perbandingan agama.
Khok sampai mengadakan perbandingan agama segala?
Karena agama bukan sesuatu hal yang main-main. Risikonya tinggi. Agama ini untuk keselamatan hidup milyaran tahun, bahkan abadi. Harus diyakini dulu, baru kita proklamirkan, artinya saya buat suatu statement menyatakan perang terhadap iblis. Nah, iblis itu -bisik-bisiknya yang bernada negatif di dada kita- kita perangi. Itu yang dikatakan nabi, berperang melawan hawa nafsu. Melawan diri sendiri. Kita tundukkan segala keinginan hewaniah dan kita bangkitkan segala hal-hal yang positif. Itu tanggal 13 Oktober 1973. Artinya, pada saat itulah saya berbaiat dengan tujuh anggota Soneta Group untuk menjadikan Soneta ini, satu media dakwah. Dan kita akan berperang dengan iblis.
Kesadaran itu timbul bukan karena Anda mengalami satu peristiwa yang menyedihkan atau menyeramkan?
Bukan. Ini lebih banyak diakibatkan dari situasi yang ada. Saya resah melihat kehidupan masyarakat pada saat itu -khususnya yang muda-muda- karena pada saat itu kita memang baru dilanda budaya Barat dengan diidentikkan dengan minuman keras, rambut panjang, pakaian seenaknya, kelakuan seenaknya, identik dengan pergaulan bebas dan sebagainya, kita resah.
Jadi karena terketuk hatinya?
Terus terang saja, pada saat itu, musik dangdut dari yang jazz sampai dang dut, enggak ada yang enggak maksiat. Enggak ada yang enggak peminum, enggak ada yang enggak free sex. Merekabegitu menghamba pada hawa nafsu. Yang namanya musisi udah halal aja mau ngapain juga. Nah, yang namanya artis mau maksiat udah pantes aja pada saat itu. Nah, saya terpanggil.
Anda melihat wanita seperti apa sih?
Wanita itu seperti kata Allah, mereka itu pakaianmu dan kamu pakaian mereka. Artinya wanita itu pakaianmu, dan kamu adalah pakaian bagi mereka. Itu salah satu bahasa seni yang tinggi dari Allah. Kalau kita mau jabarkan apa sih pakaian? Pakaian ini ‘kan sesuatu kehormatan. Suatu kebanggaan. Sesuatu yang menutupi aurat. Berarti seorang suami harus mampu menutupi aurat isterinya. Seorang isteri harus mampu menutupi aib suaminya. Seorang suami harus mampu memberikan kebanggaan kepada isteri dan seorang isteri harus mampu memberikan kebanggaan kepada suami. Ini suatu konsepsi timbal balik yang harmoni.
Dari sisi mana Anda melihat seorang wanita itu menarik?
Wanita itu sesuatu yang paling indah. Ciptaan Allah yang paling indah. Sebagaimana kata nabi, dunia ini perhiasan. Tapi seindah-indah perhiasan, perempuan yang solehah jauh lebih indah.
Jadi Anda melihat dari sisi solehahnya, bukan lahiriahnya?
Iya. Itu pasti. Sebab dari wanita yang solehah -artinya melakukan shalat lima waktu, puasa di bulan ramadhan, menjaga kehormatan dan taat pada suami- merupakan aset yang tak ternilai harganya. Jauh melebihi kecantikannya secara lahiriah. Karena tidak ada perhiasan enggak ada lebih indah dari pada seorang wanita yang salehah.
Itu dari sisi akhlaknya. Bagaimana dari sisi lahiriahnya?
Maha Suci Allah yang maha pencipta. Jadi kalau Anda melihat lukisan yang indah, kalau Anda orang arif Anda bukan mengagumi lukisannya tapi mengagumi si pelukis. Bukan lukisannya. Oke tapi fokusnya itu ke pelukis. Gila, pinter bener Basoeki Abdullah, bukan hebat benar lukisan ini. Itu kalau orang arif. Tapi kalau orang bodoh, dia akan mengagumi lukisan itu. Dia gila sama lukisan. Padahal sekedar lukisan.
Misalnya ada wanita yang shalihah, tapi secara lahiriah tak menarik, atau malah cacat.
Allah Maha Adil. Setiap orang pasti punya kelebihan dan kekurangan. Kembali ibarat lukisan, apapun bentuk lukisan itu, kalau pelukisnya memang hebat, kan tetap memiliki daya tarik.
Rhoma & Seks
Rhoma ternyata bukan saja asyik diajak bicara soal agama dan kaidah-kaidah Islam, juga soal yang namanya seks dia cukup cekatan. Namun terkadang ada juga yang “diselimutinya”. Walau begitu toh tetap menarik bila sang super star berbicara soal seks ini. Dengan kalimat-kalimatnya yang bersayap, kita mendapatkan gambaran bahwa sebenarnya Rhoma Irama tidak kolot dalam melihat masalah ini. Baik dalam kehidupan pribadinya maupun untuk khalayak banyak.
Ada yang bilang, seks itu indah. Menurut Anda?
Ya, seks itu seperti saya katakan tadi, Allah yang menciptakan cinta kasih itu ya. Seks itu salah satu eplementasi daripada perwujudan cinta dalam arti kata love ya. Itu sudah fitrah dari manusia memang dikondisikan seperti itu. Cuma Islam mengatur adab – jangankan adab seks, adab ke luar masuk kamar mandi itu diatur oleh Islam. Kalau masuk kamar mandi kaki kiri dulu, ke luar kaki kanan. Doanya juga ada. Termasuk beristinja, mencuci kemaluan setelah membuang air kecil itu diatur. Apalagi memberikan nafkah bathin kepada isteri, itu ada akhlaknya, ada adabnya. Jadi bukan seks seperti hewan. Semau gue itu enggak bisa. Kalau ini dilanggar, ini akan menimbulkan seperti AIDS tadi. Ada konsekuensinya. Makanya Allah membuat aturan-aturan untuk kemaslahatan manusia. Seperti AIDS disebabkan karena seks yang tidak semestinya, misalnya, karena pelecehan seks dan lain sebagainya. Karena hura-hura seks. Jadi seks pun ada aturan mainnya. Di dalam Islam selalu diatur, bahkan ada doa pada saat melaksanakan dan setelah melaksanakan. Salah satu nikmat yang paling besar dari Allah, seks. Dengan mensyukuri, dengan memelihara dan dengan mengkondisikannya sedemikian rupa. Enggak bisa kita seenaknya, seperti binatang.
Kalau benteng iman kita baik, tak perlu takut AIDS dong.
Tepat.. makanya saya ketawa, ketika dunia merayakan hari AIDS dengan pesta kondom. Bagaimana ini? Khok kondom dijadikan primadona. Ini seakan-akan legalisasi prostitusi dan free seks. Artinya seakan-akan menganjurkan, oke lah boleh berseks ria asal pakai kondom, halal. Save. Gitu ‘kan? Padahal sebetulnya untuk mengantisipasi AIDS, adalah mengikuti norma-norma yang bisa menghindarkan manusia dari perbuatan seks yang tidak terarah.
Penularan AIDS di samping sering gonta-ganti pasangan, melacur, juga dari hubungan seks yang menyimpang. Tanggapan Anda?
Jelas dosa.
Meskipun hubungan menyimpang itu dengan isteri sendiri?
Lho iya. Dosa besar.
Apa sih artinya dosa itu sendiri dari sudut pandang Anda?
Kalau boleh saya artikan, dosa itu salah satu akibat yang ditimbulkan oleh sebab, sehingga muncul sangsi yang berat. Seperti contoh: orang yang berzina. Ini jelas berdosa. Apa akibat dosa, ya bisa-bisa kita kena penyakit. Minum minuman keras itu berdosa. Apa akibat dosa itu, ya sakit jantung, paru-paru lu rusak. Ini di dunia. Mencuri dosa, sangsinya masuk penjara. Jadi dosa itu bukan tanpa risiko.
Cara menebusnya?
Kalau kepada Allah dengan bertobat. Artinya tobat nasuha. Yang harus memenuhi tiga syarat; penyesalan, perjanjian dan hijrah artinya pindah daripada perbuatan buruk ke perbuatan positif. Hijrah daripada pergaulan buruk kepada pergaulan positif. Hijrah daripada kelakuan-kelakuan buruk kepada kelakuan baik. Artinya tobat seperti ini bisa mengampuni dosa-dosa itu.
Misalnya Anda nyeleweng lalu minta maaf pada isteri, apakah ini otomatis bisa menghapus dosa?
Kalau hal itu dilakukan dengan sungguh-sungguh, bukan basa-basi, tentulah akan mengurangi dosa kita. Apalagi dengan wujud nyata, misalnya tidak melakukan penyelewengan lagi dan menjauhkan yang bathil, rasanya dosa itu akan terhapus. Dan kalau Anda berniat untuk tobat itu bertobat dan mohon maaf lah kepada Allah, dalam bentuk yang hakiki dan itu benar-benar keluar dari dalam. Bukan yang lips service. Nah, itu yang bisa menghapuskan kesalahan.
Sebagai seorang super star tentunya Anda mengalami banyak godaan. Bagaimana kiat Anda menangkisnya?
Dengan satu kesadaran bahwa kita ini harus mempertanggungjawabkan semua perbuatan kita. Manusia akan menerima apa yang dilakukan. Jadi kalau kita menghadapi satu cobaan, tentunya kita sudah mampu menganalisa merugikan atau menguntungkan. Kalau untuk keuntungan sesaat tapi merugikan, lebih baik minggir aja deh. Dengan kesadaran seperti itu tadi, kita akan mudah menghindari cobaan-cobaan.
Sejauh mana sih, benteng keimanan?
Pernah dengarkan lagu saya yang berjudul “Syetan Pasti Kalah”? Sebetulnya asal kita mau saja, syaitan itu kecil. Sebab, pada dasarnya, manusia itu adalah mahluk ciptaan Allah yang paling mulia. Lebih-lebih bila dia beriman. Sesungguhnya Allah menciptakan manusia sebagai mahluk yang paling tinggi. Lebih tinggi daripada malaikat. Kalau dia beriman. Tapi kalau dia menuruti syaitan, Allah bilang akan menjatuhkan serendah-rendahnya drajat. Bahkan lebih hina dari binatang. Jadi kalau manusia beriman, dia akan lebih tinggi daripada syaitan. Bahkan dari malaikat. Nah, kalau kondisi seperti ini syaitan takut sama kite. Karena beriman tadi. Dengan beriman jabatan kita, derajat kita berada dalam posisi tertinggi di antara semua mahluk. Termasuk malaikat.
Akhir-akhir ini terlihat begitu tumbuh dan berkembangnya pengajian-pengajian di rumah atau di hotel-hotel oleh kalangan eksekutif atau kalangan elit. Kita-kira gejala apa ini?
Seperti saya telah katakan, bahwa tidak ada satu mahluk, satu manusia -termasuk manusia Indonesia- yang menafikan eksistensi Allah. Katakanlah ini merupakan satu kebutuhan manusia. Untuk ber Tuhan itu merupakan kebutuhan setiap manusia. Kita ambil contoh misalnya orang-orang animisme; karena ketidaktahuan dia, kebutaan dia terhadap agama, maka apa yang dianggap sakral adalah Tuhannya. Itu menunjukkan fitrah manusia. Dia membutuhkan sesuatu yang lebih menguasai mereka itu. Nah, sekarang di era azas tunggal ini, di era pembangunan dimana konotasi pembangunan sejak orde baru bertujuan membangun manusia seutuhnya, maka pemerintah memberikan satu goodwill pada pembangunan mental spiritual. Nah, ini yang disambut oleh khalayak.
Apakah hal ini juga yang membuat Anda sekarang banyak tampil sebagai seorang mubalig?
Bukan faktor itu, tapi memang, sebagai seperti yang saya katakan tadi saya sudah tertantang, terpanggil jauh-jauh sebelum kondisi itu.
Mungkinkah ini merupakan profesi lain, selain penyanyi?
Tidak juga. Sebenarnya dakwah formal memang saya membatasi diri. Karena saya sadari bahwa profesi saya adalah seorang seniman. Saya bukan seorang mubalig. Artinya bukan seorang alim. Saya berdakwah de-ngan cara saya dan di lini saya. Oleh karena itu dakwah formal saya batasi sekali. Kalau enggak kenal banget, kalau enggak penting sekali enggak deh. Biarlah mereka yang berprofessi mubalig.
Tapi sekarang ini professi baru itu kelihatan lebih menonjol?
Masa. Sepertinya sudah saya kurangi tuh. Misalnya ada seratus undangan, barangkali cuma satu yang saya penuhi. Itu pun sudah seketat itu.
Kalau disuruh memilih menjadi penyanyi atau mubalig, Anda pilih mana?
Saya usahakan tetap menjadi menyanyi. Karena apa, bahwa saya merasa itulah keahlian saya. Di situ saya merasa ekspert ya. Dan lini itu kosong kalau saya tinggal. Sampai sekarang saya belum melihat pengganti, kita masih membutuhkan kaderisasi walaupun tidak secara resmi. Karena justru musik ini ujung tombak dari kebudayaan untuk mewarnai sebuah generasi. Artinya efektif sekali dalam melaksanakan transformasi budaya ini. Nah, kita ingin musik ini antisipatif terhadap budaya negatif.
Bagaimana kalau Anda ditawari jadi ketua partai, anggota DPR. Kan banyak seniman yang jadi anggota DPR.
Tidak. Tidak ada obsesi saya. Saya seniman. obsesi saya sebagai seniman adalah: dang dut go global misalnya. Obsesi saya sebagai seniman, bagaimana musik ini mampu menjadi sarana dakwah yang kongkret dan efektif. Enggak ada obsesi saya jadi anggota DPR, menjadi segala macam. Itu bukan bidang saya. Kita harus menyerahkan kepada ahlinya.
Lagi pula, jadi anggota DPR atau ketua organisasi itu berat karena mendapat amanah orang banyak. Kalau tidak menjalankan amanah dengan baik, nanti ditagih. Dan hanya di dunia, tapi juga di akherat.
Bagaimana sih, pandangan Anda tentang kehidupan akherat? Soalnya, sekarang soal akherat kok dianggap nggak lazim, nggak laku. Yang penting di dunia hebat.
Kalau saja ada orang yang tidak mempercayai kehidupan setelah kematian -maaf saja- orang itu buta. Artinya kalau dikatakan oleh Imam Gozali, hanya orang yang dungu saja yang tidak mempercayai kehidupan setelah kematian. Enggak ada manusia yang enggak mati. Pasti. Setiap yang bernafas pasti mati. Yang penting, di samping mem-planning kehidupan dunia, prioritaskan juga akherat. Buatlah rumah di akherat. Capailah olehmu dengan apa yang kuberikan kepadamu hai manusia, kata Allah. Mencapai kebahagiaan akherat, itu prioritas utama. Tapi jangan kamu lupakan kebahagiaan kamu di dunia. Walau cuma enampuluh tahun, cari duit juga. Tapi itu sekunder. Karena apa? Karena akherat ini lebih baik dan abadi. Tingkat derajatmu di sisi Allah, tergantung taqwamu. Bukan jabatanmu, bukan tampangmu, bukan duitmu, tapi sejauh mana taqwamu terhadap Allah menunjukkan status sosialmu di akherat nanti.
Jadi Anda juga menyiapkan untuk bekal di akherat dong?
Lho iya. Kalau nggak, kenapa mesti saya bicara soal agama, ngotot soal dakwah. Dan ngomong seperti ini? Kalau nggak kan main musik breng-breng, menghabiskannya, mabuk-mabukan dan nyeleweng ke sana kemari seenaknya. Astagafirullah, jangan.
Dan memang, Pak Haji yang masih tetap terus di dunia film -film terbarunya Tirai Biru (Tabir Biru – webmaster)- tampaknya bukanlah figur Oma Irama yang dulu berambut gondrong dan ke sana kemari lagi. Dalam setiap kalimat jawabannya, kini banyak diisi dengan kalimat-kalimat yang diambil dari kitab suci Al Qur’an. Dan pengetahuannya tentang agama Islam terasa lebih matang. Dia bukan saja pas disebut “super star” dang dut, juga dia terlihat piawai dalam menjabarkan hadist-hadist Nabi. Sehingga tak pelak lagi, profesinya sebagai dai -meski dia emoh disebut itu- kian popular.
Waalaikum salam, Pak Haji.
Leave a Reply