A | B | C | D | E | F | G | H | I | J | K | L | M | N | O | P | R | S | T | U | V | W | Y | Z

Dimyati Hartono




Nama :
Dimyati Hartono

Lahir :
Malang, Jawa Timur, 3 Maret 1932

Agama :
Islam

Pendidikan :
- SD, SMP, SMA di Malang
- Fakultas Hukum Universitas Airlangga, Surabaya (S1, 1961) - Universitas Airlangga (doktor, 1976)


Karir :
- Guru SMA di Surabaya
- Jaksa (1962-1963)
- Kepala Kejaksaan Negeri Jayapura, Irian Jaya (1963-1966)
- Staf Ahli Menteri bidang Hukum Tata Negara dan Hukum Internasional (1970-1975)
- Kepala Kantor Wilayah Departemen Kehakiman RI Sumatra Utara, Medan (1982-1984)
- Kepala Kantor Wilayah Departemen Kehakiman RI Daerah Istimewa Yogyakarta dan Jawa Tengah (1984-1986)
- Direktur Pembinaan Hukum Internasional, Departeman Kehakiman RI (1986-1988)
- Konsulat World Bank untuk Project and Regulatory di bidang telekomunikasi, anggota Panel of Legal Expert of Intelsat di Washington, DC (sampai sekarang)
- Anggota Dewan Komisaris PT Telkom (1989-1993)
- Legal Consultant World Bank, UNIDO, dan ILO di Jakarta (1992-1993)
- Ketua DPP PDI Perjuangan (Desember 1998-April 2000)
- Ketua Fraksi PDI Perjuangan DPR RI (Maret 1999-Juni 2000)
- Anggota DPR RI dari Fraksi PDI Perjuangan (Maret 1999-3 Februari 2002)
- Ketua Umum Partai Indonesia Tanah Air Kita (8 Februari 2002 €“ sekarang)


Karya :
Membangkitkan Kembali Nasionalisme Indonesia di Tengah-Tengah Era Globalisasi (2002)

Penghargaan :
Man of The Year 1997 dari American International Institute

Alamat Kantor :
Menara Kadin Indonesia, Lt.11 Ruang 11C, Jalan HR Rasuna Said Blok X €“ 5, Kav. 2-3 Jakarta 12950 Telepon 5274551, 5274552, 5274553 Faksimili 5274554 HP 08161842470

 

Dimyati Hartono


Setelah mundur dari keanggotaan Fraksi PDIP (PDI Perjuangan) di DPR, Dimyati Hartono justru makin repot. Selain ada tambahan kesibukan setelah membentuk dan mengetuai partai baru, Partai Indonesia Tanah Air Kita (PITA), ia juga masih memimpin kantor pengacara Dimhart & Associates dan mengajar di beberapa perguruan tinggi, di antaranya Universitas Muhammadiyah Surakarta. €œSaya sangat menikmati kehidupan saya saat ini, apalagi setelah keluar dari PDIP dan DPR,€ katanya.

Selama di DPR, Dim€”panggilan akrabnya sejak kecil€”mengaku merasakan adanya pressure. Guru Besar Universitas Diponegero, Semarang, ini berkata, €œDPR belum bisa berfungsi penuh sebagai dewan perwakilan rakyat.€ Menurut dia, masih banyak persoalan rakyat belum mendapat prioritas penanganan. €œDPR lebih banyak mempermasalahkan kepentingan partai, golongan, elite politik, dan pribadi,€ ujarnya.

Sejak kecil sampai sekarang, Dim mengagumi tokoh wayang Brotoseno €“ yang selain gagah, juga jujur, berani karena benar, dan setia pada negara. €œDalam mobil saya ada kaset-kaset wayang yang selalu saya dengar dalam perjalanan,€ tuturnya. Kegemaran ini turun dari orangtuanya, yang meskipun orang desa tapi gemar membaca buku-buku ekonomi dan filsafat, dan tentu saja wayang. Di tengah kesibukan mereka, ibunya yang pedagang dan ayahnya yang petani merangkap kontraktor masih sempat bercerita tentang pewayangan. Nilai-nilai Brotoseno, kata pengagum Bung Karno dan Ki Hajar Dewantoro itu, €œMendasari saya dalam bersikap dan melakukan suatu tindakan.€

Anak semata wayang ini masih sempat sekolah ongko loro€”sekolah dasar untuk inlander (pribumi) di zaman Belanda€”sebelum melanjutkan ke sekolah sambungan di kelas lima untuk memperoleh ijazah. Karena bukan sinyo Belanda atau anak pegawai pemerintah kolonial, keinginan Dim masuk MULO (sekolah setaraf SMP) terganjal. Akibatnya, dua tahun ia menganggur.

Sering membantu orangtuanya berdagang, Dim pun bercita-citanya menjadi pengusaha. Ini membuatnya ingin kuliah di Fakultas Ekonomi Universitas Negeri Gadjah Mada di Yogyakarta, yang tak tercapai karena jauh dari tempat tinggal orangtuanya. Pilihan pun jatuh ke Universitas Airlangga, Surabaya. Karena di sini belum ada fakultas ekonomi, ia pun mengambil jurusan hukum. Pikir Dim kala itu, dengan gelar meester in de rechten (sarjana hukum) yang akan disandangnya nanti, ia akan dapat mengangkat derajat dan martabat keluarganya.

Baru tahun ketiga Fakultas Hukum, Dim sudah mulai berpacaran. Karena memikirkan nasib calon istrinya, ia mencari pekerjaan tetap sebagai jaksa di Surabaya, sambil menyelesaikan kuliah. Setahun setelah lulus (1962), ia ditunjuk oleh Kejaksaan Agung sebagai komandan satu unit pasukan sukarelawan dari instansinya yang akan dikirim merebut Irian Barat (sekarang Papua) dari pemerintah kolonial Belanda. Belakangan, Dim menjadi Kepala Kejaksaan Negeri di Jayapura.

Sebelum aktif di DPP PDI Perjuangan, Dimyati antara lain pernah menjadi staf ahli Menteri Bidang Hukum Tatanegara, Direktur Pembinaan Hukum Internasional Departemen Kehakiman, dan legal consultant Bank Dunia. Mantan Ketua Fraksi PDIP DPR ini mengaku aktifnya dia di PDI pimpinan Megawati karena ingin membalas jasa kepada Soekarno, yang memproklamasikan kemerdekaan, sehingga ia bisa seperti sekarang ini.

Man of the Year dari American International Institute itu menikahi Siti Sulastri, bekas murid lesnya sewaktu mahasiswa, yang memberinya satu anak lelaki. Di waktu luang, kakek dua cucu ini merasa bersyukur bisa mendidik anaknya. €œKarena anak saya tunggal, saya menyadari kalau sampai anak saya 'tidak jadi', waduh betapa besar dosa saya,€ ujarnya. Melalui disiplin yang keras, Dim akhirnya dapat menyekolahkan si mata wayang ke sebuah perguruan tinggi di California, Amerika Serikat.

Kalau lagi berkunjung ke luar negeri, ia suka mengamati sejarah tiap negara yang disinggahinya. Dim menyukai olahraga renang dan atletik. €œSampai saat ini saya masih bisa push up 60 kali, angkat beban seberat lima kilo pada tangan kanan dan kiri, renang seminggu dua kali,€ kata politisi yang suka bersuara nyaring ini. Tahu dan tempe yang dibakar pakai sambal terasi adalah makanan favoritnya. €œKerjakan apa yang menjadi kewajibanmu, putusan ada di tangan Tuhan,€ ia mengemukakan moto hidupnya.

Copyright PDAT 2004

comments powered by Disqus

 


Da'i Bachtiar | DALI SANTUN NAGA | DALI SOFARI | DANARSIH HADI SANTOSO | DANARTO | DANIEL ARIEF BUDIMAN | DAOED JOESOEF | DARMANTO JATMAN | DAVID NAPITUPULU | DEDE ERI SUPRIA | DELIAR Noer | DELMA JUZAR | DEMIN SHEN | DENNY BASKAR BESTARET | DEWI MOTIK PRAMONO | DHANNY IRAWAN RONODIPURO | DIAH KOMALAWATI ISKANDAR | DIAH PRAMANA RACHMAWATI SOEKARNO | DIANA WUISAN | DICK GELAEL | DICK HARTOKO | DIDIH WIDJAJAKUSUMAH | DJALI AHIMSA | DJAROT DJOJOKUSUMO | DJAUHAR ZAHRSYAH FACHRUDIN ROESLI (HARRY ROESLI) | DJOENAEDI JOESOEF (Joe Djioe Liang) | DJUHRI MASDJAN (DJODJON) | DJUKARDI ODANG | DJUNAEDI HADISUMARTO | DODDY AKHDIAT TISNAAMIDJAJA | DOMPY PIETER GEDOAN | DONALD DJATUNAS PANDIANGAN | DORODJATUN KUNTJORO-JAKTI | Dadang Hawari | Dady P. Rachmananta | Da'i Bachtiar | Daoed Joesoef | Darmanto Jatman | Dawam Rahardjo | Deddy Corbuzier | Dendy Sugono | Dewi Lestari/Dee | Diah Nurwitasari | Dian Nitami | Dian Sastrowardoyo | Didik J. Rachbini | Dimyati Hartono | Dwi Koen | Dorothea Rosa Herliany | Dorodjatun | Djoko Pekik | Djisman Simandjuntak | Djaduk Ferianto | Dita Indah Sari


Arsip Apa dan Siapa Tempo ini dipersembahkan oleh Ahmad Abdul Haq