 Nama : HASUDUNGAN SIMANDJUNTAK Lahir : 1937 Pendidikan : - Akademi Militer Nasional, Magelang (1960) Karir : - Asisten Operasi Kodam V/Jaya - Dan Pusat Persenjataan Infanteri, Bandung - Panglima Kodam XV/Pattimura (1983-1985) - Panglima Kodam VIII/Trikora (1985-1986) - Gubernur Akademi Militer/Akabri Darat, Magelang (sejak 1986) Alamat Kantor : Akabri Darat, Magelang, Jawa Tengah |
HASUDUNGAN SIMANDJUNTAK Selama 28 tahun, sejarah Kodam XV Pattimura, ia panglima yang kedelapan dan terakhir. Menyandang pangkat brigadir jenderal, Hasudungan mengakhiri tugasnya tatkala komando ini dilikuidasikan ke dalam Kodam VIII Trikora, 12 Mei 1985. Pada saat yang sama, ia tampil sebagai panglima Kodam baru itu. Berbadan tinggi tegap dan kekar, berpangkat mayor jenderal itu kini memimpin lagi wilayah Maluku, juga Irian Jaya yang sebelumnya tersendiri -- Kodam XVII Cenderawasih. "Dengan stabilitas politik seperti sekarang, likuidasi ini cukup tepat walaupun mengharukan," kata Pangdam XV Pattimura yang pertama, Herman Pieters. Berkomentar mengenai Hasudungan, Pieters, kolonel purnawirawan, anggota MPR, dan pengusaha budi daya mutiara di Maluku, itu mengatakan, "Gaya dan cara kepemimpinannya di wilayah Maluku dan Irian Jaya saya rasa cukup cocok." Setelah lulus Akademi Militer Nasional (AMN) di Magelang, 1960, Hasudungan pernah memangku jabatan Asisten II Kodam V Jaya, dan Komandan Pusat Kesenjataan Infanteri (Pussenif) di Bandung. Dua tahun sebagai Pangdam XV Pattimura, sejak 17 Mei 1983, ia sangat memperhatikan wilayahnya yang 90% laut. "Perhubungan laut merupakan jantung kehidupan masyarakat di sini," ujarnya suatu ketika. Mengingat ribuan pulau terdapat di Maluku, Hasudungan membangun sejumlah pangkalan satuan tempur di Waipo, Pulau Seram, di Tual, Kepulauan Maluku Tenggara, di Waiheru dan Suli, Pulau Ambon, dan di Namlea, Pulau Buru. Tahun itu juga, 1984, ia memukimkan 268 kepala keluarga (kk) warga Kodam XV Pattimura yang akan menjalani pensiun di Makariki, Pulau Seram, di Mayamega, Pulau Bacan, dan di Rata Gelombang, Pulau Buru. "Kalau dulu kita berjuang merebut dan mempertahankan kemerdekaan, kini kita berjuang mengisi kemerdekaan," katanya. |
Copyright PDAT 2004