Nama : H.M. JUSUF HASJIM
Lahir : Jombang, Jawa Timur, 3 Agustus 1929
Agama : Islam
Pendidikan : - Pesantren Salafiyah Syafi'iyah Tebuireng, Jombang
- Sekolah Pendidikan Guru di Tebuireng, Jombang
Karir : - Letnan satu aktif dalam Revolusi Kemerdekaan menghadapi Aksi Militer dengan Belanda
- Aktif dalam Barisan Anti Gerakan 30 September 1965
- Direktur SMP di Jombang
- Ketua II PB NU (1979)
- Anggota DPPwPPP
- Anggota DPRwGR
- Anggota DPRwMPR (1971-1977)
(1977-1982)
- Pengasuh Pesantren Tebuireng di Jombang (1965-sekarang)
Kegiatan Lain : - Penasihat P3M (Perhimpunan untuk Pengembangan Pesantren & Masyarakat)
Alamat Kantor : Kesepuhan, Tebuireng, Jombang, Jawa Timur
|
|
H.M. JUSUF HASJIM
Rais tsyani syuriah PB NU ini tidak mengalami kesulitan untuk memerankan tokoh Sunan Gresik, Maulana Malik Ibrahim, dalam film Sembilan Wali, 1985. "Begitu saya baca skenarionya, langsung bisa main," ujarnya. Pada adegan yang diperankannya, Pak Ud, demikian ia biasa dipanggil, menasihati Syekh Sitti Jenar, wali yang konon menyimpang dari syariat Islam.
Urusan menasihati memang hampir tiap hari dikerjakannya. Ia terbiasa memimpin pengajian sekitar 2.000 santri di Pondok Pesantren Tebuireng, Jombang, Jawa Timur. Sejak 1965 ia mengasuh pondok itu, menggantikan kakaknya yang wafat, K.H.A. Chalik Hasyim.
Ketika ditawari main film, Pak Ud tidak segera menerima. Ia lebih dahulu meminta pertimbangan sesama rekan di PB NU, juga keluarganya. "Yang tidak setuju," ceritanya, "antara lain istri saya." Ia lantas mengibaratkan film seperti botol kosong, selain bisa diisi air yang menyehatkan, juga yang memabukkan. Maka, "Film bisa untuk dakwah."Senang memakai pantalon dan safari, setelah tidak lagi menjadi anggota DPR ia sering mengenakan sarung. Bungsu dari lima bersaudara, ia putra Almarhum K.H. Hasjim Asy'ari dari istri pertama. Pak Ud, yang dianggap dekat dengan masyarakat, selalu dididik di lingkungan Pondok Pesantren Tebuireng, dan Krapyak, Yogyakarta. Ia ditinggal wafat ayahnya ketika berusia 18 tahun. Dua tahun sebelumnya, ia masuk tentara, dan sempat berpangkat letnan satu. Kemudian aktif di GP Ansor, ia menjadi Sekjen NU sejak muktamar Surabaya, 1971. Dalam muktamar Semarang, Pak Ud terpilih menjadi Ketua II PB NU, 1979. Muktamar Situbondo memilihnya sebagai seorang di antara rais tsyani syuriah PB NU, 1984.
Mengasuh pesantren nomor dua tertua di Jombang, ia melakukan pembaruan. Selain melestarikan sistem pengajian, didirikannya pula SMP, SMA, dan Universitas Hasyim Asy'ari. Di pondok itu kini terdapat Koperasi, Unit Dokumentasi dan Pelayanan Informasi (UDPI), Perpustakaan, dan Balai Keterampilan. Pada 1986, direncanakan pengelolaan manajemen dan pendataan dengan komputer. Untuk persiapan Pusat Informasi Pesantren (PIP), Tebuireng memanfaatkan alumni ITB.
|