A | B | C | D | E | F | G | H | I | J | K | L | M | N | O | P | R | S | T | U | V | W | Y | Z

LIE TEK TJENG




Nama :
LIE TEK TJENG

Lahir :
Padang, Sumatera Barat, 18 Mei 1931

Agama :
Katolik

Pendidikan :
-HCS, Medan
-HBS, Medan (1951)
-Fakultas Sastra UI Jurusan Sinologi, Jakarta (Sarjana Muda, 1954)
-Smithmundt Fellowship (1954-1955)
-Rockefeller Foundation (1955-1959)
-Harvard Yenching Fellowship (1959-1962)
-Universitas Harvard, Cambridge, AS (Doktor, 1962)
-Indonesian Ministry of Research and Chinese State Committee on Science & Technology Exchange Program, Beijing (1965)
-Japan Foundation Senior Fellowship (1974)
-Research Fellow Institute of Developing Economies, Tokyo, Jepang (1979)


Karir :
-Staf Ahli (1962-1965), kemudian Asisten Direktur (1966- 1971), dan Direktur Lembaga Riset Kebudayaan Nasional (LRKN) LIPI (1971-1980)
-Staf Ahli LIPI bidang pengembangan IPSK dan Ahli Peneliti Utama Bidang Sejarah dan Politik Asia Timur (1984-sekarang)


Karya :
Karya tulis penting:
Antara lain:- Studi Wilayah Pada Umumnya, Asia Tenggara Pada Khususnya, jilid I & II, Alumni 1977
-Percaturan Politik di Kawasan Asia-Pasifik Dilihat dari Jakarta, PT Karya Unipress 1983


Alamat Rumah :
Jalan Cempaka Putih Barat III/21, Jakarta Pusat Telp: 412193

Alamat Kantor :
Jalan Pejambon 3, Jakarta Pusat Telp: 511542 dan 511546

 

LIE TEK TJENG


Tatkala masalah hubungan dagang langsung RIwRRC ramai dibicarakan, kemudian menjadi kenyataan, orang makin banyak berpaling kepada Lie Tek Tjeng, doktor sejarah dan bahasa Asia Timur lulusan Universitas Harvard, AS. Patut dicatat: ahli peneliti LIPI ini juga pernah menuntut ilmu di Universitas Kyoto, Universitas Tokyo, bahkan Academia Sinica di Beijing, RRC.

"RRC itu kekuatan besar yang ikut menentukan pola perkembangan di kawasan ini," katanya menjawab pertanyaan sebuah majalah, Mei 1985. "Kalau kita betul-betul mau menjalankan politik bebas aktif, kita harus mempunyai hubungan dengan semua negara yang berkepentingan." Lie lalu mengutip "fatwa" Palmerstone, diplomat Inggris terkemuka, "Negara itu tidak mempunyai kawan abadi atau lawan abadi. Yang ada ialah kepentingan abadi."

Lahir di tengah keluarga sederhana, Lie tidak asing dengan kehidupan keras. Di zaman Jepang, ketika sekolah berantakan, "Saya menjadi petani di sawah milik keluarga," ujar anak keempat dari lima bersaudara ini. "Lumayan, kalau panen dapat beras satu kuintal," ia menambahkan. Ayahnya, Almarhum Lie Seng Jong, tadinya pedagang, kemudian jatuh pailit, lalu bekerja sebagai karyawan sipil TNI-AU.Toh, pendidikan rupanya menjadi masalah penting bagi keluarga ini. Tamat HBS-A di Medan, Lie melanjutkan studi di Jurusan Sinologi FS-UI di Jakarta, hingga meraih gelar sarjana muda, 1954. Atas biaya USIS-Smithmundt, kemudian juga Rockefeller Foundation, ia diterima di Universitas Harvard, AS, dengan masalah Cina sebagai studi mayor, dan Jepang sebagai studi minor. Pada 1962, ia menerima gelar Ph.D. setelah berhasil mempertahankan disertasinya, Mutsu Munemitsu: Portrait of a Machiavelli.

Tetapi, pulang ke tanah air setelah delapan tahun di AS, ia sempat ditertawakan para bekas pengajarnya di UI, yang Jurusan Sinologinya ketika itu condong ke Beijing. Mereka lupa, selama di AS, Lie antara lain dibimbing oleh John K. Fairbank -- yang dijuluki "bapak studi Cina modern" -- dan Edwin O. Reischauer -- yang dikenal sebagai "Ahli Amerika nomor satu mengenai Jepang". Mutsu Munemitsu, yang dipilih Lie sebagai tema disertasinya, adalah menteri luar negeri Jepang di zaman Meiji, yang kemudian diakui sebagai bapak politik luar negeri Jepang modern.

Senang menulis dan selalu terbuka terhadap pers, Lie sudah tidak terhitung melahirkan karya ilmiah. Ia pernah mengajar di berbagai Sesko ABRI, Lemhanas, Sesparlu, serta universitas negeri dan swasta. Juga mengikuti puluhan seminar, di dalam dan luar negeri. Menikah dengan Tjia Sophie, 1957, ayah empat anak ini gemar bermain catur dan bridge. "Tapi tidak jago," katanya.

Copyright PDAT 2004

comments powered by Disqus

 


LASIYAH SUTANTO | LELY SAMPOERNO | LEO IMAM SUKARNO (LEO KRISTI) | LEO SOEKOTO S.J. | LEONARDUS BENYAMIN MOERDANI | LIE TEK TJENG | LIEM KHIEM YANG | LIEM SWIE KING | LINUS SURYADI AGUSTINUS | LIUS PONGOH | LUGITO HAYADI | LUKMAN HARUN | LUKMAN NIODE | LYDIA RUTH ELIZABETH KANDOU | Laksamana Sukardi | Landung Simatupang | Lily Koeshartini Somadikarta | Lola Amaria | Luhut Manihot Parulian Pangaribuan | Luluk Purwanto


Arsip Apa dan Siapa Tempo ini dipersembahkan oleh Ahmad Abdul Haq