A | B | C | D | E | F | G | H | I | J | K | L | M | N | O | P | R | S | T | U | V | W | Y | Z

Lola Amaria




Nama :
Lola Amaria

Lahir :
Jakarta, 30 Juli 1977

Agama :
Islam

Pendidikan :
1. SD
2. SLTP
3. SLTA
4. Akademi


Karir :
1. Pemain film
2. Model
3. Produser film.


Penghargaan :
1.Nominasi Aktris Terbaik pada Festival Sinetron Indonesia (FSI) 1998 dalam telesinema Penari

Keluarga :
Ayah: Amarullah Ibu: Romlah

Alamat Rumah :
Jalan Kepodang I K8 No.18, Bintaro Jaya Sektor II, Tangerang, Jawa Barat, Telepon: (021) 7362896; 0818-718154

 

Lola Amaria


Hidup, bagi Lola Amaria, adalah coba-coba. Bila ia kemudian terjun ke dunia seni peran, itu pun bagian dari percobaannya. Ketika masih gadis kencur, wanita berbibir sensual itu pernah bercita-cita menjadi diplomat. Selepas SMA, Lola malah memilih kuliah program diploma satu (D1) Hubungan Masyarakat (Humas) di Interstudi Jakarta. Menurut dia, dunia humas ternyata sangat dinamis. Itu sesuai dengan kepribadian model, pemain senetron dan film serta produser film yang memang sangat menyukai dinamika ini.

Lola sempat bekerja sebagai petugas hubungan masyarakat (humas) di salah satu anak perusahaan Humpus, milik Tommy Soeharto. Di sini, ia hanya bertahan sekitar tiga bulan, setelah perusahaan itu bangkrut diterjang badai krisis ekonomi yang melanda Indonesia pada 1997. Dalam waktu yang hampir bersamaan, penggemar jalan-jalan ini coba-coba mendaftar sebagai peserta lomba model Wajah Femina. €œEnggak sangka, saya ternyata keluar sebagai pemenang,€ tuturnya. €œPadahal, awalnya saya cuma iseng ingin mencoba ikutan.€ Sebagai model, ia telah membintangi iklan-iklan Shampo Pantene; Mobil Suzuki Baleno; Viva Lipstik; Hemaviton Jreng.

Boleh dibilang, bibit cinta Lola pada seni peran tumbuh setelah ia terpilih sebagai Wajah Femina 1997 tersebut. Wanita berdarah Palembang dan Sunda ini mengawali karirnya sebagai bintang sinetron. Peran pertamanya adalah sebagai Sila dalam sinetron Penari, garapan Sutradara Nan Triveni Achnas. Peran sebagai penari erotis itu ternyata kian merentangkan jalannya menuju dunia akting. Sejak itu, tawaran berperan dalam sinetron pun membanjirinya. Berturut-turut, Lola membintangi Arjuna Mencari Cinta, Tali Kasih, dan Merah Hitam Cinta.

Namun, setelah itu, cukup lama ia absen dari layar kaca. Rupanya, sulung dari tiga bersaudara itu mulai coba-coba terjun ke dunia layar lebar. €œSaya merasa tantangan di film lebih berat,€ katanya. Tapi tantangan ini justru membawa Lola membintangi beberapa film, antara lain Tabir (2000), Dokuritsu (2000), Beth (2001), dan Cau Bau Kan(2002).

Ada perbedaan mendasar yang dirasakan Lola di film. Tak seperti di sinetron, semua peran film diperolehnya lewat proses kasting yang sangat ketat. Misalnya, dalam Dokuritsu (mengangkat masa penjajahan Jepang di Indonesia). Di sini, Lola terpilih karena kedisiplinan, keseriusan, dan kesederhanaannya. €œSaya harus mengikuti tahap kasting sampai empat kali,€ perempuan cantik bermoto €œberusaha dan berdoa€ itu menunjuk. Setelah terpilih pun ia tidak bisa bebas begitu saja. Ia harus mengikuti kursus bahasa Jepang, dan mempelajari segala hal mengenai kehidupan perawat di masa perang 1942-1945.

Di mata kutu buku itu, kasting film dan sinetron memang sungguh berbeda. €œKasting film itu serius sekali. Kita dituntut tahu jalan cerita yang bakal dimainkan, harus paham karakternya, dan bisa merefleksikan kejadian itu dalam otak,€ paparnya. €œJadi, enggak sembarang terima skenario, langsung syuting,€ tambah penggemar warna putih itu.

Kini, aktris dan model telah menjadi profesi utama Lola. Sebagai model, penyuka makanan Italia ini tak lepas dari gosip. Gemerlap pentas model yang sarat gunjingan murahan sempat pula menimbulkan bayangan yang salah duga terhadap dirinya. Dan stereotip di masyarakat bahwa seorang model kerap menjadi €œsimpanan€ dan rentan narkoba sempat pula melekatinya. Tapi itu kembali kepada diri kita masing-masing. Toh, katanya, €œSelama ini saya baik-baik saja.€

Setelah menjadi aktris layar lebar, Lola memendam obsesi lanjutan. Salah satunya berupa keinginan menjadi sutradara dan membuat film sendiri. Langkah ke arah itu, mulai dirintisnya bersama sutradara muda berbakat, Arya Kusumadewa, lewat film Novel Tanpa Huruf R.

Pengagum Bung Karno ini menyenangi hobi traveling, olahraga, menonton film dan pertunjukan, dan membaca.

Copyright PDAT 2004

comments powered by Disqus

 


LASIYAH SUTANTO | LELY SAMPOERNO | LEO IMAM SUKARNO (LEO KRISTI) | LEO SOEKOTO S.J. | LEONARDUS BENYAMIN MOERDANI | LIE TEK TJENG | LIEM KHIEM YANG | LIEM SWIE KING | LINUS SURYADI AGUSTINUS | LIUS PONGOH | LUGITO HAYADI | LUKMAN HARUN | LUKMAN NIODE | LYDIA RUTH ELIZABETH KANDOU | Laksamana Sukardi | Landung Simatupang | Lily Koeshartini Somadikarta | Lola Amaria | Luhut Manihot Parulian Pangaribuan | Luluk Purwanto


Arsip Apa dan Siapa Tempo ini dipersembahkan oleh Ahmad Abdul Haq