Nama : MAMAN SURYAMAN
Lahir : Bandung, 6 November 1962
Agama : Islam
Pendidikan : - SD dan SMP Bandung
- SPG, Bandung
Karir : - Olahragawan terbaik versi PWI SIWO Jaya (1981-1982)
- Mengajar IPA Olah Raga di SD Sejahtera
- Mendapat medali perunggu dari Asean Games IX di New Delhi
- Terpilih sebagai lifter yunior terbaik angkatan 91 kgw110 kg di Kejurnas Ujungpandang
- Sebagai lifter terbaik dengan angkatan 95 kgw120 kg pada HUT TOVO 1981
- Menduduki peringkat VII dalam Kejuaraan Dunia Yunior 1980 di Montreal, Kanada
- Menempati urutan ke-2 dengan prestasi 102,5 kgw125 kg pada Kejuaraan Dunia Yunior 1981 di Lugano, Italia
- Mendapat medali emas, menyamai rekor Asian Games di SEA Games XI Manila (1981)
- Juara pertama pada Kejuaraan Angkat Berat Internasional Mooba V di Melbourne, Australia 1983, dan 1985 Dalam PON XI, 1985, Jakarta, -meraih emas angkat besi untuk kelas 56 kg snatch dan 2 medali perak (kelas 56 kg jerk dan kelas 56 kg total)
Alamat Rumah : Jalan Embong 6tA, Bandung Jawa Barat
|
|
MAMAN SURYAMAN
Ia lahir dengan berat di bawah normal -- cuma 2 kg. Sehingga si bayi, yang diberi nama Suryaman, harus dimasukkan ke inkubator selama beberapa waktu. "Anak-anak saya yang lain beratnya rata-rata 3 kg," ujar Nyonya Yati membandingkan putra sulungnya dengan lima anaknya yang lain. Tetapi, justru anak itu, yang belakangan terkenal dengan nama Maman Suryaman, menjadi atlet angkat berat paling menonjol di Indonesia. Pada Olimpiade Los Angeles, ia menempati peringkat keenam.
"Saya dulu dilarang orangtua," cerita Maman tentang sikap ibunya yang tidak setuju ia memulai kariernya di bidang angkat berat. "Ya, itulah. Dulu badan saya kecil sekali. Pada usia 15, berat saya cuma 39 kg," tambah pria yang sejak usia dua tahun ditinggal ayahnya, yang kembali ke daerah asal, Palembang.
Tetapi, belakangan, dengan tinggi 159 cm dan berat 55 kg, paling tidak ia sudah mengantungi 10 medali emas, sejumlah perak, dan beberapa perunggu. Terakhir, Maret 1985, ia menjuarai Kejuaraan Angkat Berat Internasional Moomba ke-5 di Melbourne, Australia. Tiga tahun sebelumnya, ia juga menjadi juara pertama kejuaraan yang sama.
Mahasiswa Sekolah Tinggi Ilmu Administrasi (STIA), Bandung, itu mulai mengenal olah raga angkat berat ketika masih duduk di bangku Sekolah Pendidikan Guru (SPG). Berkawan dengan Dede Rochman, lifter Jawa Barat yang kebetulan tetangganya, Maman berkenalan dengan pelatih kawakan, Tedhi Kustedja, almarhum. Ia segera dikenal sebagai anak muda yang ringan tangan; termasuk menjerang air minum, dan membersihkan barbel.
Oleh pelatihnya, Irwan Siregar, Maman kemudian diperbolehkan turut berlatih. Ikut dalam kejurnas pemula di Jakarta, 1978, ia meraih gelar juara kedua, seperti juga pada kejurnas yunior tahun berikutnya di kota yang sama. Pada pertandingan luar negeri yang pertama kali diikutinya, kejuaraan yunior dunia di Kanada, guru SD ini menduduki peringkat ke-8. Dalam SEA Games 1981 di Manila, Maman meraih medali emas. Di sini, dalam angkatan snatch kelas terbang, berhasil menyamai rekor Asian Games yang sudah tujuh tahun bertahan.
Anak lugu yang dibesarkan ibunya dari hasil membuka warung nasi ini pada suatu ketika menerima sepucuk surat dari seorang gadis pengagumnya, Luky Normala. Didorong rasa ingin tahu, ia pun memberanikan diri bertandang ke rumah sang dara. Kemudian langsung jatuh hati. "Tetapi waktu itu, saingan saya banyak sekali," kata Maman tentang istrinya.
Kini, mereka, menempati rumah 6 X 6 meter di atas tanah 120 meter persegi, hadiah seorang pengusaha. Pengagum Bung Karno dan Eva Arnaz ini juga suka berenang, voli, dan atletik. Ia tidak merokok.
|