Nama : MOERSIA ZAAFRIL ILYAS
Lahir : Madura, 5 Januari 1925
Agama : Islam
Pendidikan : - HIS, Madura (1938)
- MULO, Surabaya (1942) Sekolah Menengah Tinggi Surabaya (tidak tamat)
Karir : - Ketua Koperasi Setia Budi Wanita dan Pusat Koperasi Karya Wanita di Jawa Timur (sekarang)
Alamat Rumah : Jalan Tenis 12, Malang, Jawa Timur Telp: 22553
Alamat Kantor : Jalan Trunojoyo 72w76, Malang Telp: 27120
|
|
MOERSIA ZAAFRIL ILYAS
Nyonya Moersia, anak didik Sutan Sjahrir dari Partai Sosialis Indonesia (PSI), ini hampir tidak sunyi dari peristiwa yang menegangkan. Ikut rapat-rapat gelap menghadapi pendudukan Jepang di Surabaya dan pendudukan Belanda di Bondowoso, 1947, ia pernah mendekam di penjara Kalisosok, Surabaya, karena dituduh ekstremis. Atas provokasi PKI, 1964, Moersia dijebloskan ke penjara Bukit Duri, Jakarta. Ia dituding terlibat "Gerakan Anti-Soekarno".
Tahun 1984 merupakan tahun paling getir bagi Nyonya Moersia Zaafril Ilyas. Koperasi Setia Budi Wanita (SBW) Malang, Jawa Timur, yang dipimpinnya, kecolongan Rp 415 juta. Ini akibat ulah manajer keuangan koperasi tersebut, yang memberikan kredit khusus yang melebihi plafon kepada sejumlah orang kepercayaannya. Celakanya, Nyonya Zaafril sendiri, di depan pengadilan, ikut dituding oleh jaksa sebagai tersangka.
Tetapi, wanita asal Madura ini tetap tenang dan tabah. "Yang benar dan yang salah akan kelihatan," ujarnya setelah ia dibebaskan dari segala tuduhan. Yang menyedihkannya, pada saat kemelut menimpa SBW, banyak anggota koperasi dan kawan dekat yang justru ikut berteriak-teriak. Ternyata, mereka ingin memancing di air keruh. "Kemudian, satu per satu mereka jatuh dengan bukti-bukti penyelewengannya," kata Nyonya Moersia.Koperasi SBW dirintisnya pada 1954, masih berupa arisan ibu-ibu. Sempat terganyang di masa berkuasanya PKI, 1964, puncak kejayaan SBW terjadi pada 1977-1980, sampai berhasil menghimpun 5.000 anggota. Dimulai dengan modal uang arisan anggota, koperasi yang pernah menerima penghargaan Menteri Koperasi Bustanil Arifin itu mendapat kepercayaan Bank Indonesia. Bersama suntikan modal Rp 500 juta dari BI (1978), suatu saat modal yang terhimpun mencapai Rp 800 juta.
SBW menerapkan sistem tanggung renteng. Dengan sistem ini terjadi pemerataan tanggung jawab bagi semua atau sebagian anggota koperasi atas pinjaman anggota. Anggotanya meliputi golongan menengah ke bawah. Setelah kemelut, anggota SBW tinggal 3.000 orang, dengan putaran modal Rp 300 juta. Tetapi, dengan bantuan keuangan dari lembaga bantuan keuangan AS, USAID, Nyonya Moersia yakin akan mampu mengembalikan SBW kepada posisinya sebelum kemelut.
Oleh orangtua dan kedelapan saudaranya, Moersia, si anak keempat, dipanggil "Iya". Tetapi, suami dan teman-temannya, lebih suka memanggilnya "Moer" saja. Ia mengaku hidup dari hasil praktek suaminya, Zaafril Ilyas, dokter ahli kandungan. Tiga di antara empat anaknya sudah insinyur.
|