A | B | C | D | E | F | G | H | I | J | K | L | M | N | O | P | R | S | T | U | V | W | Y | Z

Retno Maruti




Nama :
Theodora Retno Maruti

Lahir :
Solo, Jawa Tengah, 8 Maret 1947

Agama :
Katolik

Pendidikan :
SD, SMP, SMEA, dan Akademi Administrasi Negara, semuanya di Solo.

Karir :
- Dosen Institut Kesenian Jakarta
- Penari dan Penata Tari
- Perias Pengantin
- Pendiri dan Pemimpin Sanggar Tari Jawa Padnecwara
- Hasil koreografi, antara lain :
1. Langendriyan Damarwulan (1969)
2. Abimanyu Gugur (1976)
3. Roro Mendut (1977)
4. Sawitri (1977)
5. Palgunadi (1978)
6. Sekar Pembayun (1979)
7. Begawan Ciptoning (1983)
8. Kongso Dewo (1989)
9. Dewabrata (1998)


Penghargaan :
- Wanita Pembangunan Citra Adikarsa Budaya (1978) - Kayyawa Kretya

Keluarga :
Ayah : Soesiloatmadja Ibu : Siti Marsiyam Suami : Arcadilus Sentot Sudiharto Anak : Genoveva Rury Nostalgia

Alamat Rumah :
Jalan Bumi Pratama I Blok 0 No. 5, Kompleks BHP, Dukuh Kramat Jati, Jakarta Timur Telepon/Faksimile (021) 87796055

Alamat Kantor :
Jalan Cikini Raya 73, Jakarta Pusat

 

Retno Maruti


DALAM perjalanan karirnya, Retno Maruti sempat kecewa dengan dunia tari. Sebab, dosen di Institut Kesenian Jakarta ini melihat banyak anak muda yang lebih senang dan mudah menerima jenis tari kontemporer. Ia khawatir tak ada yang melestarikan tari tradisi, khususnya tari Jawa klasik. Tapi, ia tak berkecil hati. Pendiri dan pemimpin kelompok tari Padnecwara itu terus berusaha keras mengembangkannya dan melahirkan tari sampai akhir hayat. Ia menularkan kemampuan menari kepada anak-anak didik di Sanggar Padnecwara, dan di Taman Ismail Marzuki, serta di Institut Kesenian Jakarta.

Penari dan penata tari kelahiran Solo ini memang kental dengan akar budaya Jawa. Ayahnya, dalang Soesiloatmadja, sering mengajak Retno kecil mendalang semalam suntuk. Duduk di samping kotak wayang, Limbuk€”panggilan akrab anak kedua dari tujuh bersaudara €”membantu mengambilkan tokoh wayang yang hendak dimainkan. Belakangan, ia juga mengurus perizinan dan segala sesuatu yang berhubungan dengan seni pertunjukan kesenian Jawa itu.

Untuk lebih mengenal seni budaya sendiri dan melestarikan warisan leluhur, pada usia lima tahun, Retno oleh ayahnya dimasukkan ke perkumpulan seni Baluwarti. Di situlah ia mulai mengenal tari, selain gamelan, macapat, suluk. €œPokoknya segala sesuatu yang berbau seni,€ ujar Retno. Di kelas III SD, ia memperoleh pelajaran tari tambahan dari R.T. Kusumokisowo€”yang berkiblat ke keraton; dan mendapat bimbingan dari penari terkenal Laksminto Rukmi, selir kesayangan Pakubuwono X. Tari luar keraton, seperti ledek, juga ia simak. Di SMP, Retno berkesempatan menari di Candi Prambanan dalam pergelaran kisah Ramayana, memerankan kijang kencana, sampai akhirnya mendapat julukan €œKijang Kencana€.

Toh, saat itu, menari baru merupakan kesenangan; belum terpikir bercita-cita jadi penari profesional. Ia malah ingin menjadi sekretaris. Maka, begitu SMEA-nya rampung, ia meneruskan ke Akademi Administrasi Negara€”sambil bekerja di Batik Danar Hadi, walau tak lama€”sampai meraih sarjana muda. €œIlmu yang sudah saya dapatkan itu ternyata berguna di bidang yang saya tekuni sekarang yaitu menari,€ kata penerima penghargaan Wanita Pembangunan Citra Adikarsa Budaya (1978) ini. €œMenari juga membutuhkan manajemen yang baik agar tetap eksis.€

Kesungguhannya menggeluti tari mulai kuat setelah memenuhi undangan menari di New York, 1964, dan setahun kemudian terpilih sebagai salah satu penari dalam misi kepresidenan ke Jepang. Pulang ke Tanah Air, mulailah ia mencipta tari: Langendriyan Damarwulan, Abimanyu Gugur, Roro Mendut, tahun 1970-an. Pada 1980-an, ia menampilkan Begawan Ciptoning, Kongso Dewo. Kemudian sekitar tahun 1998, bersama penari Padnecwara lahirlah karya tari Dewabrata.

Retno menikah dengan sesama penari yang sudah dikenalnya sejak kecil, Sentot Sudiharto, di Osaka Jepang. Pasangan ini dikaruniai satu anak: Genoveva Rury Nostalgia. Sejak kecil anaknya diperkenalkan pada seni budaya, walau bukan berarti dia harus menjadi penari. Kebetulan, si anak senang pada tari dan belajar menjadi koreografer.

Selain menari dan mengajar tari Jawa klasik di Institut Kesenian Jakarta, Retno seorang perias pengantin. Ia memang pernah kursus rambut pada Rudy Hadisuwarno, dan kursus make up pada Martha Tilaar.

Copyright PDAT 2004

comments powered by Disqus

 


RUKMINI ZAINAL ABIDIN | R. BENEDICTUS SLAMET MOELYANA | R. DJOKOMOELJANTO | R. KUSUMANTO SETYONEGORO | R. MANTRIA HUTASOIT | R. SOEPRAPTO | R. WASITO | RACHMAN HALIM | RACHMAT SALEH | RADEN PANDJI SOEJONO | RADIUS PRAWIRO | RADJA MURSINAL NASUTION | RADJA Pingkir Sidabutar | RAE SITA SUPIT | RAJA INAL SIREGAR | RANO KARNO | RATNA SARI DEWI SOEKARNO -- NAOKO NEMOTO | REYN ALTIN JOHANNES LUMENTA | R.H. PURWOTO SUHADI GANDASUBRATA | Rhoma Irama | RIEKA HARTONO D. PUSPONEGORO SUATAN | RINTO HARAHAP | R.M. MUHAMMAD SUBUH SUMOHADIWIDJOJO | R.M. SOEDARSONO | R.M. SOEDJONO RESPATI | R.M. SOELARKO | ROBBY DJOHAN | ROCHMAT SOEMITRO | ROOSSENO SOERJOHADIKOESOEMO | R.M. Roy Suryo | Rachel Maryam | Retno Maruti | Riri Riza | R.M. Roy Suryo | Remy Sylado | Richard Oh | Ryamizard Ryacudu


Arsip Apa dan Siapa Tempo ini dipersembahkan oleh Ahmad Abdul Haq