Sidney Jones: Anggapan Islam Dipojokkan Adalah Keliru Besar
Oleh Redaksi
Poin utama saya adalah bahwa siapa saja yang membunuh orang sipil yang tidak berdosa dengan sengaja, mereka jahat. Entah mereka Islam, Hindu, Kristen atau apa saja agamanya. Jangan bilang bahwa yang berbuat teror itu pejuang. Siapa yang berbuat sedemikian itu, kok jahat betul. Banyak orang yang sekarang ini mengira kalau Islam dipojokkan. Saya kira, perasaan itu keliru. Sebab, walau bagaimanapun, tindakan semacam ini tidak dibenarkan, baik oleh hukum maupun agama.
Tak ada salahnya kita mendengar informasi bandingan tentang jaringan Alqaidah di Asia Tenggara yang konon melibatkan K.H Abubakar Ba’asyir. Selama ini Ba’asyir telah mendapatkan blow-up lebih dari memadai untuk menyangkal segala tuduhan yang diarahkan kepadanya. Guna memenuhi prinsip tabayyun, cross-check dan mekanisme check and balances (perimbangan informasi), Ulil Abshar-Abdalla mewawancarai Sidney Jones, Direktur International Crisis Group di Jakarta. Sidney juga pernah melakukan riset ketika menulis Al-Qaeda in Southeast Asia: The Case of The “Ngruki Network” in Indonesia (2002). Berikut petikannya:
Sidney, Anda pernah menulis cukup panjang perihal jaringan pesantren al-Mu’min, Ngruki. Apakah ada kaitan antara jaringan pesantren Ngruki yang pernah Anda ketahui dengan “jaringan” yang lebih luas secara internasional?
Saya yakin, melalui beberapa orang yang saya interview, memang ada kaitan. Kalau kita berbicara tentang kelompok di sekitar K.H. Abubakar Ba’asyir sewaktu dia hijrah ke Malaysia tahun 1985, terdapat beberapa orang yang sudah memulai kegiatan di Malaysia, terus pernah ke Afganistan bertemu dengan orang-orang Alqaidah di sana. Dan juga, rupanya orang bernama Hambali yang dicari habis-habisan sekarang ini, juga pernah ketemu dengan Ba’asyir (Ia mengakui pernah bertemu Hambali di Malaysia, seperti pengakuan koordinator pengacara Adnan Buyung Nasution, Red). Juga, menurut informasi, Hambali ikut kegiatan Ba’asyir di Malaysia pada akhir tahun 90-an (Pengakuan Ba’asyir, selama di negeri jiran dia hanya berdakwah dan bertemu Ba’asyir dalam urusan bisnis. Hambali diperkenalkan oleh seorang pengusaha di sana, Red).
Nah, apakah itu berarti semua orang yang pernah berhubungan dengan Ba’asyir terlibat jaringan Alqaidah? Tentu tidak. Kalau itu berarti Ba’asyir adalah operator Alqaidah? Juga belum tentu. Tapi bahwa ada orang-orang di sekitar dia yang punya hubungan (mungkin) lebih dekat dengan Alqaidah, saya yakin benar.
Apa yang dimaksud dengan jaringan Ngruki atau Ngruki network itu?
Yang saya lihat sampai sekarang, semua warga Indonesia yang dituduh ikut jaringan kejahatan internasional, mempunyai tiga sifat (ciri) yang menarik: 1) Punya keturunan jalur geneologi dengan Darul Islam di Jawa Barat atau di Sulawesi Selatan. 2) Atau, mereka pernah belajar di pesantren al-Mu’min, Ngruki. 3) Atau, pernah ikut jaringan Ba’asyir dengan mengikuti pengajian-pengajian yang ada di Malaysia mulai tahun 1985 sampai 1999.
Kalaupun itu tidak terlihat menonjol, apakah beberapa kasus --dimana orang telibat dalam gerakan kekerasan-- selama ini, memang secara langsung atau tidak, punya kaitan dengan tiga hal tadi?
Ya. Saya kira, menarik kalau orang-orang di sini betul-betul ingin mencari Hambali, misalnya. Mungkin saja aparat keamanan melihat lebih dalam ke jaringan DI/TII di sini. Tentu saja, itu tidak berarti semua orang yang keturunan DI/TII otomatis terlibat dengan kegiatan yang tidak sah. Itu yang sulit. Sebab, ciri-ciri itu memang di beberapa orang saja, dan jangan menyalahkan semuanya. Maksud saya, jangan menggeneralisasi semua orang.
Dalam laporan yang Anda tulis, Anda juga menyebut beberapa kegiatan Ba’asyir sebelum tahun 1985. Ketika masih di Solo, dia pernah divonis selama beberapa tahun. Nah, apakah kegiatan Abu Bakar Ba’asyir sebelum hijrah ke Malaysia juga ada kaitannya dengan tindak kekerasan?
Paling sedikit, mulai sekitar tahun 1979 sampai Ba’asyir hijrah ke Malaysia, memang ada beberapa peristiwa yang melibatkan orang Ngruki. Dan (peristiwa itu) termasuk misalnya, pembunuhan Pembantu Rektor Universitas Sebelas Maret UNS), Solo tahun 1979. Nah, kelompok yang menembak Pembantu Rektor, tentu saja bukan Ba’asyir secara langsung. Tapi, mereka terdiri dari orang yang dekat dengan Ngruki dan dengan para “preman.” Pada waktu itu, memang ada beberapa unsur yang diduga kuat --bekerjasama dengan intel waktu itu-- ikut kegiatan yang namanya “terror warman” waktu itu.
Jadi, apakah itu berarti orang-orang Ngruki secara seluruhnya terlibat? Tentu tidak. Tapi mereka membunuh dan merampok atas nama Abu Bakar Ba’asyir. Dan mereka bilang, motivasinya adalah untuk mengejar atau membunuh orang yang terlibat penangkapan Ba’asyir dan Abdullah Sungkar pada tahun 1978, kalau tidak salah.
Setelah Ba’asyir pindah ke Malaysia dan tinggal di sana selama 15 tahun, apakah Anda punya laporan yang detil tentang apa yang dia lakukan disana?
Kalau laporan persis tentang kegiatannya --kecuali tahun-tahun pertama—saya tidak punya. Saya memang punya laporan dan dokumentasi tentang kegiatan Ba’asyir pada tahun 1985 sampai sekitar 1988. Dan pada tiga tahun itu, memang ada usaha untuk mencari pengikut ke Afghanistan, mencari dana dari Arab Saudi, dan memperluas kontak dan jaringan.
Itu dilakukan melalui organ yang bernama apa?
Pada waktu itu, tidak ada organisasi yang namanya Jamaah Islamiyah (JI). Tapi yang menarik, kata-kata Jamaah Islamiyah, memang dipakai Ba’asyir sejak tahun 1970-an untuk diterapkan pada kelompok-kelompok kecil yang dibentuk seperti kelompok Usroh. Kelompok itu bertujuan menghidupkan kehidupan agama dan nilai-nilai Islam. Tapi, sejak awalnya juga ada unsur politik di dalamnya. (Ba’asyir mengaku tidak tahu JI. Menurutnya, nama JI adalah ciptaan inteljen Amerika Serikat untuk mendiskreditkan dirinya, Red).
Jadi, kelompok yang dicap Jamaah Islamiyah pada tahun 70-an itu bertujuan mendirikan negara Islam di Indonesia. Yang kami dengar dari beberapa sumber —termasuk yang masih tinggal di Malaysia dan kenal dengan Ba’asyir dan Abdullah Sungkar pada tahun 1990-an— atau sekitar tahun 1995-1996, idiologi mereka mulai berubah (meningkat) dari sekedar DI yang berorientasi mendirikan negara Islam di Indonesia, sampai dengan (idiologi) mendirikan khilafah internasional di seluruh dunia. Radikalisasi gerakan mereka dimulai setelah ada perkenalan dengan orang-orang dari Mesir, dari kelompok Ikhwanul Muslimin. Tapi faksi yang paling radikal dari kelompok itu adalah Aiman al-Zawahiri.
Dari uraian Anda tadi, boleh dikatakan bahwa Baasyir adalah orang yang pertama kali menciptakan istilah Jamaah Islamiyah itu? Mengapa dia membantahnya?
Kalaupun tidak pertama kali menciptakan, (setahu saya) dia pertama dituduh tahun 1978 mendirikan organisasi yang namanya Jamaah Islamiyah oleh Pemerintah Indonesia. Tapi sampai sekarang, saya terus terang, tidak tahu apa itu Jamaah Islamiyah. Apakah dia jaringan, apakah organisasi, apakah dia kelompok yang jahat sama sekali, saya tidak tahu.
Akhir-akhir ini banyak perbincangan seputar figur yang bernama Hambali, alias Ishomuddin, alias Encep Nurjaman. Konon, Hambali juga pernah nyantri di Ngruki dan juga Fathurrahman Al-Ghozi yang saat ini ditangkap di Filipina karena membawa bahan peledak dalam skala besar. Bagaimana Anda menilai figur Hambali yang raib ini?
Ya, Hambali memang orang yang paling dicari, saya kira, oleh badan intelijen di seluruh dunia. Dia orangnya agak menarik dan memang misterius. Kalau tidak salah, dia berumur sekitar 38 tahun. Kalau tak salah juga, dia pernah menjadi santri di Ngruki. Katanya, waktu masih muda, dia juga pernah lari ke Malaysia dan agak lama di sana. (Menurut keluarganya di Sukamanah, Encep yang dianggap Hambali pergi ke Malaysia tahun 1985, Red). Dia juga pernah pergi ke Afganistan. Tapi sekitar tahun 1999-2000, dia juga kembali ke Indonesia. (Ini klop dengan pengakuan teman-temannya di Sukamanah bahwa Hambali pernah pulang ke desa, tapi dibantah oleh keluarganya, Red).
Ada juga sumber saya yang mengatakan, kalau Hambali juga ikut mendirikan Laskar Jundullah di Solo --bukan Laskar Jundullah yang punya Agus Dwikarna yang di Sulawesi Selatan. (Laskar Jundullah, Solo sekarang dipimpin oleh M. Kalono yang pernah dituding sebagai orang di belakang aksi sweeping warga Amerika di Solo beberapa tahun lalu).
Hambali memang sudah ikut serta dalam program pertemuan di Malaysia dengan pembajak-pembajak pesawat yang ikut dalam penyerangan WTC pada tanggal 11 September. Itu sudah dibuktikan dari berbagai macam sumber yang ada di Malaysia. Nama Hambali juga muncul dari sumber-sumber yang ditemukan di Afghanistan sesudah serangan Amerika di sana. Jadi, itu bukan rumor saja bahwa dia adalah orang Alqaidah. Indikasi (keterlibatan Hambali) jauh lebih kuat, misalnya, dibandingkan (keterlibatan) Abubakar Ba’asyir.
Apakah pola-pola itu bisa mengindikasikan adanya suatu rencana yang sistimatis oleh kelompok ini?
Saya kira, sulit untuk membuat kesimpulan bahwa pola kejahatan sendiri mengindikasi bahwa JI adalah pelakunya. Sebab, jenis bom yang dipakai bisa didapat dari PT Pindad atau organisasi apa saja. Saya mau katakan, kalau Pemerintah Indonesia betul-betul mau menghindari terorisme di Indonesia, langkah yang jauh lebih baik adalah memberantas korupsi agar (mereka) tidak bisa membeli bahan peledak dari tentara, membeli KTP, paspor dan lain-lain.
Tetapi sekarang ini ada indikasi yang makin kuat --dari beberapa sumber yang sudah ada di Singapura, Malaysia dan Philipina-- bahwa orang-orang yang dikaitkan dengan kelompok Abubakar Ba’asyir di Malaysia, terlibat dalam pemboman yang terjadi di Indonesia dan Philipina. Nah, apakah itu sama dengan rencana yang mereka bikin untuk mengincar tujuan di Singapura? Tidak terlalu jelas. Yang saya dengar, rencana itu jauh lebih besar daripada yang berhasil dilakukan.
Misalnya, pemboman rumah Duta Besar Philipina di Jakarta beberapa waktu lalu, atau granat yang meledak tanggal 23 September di Jakarta, atau pemboman gereja-gereja pada malam Natal. Yang direncanakan untuk Singapura jauh lebih kuat. Tapi apakah mampu mereka melakukan hal sebesar itu, kami pun belum tahu. Tapi apa yang terjadi di Bali, begitu jauh lebih besar dari apa saja yang dilakukan kelompok ini sebelumnya. Ada hal yang mesti dipertanyakan: apakah justeru kelompok yang sama yang melakukan pemboman sebelumnya atau melibatkan unsur-unsur lain.
Apakah pencantuman JI sebagai kelompok teroris yang sekarang resmi diumumkan PBB atas usulan 30 negara cukup mendasar dan valid?
Kalau melihat kegiatan orang-orang yang dicap JI di Malaysia, juga “pengakuan” yang dikeluarkan orang semacam Fathurrahman Al-Ghozi atau Umar Al-Faruk, atau orang-orang di Singapura, saya kira, memang wajar mencurigai adanya kemungkinan bahwa orang-orang di jaringan ini --apakah namanya JI atau nama lain-- terlibat apa yang terjadi di Bali. Tapi meski begitu, saya kira, perlu dipertanyakan juga bahwa semua indikasi didapat dari orang yang lagi ditahan. Memang, orang Indonesia sendiri tahu bagaimana gampangnya memaksa orang untuk mengakui sesuatu, apa lagi dengan metode yang keras, melalui drug, atau cara-cara represif lainnya.
Hanya saja, masalahnya adalah begitu banyak informasi yang didapat menunjuk ke orang yang sama, Hambali misalnya. Banyak pula informasi yang didapat dari anggota JI yang tertangkap di Philipina, Singapura dan Malaysia yang menunjuk ke arah Ba’asyir. Saya kira, paling tidak banyak orang mulai yakin adanya kemungkinan besar, bahwa Hambali terlibat. Tapi saya masih ragu, apa itu Jamaah Islamiyah. Kalau sebuah organisasi begitu kabur dan kurang jelas strukturnya, lalu dicap teroris, dilarang, dan asetnya dibekukan, dan lain-lain apakah itu akan efektif atau tidak untuk masuk dalam daftar hitam?
Baasyir dituduh dalam terlibat kasus pemboman gereja-gereja. Yang aneh, dia juga dituduh membom Masjid Istiqlal sebagaimana pengakuan Umar Al-Faruq?
Saya kira sulit dijelaskan karena tidak semua (pengakuan) yang dikeluarkan Umar Al-Faruq bisa dipercaya. Dan saya kira, perlu saksi-saksi atau bahan bukti lain yang memperkuat pengakuan (Umar Al-Faruq) itu. Kini misalnya, banyak orang ragu akan adanya rencana untuk membunuh Presiden Megawati.
Saya kira, pengakuan Umar Al-Faruq pada bagian itu, sangat meragukan sekali.
Hemm. Atau paling sedikit, kalaupun benar, coba kita lihat bahan bukti lain di samping pengakuan orang yang tiga bulan ditahan tanpa tidur.
Bukti-bukti yang mengaitkan Ba’asyir terkait dengan jaringan Alqaidah ‘kan masih dianggap belum kongkret. Bagaimana tanggapan Anda?
Saya kira, memang --bahwa dia memakai nama Jamaah Islamiyah untuk kelompok pengajian di sekitarnya-- itu bukan bukti sama sekali. Tetapi ada orang di sekitarnya yang sering bolak-balik dari Afghanistan ke Malaysia. Ada juga beberapa orang Indonesia yang keturunan pejuang Darul Islam di Sulawesi Selatan, yang pernah memperkenalkan Abubakar Ba’asyir dengan kelompok radikal yang bernama Gamaah Islamiyah di Mesir yang dipimpin oleh Syekh Umar Abdurrahman yang menjadi otak di balik pengeboman WTC tahun 1993. Dan, organisasi itu pun punya kaitan yang erat sekali dengan Alqaidah. Jadi, sekadar nama Jamaah Islamiyah, memang tidak cukup (menjadi bukti) sama sekali. Tapi, bahwa mereka pernah kenal, bertemu dan pernah sama-sama arah dengan organisasi yang ada kaitan dengan Alqaidah yang terletak di Mesir (Gamaah Islamhiyah), saya kira, itu fakta.
Tragedi Bali dilihat dari jenis bahan peledaknya sulit didapat di Indonesia. C4 hanya dimiliki beberapa negara saja, terutama Amerika.
Tentang keterlibatan orang Indonesia soal pemboman Bali, saya kira, hampir pasti akan dibuktikan. Mereka bisa sebagai local partner atau orang setempat yang bisa jadi berupa pemimpin atau pembantu orang yang berbuat (otak) musibah itu. Tetapi, saya kira ada juga kemungkinan besar, bahwa otaknya di luar Indonesia. Soal bahan peledak itu saya tidak tahu.
Poin utama saya adalah bahwa siapa saja yang membunuh orang sipil yang tidak berdosa dengan sengaja, mereka jahat. Entah mereka Islam, Hindu, Kristen atau apa saja agamanya. Jangan bilang bahwa yang berbuat teror itu pejuang. Siapa yang berbuat sedemikian itu, kok jahat betul. Banyak orang yang sekarang ini mengira kalau Islam dipojokkan. Saya kira, perasaan itu keliru. Sebab, walau bagaimanapun, tindakan semacam ini tidak dibenarkan, baik oleh hukum maupun agama.
Radikalisasi umat Islam sering dipicu oleh politik luar negeri Amerika yang mendukung eksistensi Israel, tapi tidak berlaku adil terhadap Palestina?
Menyangkut soal Palestina, perlu diketahui, bahwa kebijakan Amerika di Timur Tengah, tidak didukung semua orang Amerika. Jadi, itu kebijakan pemerintah, yang menurut saya salah besar! []
Komentar Masuk (0)
(Tampil maks. 5 komentar terakhir, descending)