Diskusi
Reportase Diskusi "Respon Islam terhadap Kapitalisme" Norma Kapitalisme dalam Etika Ekonomi Islam
Oleh Saidiman
Dawam menegaskan bahwa apa yang disebut sebagai etika ekonomi Islam sesungguhnya berjalan sejajar dengan norma ekonomi kapitalisme. Fakta bahwa etika mengenai kerja, kekayaan dan kepemilikan, perdagangan, keuangan, industri, dan pelbagai inovasi tehnologi yang berkembang pesat pada masa-masa kejayaan Islam membuktikan bahwa norma kapitalisme tumbuh subur dalam budaya ekonomi Islam.
Partai Politik Islam: Memakan Teman Sendiri
Oleh Saidiman
Lebih jauh Burhanuddin menjelaskan bahwa realitas politik yang menunjukkan semakin banyaknya partai yang gangdrung menggunakan jargon-jargon islami sebetulnya adalah bukti bahwa partai-partai nasionalis justru sedang berusaha melebarkan sayap menggerogoti basis pemilih partai-partai Islam. Alih-alih partai Islam yang mampu mengalihkan dukungan partai nasionalis, suara di basis-basis massa mereka sendiri yang semakin terancam oleh para elit partai nasionalis yang semakin “islamis.”
Jejak Liberal dan Fundamentalis dalam Pemikiran Ibnu Taimiyyah
Oleh Saidiman
Musdah Mulia melihat bahwa ada yang ganjil pada masalah ini. Ummat Islam demikian mudah menerima penolakan terhadap konsep kepemimpinan Quraisy, di mana sebelumnya dianggap sebagai sesuatu yang taken for granted. Tidak ada persoalan yang benar-benar keras ketika doktrin ini dihapus. Sementara konsep-konsep mengenai ketimpangan gender sangat susah untuk dicabut, misalnya hadis “lan yufliha qaumun wallû amra’ahum imra’atan” (tidak akan beruntung suatu kaum yang menyerahkan urusannya kepada perempuan).
Ilusi Khilafah Islam
Oleh Saidiman
Ketika Muhammad membangun komunitas politik di Madinah, dia tidak pernah mengemukakan satu bentuk pemerintahan politik standar yang harus diikuti oleh para penerusnya kemudian. Apa yang disebut politik Islami tidak lebih dari ijtihad politik para elit Islam sepeninggal Muhammad. Tidak ada mekanisme politik standar yang berlaku bagi pemerintahan Abu Bakar, Umar, Utsman, dan Ali. Masing-masing terpilih melalui mekanisme politik yang berbeda. Pemerintahan-pemerintahan selanjutnya bahkan menjadi sangat lain, karena yang ada hanyalah pemerintahan berdasarkan garis keturunan.
Haul Pemikiran Fazlurrahman: Mengenang 20 Tahun Wafatnya Sang Pembaru Islam
Oleh Malja Abror
Bagi Rahman, bunga bank tidak bisa disamakan dengan riba. Sebab filosofi keberadaan bank dalam sistem pembangunan nasional sebuah negara modern, di mana bunga merupakan salah satu unsur di dalamnya, adalah sebagai agent of change. Dengan begitu bank tidak bisa disamakan dengan riba yang bergerak di atas motif keperluan konsumtif-individual. Bunga bank memang tidak sempurna, tapi tidak bisa lantas serta merta ia disamakan dengan riba.
Reportase Diskusi dengan Irshad Manji: Kaum Moderat adalah Bagian dari Persoalan
Oleh Lanny Octavia
Manji menilai bahwa pembedaan antara Muslim ektrimis dan moderat tidaklah begitu berguna. Baginya, alih-alih memecahkan masalah, kaum Muslim moderat sendiri adalah bagian dari permasalahan. Hal itu karena meskipun mengecam terorisme, mereka sama sekali tidak mengakui adanya peran agama dalam kasus tersebut.
Diskusi Hari Pertama Ulang Tahun JIL ke-7 Agama dan Kebebasan: Dapatkah Bersanding-berdamping?
Oleh Malja Abror
Kang Husein menyimpulkan bahwa (keyakinan) agama adalah keyakinan kepada Tuhan Yang Maha Esa, ketaatan dan ketundukan total kepada-Nya; keyakinan akan adanya balasan dan pertanggungjawaban di hari akhir. Karena itu, agama (al-din) bersifat sangat personal dan tersembunyi. Maka terhadap agama dengan pengertian seperti ini, tidak ada kekuasaan apa pun, baik itu institusi atau orang, yang bisa melakukan intervensi atasnya.
Diskusi Hari Kedua Ulang Tahun JIL Ke-7 Kebebasan Beragama dan Berkeyakinan: Perspektif Legal-Formal
Oleh Saidiman
Secara doktrinal, agama mengkampanyekan keselamatan, kebahagiaan, dan perdamaian. Tetapi pada saat yang sama ia bisa muncul dengan wajah yang garang dan penuh kekerasan. Dalam konferensi tentang perdamaian dan HAM untuk memperingati 950 tahun kota Nuremberg, disimpulkan bahwa pesan perdamaian dan kasih sayang agama dapat didistorsi menjadi instrumen kebencian dan konflik.
Diskusi Akhir Tahun: Islam Santun ala Indonesia
Oleh Saidiman
Fakta bahwa kaum agamawan begitu alpa terhadap fenomena sosial seperti kemiskinan dan lumpur Lapindo (Sidoarjo, Jawa Timur) adalah bukti bahwa agama tidak lagi memiliki daya pikat untuk berbicara tentang persoalan riil yang dihadapi oleh masyarakat. Dalam pada itu, agama menjadi terasing di tengah-tengah arus modal yang luar biasa besar. Agama begitu mudah diseret ke dalam konflik kepentingan.
Diskusi di Semarang Agama-agama Besar Dilanda Krisis
Oleh M. Nasruddin
Yang lebih menggelikan, ketika MUI memfatwa sesat, presiden ikut-ikutan. Ini artinya bahwa fenomena politisasi isu syariat menjadi amat riskan. ”Islam yang sudah lahir sekian ribu tahun lalu, tiba-tiba ditejemahkan pemda yang tidak paham Islam”