JIL Peringati Ultah Ke-5 - JIL Edisi Indonesia
Halaman Muka
Up

 

Diskusi
10/04/2006

JIL Peringati Ultah Ke-5

Oleh Umdah El-Baroroh

Karena kelompok muslim tertentu yang memahami masalah agama sebagai masalah teologis semata, seringkali menolak campur tangan orang-orang di luar agama. Sehingga mereka yang merasa tidak bergerak di lingkaran agama menjadi emoh untuk ikut lantang dalam menyuarakan agama.

Jaringan Islam Liberal (JIL) yang berdiri pada 2001, akhir Maret lalu merayakan ulang tahunnya yang kelima. Berbagai acara digelar untuk meramaikan peringatan ultah ini. Ada diskusi, pemutaran film, dan bazar buku. Perayaan Ultah yang mengangkat tema “Pembaharuan Islam di Indonesia: Pandangan dari Luar” itu dibuka dengan sambutan Luthfi Assyaukanie, aktivis Jaringan Islam Liberal (JIL) dan pemotongan tumpeng oleh ketua Yyasan Kajian Islam Utan Kayu, Saiful Mujani.

Tema besar tentang pembaruan Islam itu diturunkan dalam diskusi serial selama tiga hari. Pada hari pertama, diskusi berlangsung dengan tema “Pembaruan Islam di Indonesia: Pandangan Akademisi LSM”. Hari kedua tema yang dibedah adalah “Pembaruan Islam di Indonesia: Pandangan Media”. Sementara hari ketiga tema yang diangkat adalah “Pembaruan Islam di Indonesia: Pandangan Non Muslim”.

Alasan mengangkat tema tentang pembaruan Islam dari pandangan kalangan luar Islam ini, menurut Luthfi, karena nasib pembaruan Islam di Indonesia bukan saja ditentukan oleh umat Islam sendiri, tapi juga oleh orang di luar Islam. Selama ini orang memahami bahwa masalah yang menyangkut Islam hanyalah milik orang Islam sendiri, dan orang lain yang merasa bukan muslim atau bukan pemerhati Islam tidak merasa berkepentingan untuk angkat bicara. Akibatnya, ketika terjadi kasus-kasus kekerasan yang berbau agama, seperti kasus Ahmadiyah, mereka terkesan diam saja. Sikap diam ini memang bisa dimaklumi. Karena kelompok muslim tertentu yang memahami masalah agama sebagai masalah teologis semata, seringkali menolak campur tangan orang-orang di luar agama. Sehingga mereka yang merasa tidak bergerak di lingkaran agama menjadi emoh untuk ikut lantang dalam menyuarakan agama.

Sebaliknya, menurut doktor dari Australia ini, nasib pembaruan agama di Indonesia membutuhkan dukungan dari semua pihak. “Tanpa adanya dukungan yang maksimal, pembaharuan Islam di Indonesia akan berjalan tertatih-tatih”, tandas Luthfi. “Sementara macetnya pembaruan agama bukan saja mengancam kehidupan umat beragama, tapi juga kehidupan negara secara global”. “Ini yang sekarang kita saksikan”, tegasnya lebih lanjut. “Dengan mengangkat tema ini kita berharap kalangan LSM, media, atau non muslim yang selama ini kurang memperhatikan isu-isu pembaruan agama, bisa lebih aktif mendukung kita.”

Perjalanan Jaringan Islam Liberal selam lima tahun ini banyak diwarnai gelombang protes dan penolakan. Pertengahan 2005 lalu berkali-kali Front Pembela Islam (FPI) mengancam akan menyerang markas JIL. Mereka juga bergerak untuk memengaruhi warga sekitar Utan Kayu untuk mengusir dan menolak keberadaan JIL di Utan Kayu. Namun demikian serangan, ancaman dan kecaman itu tidak mengurangi dukungan atas keberadaan JIL.

Dawam Raharjo, pendiri LSAF (Lembaga Studi Agama dan Filsafat), dalam wawancaranya dengan JIL, mendukung terus keberadaan JIL ke depan. Menurutnya, gerakan JIL merupakan kristalisasi ide-ide pembaruan Islam yang sudah disuarakan oleh Cak Nur dan Gus Dur. “Oleh karenanya gerakan JIL tampak semakin tegas dan vulgar.” Dengan demikian gerakan semacam ini memudahkan orang untuk menolak, mengancam, atau menyesatkan. “Karena obyeknya semakin jelas”, tegas Dawam. Namun menurut mantan pengurus PP Muhamadiyah ini, JIL ke depan tidak perlu pesimis. 

Nada yang sama juga diungkapkan oleh Abd Moqsith Ghazali, peneliti Repro (Religious Reform Project). Menurut kandidat doktor UIN Jakarta ini, keberadaan JIL ke depan semakin urgen dan sangat dibutuhkan oleh masyarakat. Ungkapan itu didasarkan pada kondisi keberagamaan bangsa yang semakin carut marut. “Kasus-kasus kekerasan berdasarkan agama yang terjadi akhir-akhir ini sudah sangat memprihatinkan”, keluh Moqsith. “Kasus penyerangan Jemaat Ahmadiyah, penutupan gereja, munculnya fatwa MUI yang kontroversial, munculnya RUU APP dan perda-perda syariat Islam adalah wajah dari keberagamaan masyarakat kita yang sangat memprihatinkan”, tambah Moqsith. “Ini menunjukkan arah keberagamaan masyarakat yang semakin mundur dan konservatif.” “Oleh karenanya tema tentang pembaruan agama semakin urgen adanya”. “Tanpa adanya keberanian untuk terus memperbarui penafsiran-penafsiran agama, maka agama akan terancam punah dan ditinggalkan umat”, ucapnya tegas.

Acara yang berlangsung selama tiga hari (22-24 Maret) itu juga memutar beberapa film ternama, seperti Martin Luther, Turtles can Fly, Paradise Now, dan lain-lain.[]

10/04/2006 | Diskusi | #

Komentar

Komentar Masuk (17)

(Tampil maks. 5 komentar terakhir, descending)

Menurut pendapat saya,JIL itu tidak identik dengan pemikiran Almarhum Cak Nur.Mungkin seperti Nahdliyin dengan Imam Syafi’i,gampangnya.

Posted by taufan  on  04/19  at  10:03 PM

Allah SWT menitipkan kepada kita(umat manusia)berupa 3 makhluk yaitu Syahwat, Qolbu, dan Aqal.... yang mana ketiganya harus berjalan sesuai dengan syariat-Nya, masing-masing manusia akan dimintai pertanggungjawabannya dihari akhir kelak…

...dan setelah saya mengikuti dan membaca artikel-artikel lewat website ini maka saya mengambil kesimpulan bahwa pendapat-pendapat yang dikemukakan oleh para aktivis JIL hanya bersandar kepada pendapat logika saja yang bisa saja bertentangan dengan Al-Qur’an dan Sunnah....

...perlu saudara ketahui bahwa Allah SWT menitipkan dan memberi kita INSTRUMEN yang sangat sempurna yang dapat memutuskan apakah pendapat tersebut sesuai dengan syariat atau tidak, karena saya melihat bahwa artikel-artikel yang ditulis seperti diatas tersebut telah keluar dari koridor ketauhidan yang murni dan hanya bersandar kepada pemahaman logika semata(logika berbeda dengan aqal)
Sekian-trimakasih

Posted by Gandhi Wibisono  on  10/21  at  11:03 AM

Saat saya kenal (melalui website), sekilas visi dan misi JIL, seolah-olah bertujuan menyelamatkan agama Tauhid Islam. Tapi setelah saya analisis lebih jauh, pemikirannya sangat bertolak dengan Islam dan Tauhid yang telah diajarkan oleh utusan-utusan Allah dari zaman nabi Adam AS hingga Muhammad SAW.

Menurut saya JIL hanyalah aliran pemikiran yang berlandaskan logika manusia yang sangat terbatas ini. JIL tidak mempertimbangkan hati nurani (fitrah) karunia Allah yang maha agung ini.

Wahai anggota JIL, coba renungkan lagi, sudah benarkah jalan yang Anda tempuh?

Renungkan pada malam-malam yang hening ketika kita selesai shalat lail (shalat malam). Jangan hanya mengikuti logika manusia yang sangat terbatas dan mudah digelincirkan oleh musuh-musuh Islam ini..

Ttd,

Wijaya.
-----

Posted by Wijaya  on  05/02  at  10:05 PM

Zum Geburtstag JARINGAN ISLAM LIBERAL! Selamat, anda sebagai Penggerak, Penggebrak, Penjegal (orang-orang Islam yang bermental abad pertengahan). Kalau bisa ada edisi bahasa Jerman dan Francisnya!!!

Danke schön

Posted by usep m hamzah  on  04/26  at  04:04 AM

Selamat ulang tahun untuk JIL, meskipun agak terlambat.

Saya berharap JIL dapat terus maju dan berkiprah lebih luas lagi, karena saat ini masih banyak masyarakat yang belum mengenal JIL (saya sendiri mengenal JIL pertama kali dari Jakarta Post,itupun tanpa alamat website, bukan dari Kompas atau media bahasa Indonesia lainnya!).

Memang hal ini cukup besar risikonya, karena masyarakat kita kini semakin fanatik dalam beragama sampai kehilangan rasionalitas dan sangat takut dicap anti Islam atau sekuler sehingga tidak berani bertindak terhadap Islam radikal yang terorganisir dan terus menerus mendapat publisitas dari media massa, serta media tidak berani menayangkan atau memuat tulisan tentang JIL atau pendapat JIL karena takut diamuk oleh masyarakat yang telah semakin konservatif. Hal ini sangatlah mengkhawatirkan. Oleh karena itu disini peranan JIL semakin penting, sebagai satu-satunya suara Islam yang masih rasional dan terbuka, untuk mencegah negara kita dikuasai dan didominasi oleh Islam radikal.

Selamat untuk JIL, maju terus apapun yang terjadi!  Ingatlah bahwa JIL adalah suara mayoritas Islam di negeri ini yang tidak memiliki organisasi seperti kaum radikal.

Posted by Rati C. Foda  on  04/25  at  09:04 AM

comments powered by Disqus


Arsip Jaringan Islam Liberal ini dipersembahkan oleh Ahmad Abdul Haq