Kenapa Kajian Islam Mandeg? - Komentar - JIL Edisi Indonesia
Halaman Muka
Up

 

Editorial
30/05/2006

Kenapa Kajian Islam Mandeg?

Oleh Ulil Abshar-Abdalla

Kesan saya, kajian Islam di perguruan tinggi kita mandeg. Akibatnya, yang terjadi hanya repetisi dan daur ulang yang membosankan. Salah satu pendekatan kreatif atas warisan intelektual Islam klasik dipertunjukkan filsuf dan pemikir Maroko, Dr. Muhammad ‘Abid al-Jabiri. Tetralogi “Kritik Akal Arab"-nya (Naqd al-‘Aql al-‘Arabi), merupakan salah satu monumen kajian yang akan dikenang sepanjang masa.

30/05/2006 01:26 #

« Kembali ke Artikel

Komentar

Komentar Masuk (19)

(Tampil semua komentar, ascending. 20 komentar per halaman)

Halaman 1 dari 1 halaman

kemajuan kajian dalam islam saya rasa masih sangat jauh untuk tercapai. tetapi pengembangan cara pandang/paradigma seperti yang dimiliki oleh JIL sudah merupakan sinyal akan tumbuhnya semangat tersebut.

barangkali dalam dunia islam harus juga mengalami “revolusi” internal sebagaimana terjadi dalam ke-kristenan. dimana akibat pemahaman yang sangat exclusive (dan otoriter dalam menafsirkan ajaran kristus) dari otoritas gereja roma kala lampau sehingga munculnya gerakan reformasi dan munculnya (lembaga) gereja2 yang terpisah dari ke-katolikan (tapi tetap kristen dan tetap mengaku ke tuhanan yesus) dengan begitu banyak perbedaan tafsirnya masing2.

jika di anggap gereja katolik roma tetap sebagai tubuh utama ke kristenan, maka akibat “revolusi” tersebut telah menghasilkan “gereja katolik yang baru” seperti sekarang kurang lebih: lebih arif,lebih matang,lebih membumi (sesuai ajarannya menjadi “gereja pribumi-artinya membumi sesuai tempatnya masing-masing). sedangkan gereja2 “protestan” yang dulu melakukan reformasi malah lebih terkesan “kuno” tidak bisa mengikuti jaman. namun perbedaan penafsiran yang berbeda2 antara katolik dan kristen yang lain (bahkan banyak sekali yang sangat prinsipil/akidah) masih dapat dijembatani dengan semangat eukumene.

akankah dunia islam mau/akan mengalami hal ini? jika tidak, tidak akan pernah ada yang berubah dari cara hidup dan memandang dunia ini.

salam

#1. Dikirim oleh suyana  pada  31/05   02:06 AM

Salut untuk saudara Ulil yang hampir dalam tiap tulisannya konsisten untuk mengajak para pembaca (terutama mungkin umat Islam) untuk terus menerus melakukan kajian terhadap Islam yang sama-sama kita yakini sebagai ajaran yang selalui sesuai si setiap zaman dan tempat. Kesesuaian dan Kecocokan inilah yang harus selalu kita temukan agar terbukti bahwa Islam adalah Rahmat bagi semesta alam.

Harus saya akui bahwa saya masih awam dengan berbagai kajian yang mendalam atas berbagai cabang ilmu dalam Islam. Biarlah itu menjadi tugas yang mulia bagi para cendekiawan muslim. Saya akan dengan senang hati membaca dan mengikuti tiap kajian yang saya percaya akan semakin menambah dan mempertebal keimanan kepada Yang Maha Kuasa. Satu daya kreatifitas yang tinggi dari para cendekiawan muslim itu mutlak diperlukan untuk menambah gairah umat Islam menimba ajaran agamanya.

Meski demikian, ibarat menyurusi jalan yang panjang menuju satu tempat tertentu, kita memerlukan rambu-rambu yang akan membimbing kita agar tidak banyak mengambil jalan berliku (karena tidak efisien) atau bahkan akan tersesat. Hal yang sama juga diperlukan untuk segala jenis kajian terhadap ilmu-ilmu agama, agar yang muncul bukanlah pikiran-pikiran “liar” yang bukan saja membuat gerah para ulama, tapi juga akan sangat membingungkan sebagian besar muslim yang awam. Salah satu rambu itu misalnya adalah cara (kemasan) menyampaikan hasil-hasil kajian salah satu cendekiawan. Betapapun hebatnya pemikiran itu, jika disampaikan secara kurang bijak (misalnya dengan sengaja atau tidak mencoba mencari sensasi) akan membuat riak-riak dalam umat yang dalam banyak kesempatan, bukannya menguntungkan tapi malah merugikan.

Maka seiring dengan semangat untuk melakukan kajian terhadap Islam dengan daya kreatifitas yang tinggi, perlu dirumuskan juga rambu-rambu yang dapat membimbingnya. Saya percaya, sebagaimana dinamisnya kajian itu sendiri, rambu-rambu yang akan menyertai juga tak akan kalah dinamisnya.

Semoga bermanfaat. Wallahu A’lam

#2. Dikirim oleh Misbahul Huda  pada  31/05   08:06 PM

Si penulis jelas sekali mengalami pendangkalan Iman setelah bertahun mempelajari filsafat sekuler di manca negara. Apabila pembaca jeli, coba telusuri dengan jeli siapa yang memberangkatkan dan/atau membiayai penulis ke manca negara itu? Apa tujuan di balik itu? Asthghfirullah.... Ingatlah saudaraku para pembaca yang insya Allah lebih kritis, syaitan memang punya sejuta bahkan semilyar tipu daya untuk memecah belah bahkan menghancurkan agama Allah dan melalui cecurut-2nya semacam inilah syaitan menyebarkan virusnya,

Naudubillahimindzalik Wallahualambishowab..

#3. Dikirim oleh dodo  pada  01/06   01:06 AM

Pemikiran kang Ulil dengan konsistensinya saya yakin banyak yang mengamini. Melihat gejala kemandegan pemikiran di perguruan tinggi menjadi tanda adanya proses keruwetan di sana. Iklim berpikir tentang keislaman rupanya tidak seajeg di wilayah lain. Apalagi sampai turun hujan. jangan harap deh. Paling tidak untuk mengembangkannya memerlukan support pemerintah dalam hal ini memberi ruang gerak yang luas, jangan mengikuti gaya para eksekutor pemikiran. Atau memang pemikiran Islam mandek karena berpikir itu pekerjaan yang sangat mahal harganya. Selamat berpkir kang Ulil semoga ada kejutan lagi seperti dulu di Kompas.

#4. Dikirim oleh ibnu zainudin  pada  02/06   09:06 AM

Saya baru beberapa hari ini mengetahui tentang website JIL ini, dan sejak pertama kali saya baca artikel2x di web ini, saya langsung jatuh hati, karena ulasan2xnya bagi saya sangat demokratis.

Saya rasa apa yang ingin disampaikan oleh saudara2x di web ini hanyalah ingin membuka wawasan berpikir kita semua, khususnya saudara2x muslim. so, buat Mas Dodo, saya rasa pemikiran2x yang disampaikan oleh mereka yang tergabung dalam JIL ini bukanlah sebagai akibat pendangkalan iman, tetapi ingin mengajak kita untuk mengkritisi keimanan kita. MENGKRITISI KEIMANAN KITA TIDAK BERARTI KITA MURTAD ATAU SESAT. Tinggal bagaimana saja kita menyikapinya secara logis.

So, buat JIL, maju terus, semoga pemikiran2x anda semua yang dilandasi niat yang tulus untuk membawa Islam pada suatu kematangan iman, dapat berjalan dengan baik dan lancar. Orang2x seperti andalah yang diperlukan bangsa ini untuk melindungi kaum minoritas dan bersama-sama membangun bangsa ini, menjadi suatu bangsa yang besar karena kemajemukannya.

#5. Dikirim oleh Ingrid Djuang  pada  03/06   04:06 PM

Bang Ulil teruskan perjuanganmu, saya merasa orang Islam Hina yg mungkin tidak mau dan tidak mampu mencari Ilmu ke Islaman spt Bang Ulil yg konsisten dan konsekwen sampai saat ini, tapi saya Bangga Bung dgn anda, selama anda JUJUR.Jangan ikuti dan jangan Gubris model pendapat spt saudara Dodo yg hanya bisa Curiga,negative thinking dan sepertinya dia/kelompoknya yg paling benar sendiri.Islam tidak akan maju kalau mengikuti alur dan pola seperti itu.Salam (Jujurlah pada komitmen dan Komitmenlah pada kejujuran).

#6. Dikirim oleh Danang Sutawijaya  pada  03/06   06:07 PM

Bung Ulil, yang mandeg bukan hanya kajian keislaman. Sampeyan juga mandeg. Tidak ada lagi ide-ide baru yang heboh. Bung juga terkesan cuma merepetisi. Ah, bung saya bosan dengan segala macam omongan para ustad termasuk sampeyan yang sok mau jadi pembaru.

#7. Dikirim oleh Bayan Sentanu  pada  04/06   08:06 AM

Hari-hari yang kita lewati terasa sangat membosankan. Saya pribadi merasa agama ini terasa hambar jika yang kita tahu hanya hadist-hadist yang ortodok yang dihasilkan dari kyai ortodok pula, yang hanya merasa Islam itu terbaik dan agama lain salah. Teknologi terus berkembang oleh sebab itu tidak mungkin terjemahan ayat Allah pada zaman lampau disamakan dengan saat ini. Bahkan Allah menyuruh kita mencari ilmu yang tertanam di dalam bumi kita.

#8. Dikirim oleh fajar nurrohmanu hidayat  pada  05/06   12:06 AM

Satu sisi, ide seperti yang disampaikan Bang Ulil layak untuk terus dikembangkan. Dengan demikian, Islam sebagai rahmatan lil’alamin akan terus memiliki nilai secara kontekstual. Namun, di sisi lain, pemikiran Bang Ulil belum menyentuh substansi yang menjadi akar permasalahan. Setidak-tidaknya pintu awal telah dibuka bang Ulil. Masih perlu proses dan tantangan untuk lebih mengembangkan keislaman secara kontekstual.

#9. Dikirim oleh eka budi k  pada  05/06   04:07 AM

Banyak sekali dari umat muslim yang benar2 pintar dalam hidup dan kehidupan beragama, hanya 1% yang berani ngomong bener dan menindaklanjutinya dalam hidup dan kehidupan di negeri ini, sedang 99% pada takut dianggap kafir, murtad dsb. Umat muslim butuh penyegaran dengan sebuah pola pikir yang baru, yang demokratis dan liberal tanpa harus keluar dari semua aturan dan ajaran Islam, siapa yang memulai? Ya kaum intelektual Muslim di Indonesia, mereka harus lebih berani menyampaikannya di mimbar2 masjid, majalah2 Islam dsb. Banyak saudara2 kita yang sudah miris dan jengah oleh tindakan kaum fundamentalis Islam. Mereka menyampaikan faham2 yang keras kepada umat muslim yang telah sampai pada titik nadir dalam menghadapi keseharian, sehingga sebentar saja sudah banyak pengikutnya. Tapi saya yakin wajah Islam akan segera berubah. Dengan banyaknya kajian2 yang bermutu, forum terbuka dan turunnya kaum intelektual Islam yang berpandangan liberal (bila perlu dari pintu ke pintu) maka wajah Islam yang santun, indah dan damai akan segera muncul....

Wassalam

#10. Dikirim oleh Myerka santi  pada  05/06   04:07 AM

Sebagai GENERASI MUDA, kesan saya terhadap perkembangan gerakan-pemikiran Islam di perguruan tinggi, ada yang maju-liberal-progresif, ini diwakili lembaga pers-forum diskusi mahasiswa. Tapi juga ada yang mundur-konservatif-fundamentalis, ini diwakili lembaga dakwah kampus. Begitupula pada gerakan mahasiswa ekstra kampus, ada yang progresif juga ada yang simbolis, cuma mereka lebih “terbungkus politik”.

Ada kemajuan di kampus berbasis Islam seperti UIN, IAIN atau STAIN, disana muncul kelompok mahasiswa-generasi muda Islam yang kritis, ini bisa dilihat dari karya-karya mereka seperti buletin, majalah, jurnal, koran kampus bahkan buku yang berkualitas. Mereka memang aktif di lembaga pers dan forum diskusi. Di IAIN Walisongo Semarang misalnya, mahasiswa Syari’ah sudah berprestasi memproduk jurnal mahasiswa (JUSTISIA) terbaik kedua tingkat nasional (Depag). Sedangkan mahasiswa Tarbiyah dengan jurnal EDUKASI malah mencapai peringkat pertama ; hebat bukan? Tak hanya itu, karya-karya mahasiswa-aktivis di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta maupun di IAIN Sunan Kalijaga Yogyakarta ; juga luar biasa. Alumni di perguruan tinggi tersebut juga hebat-hebat, seperti Abdul Moqsith Ghazali (UIN Jakarta), Hatim Ghazali (IAIN Yogya), Sumanto Al-Qurtubi (IAIN Walisongo) dan lain-lainnya. Dosen di kampus tersebut juga top banget (lihat buku-buku mereka), sebut saja Siti Musdah Mulia (UIN Jakarta), Amin Abdullah (IAIN Yogya), Abu Hapsin (IAIN Semarang) dan seterusnya.

Lain halnya, di kampus berbasis umum, justru cukup marak dengan gerakan lembaga dakwah kampus yang mengusung konservatisme-simbolisme agama. Jaringan mereka tidak bisa diremehkan. Sistem dan alur pengkaderan mereka cukup disiplin, sehingga tak usah heran aktivis seperti mereka memiliki militansi yang tinggi.

Namun, sejak mencuatnya JIL cs diblantika pemikiran-gerakan Islam, kondisi-fakta pencerahan di kampus umum pun mulai bangkit kembali atau muncul baru gerakan dan forum diskusi mahasiswa yang progresif-kritis. Khusus generasi kritis ini, mesti berjuang dengan gigih untuk memperkuat-memperluas jaringan gerakan. Saya usul bisa dibentuk wadah nasional GERAKAN INTRA KAMPUS sebagai wadah aktivis kritis, ya semacam Jaringan Mahasiswa Islam Liberal (JMIL), tentu melalui kongres tingkat nasional. Hal ini penting, selain sebagai MOMENTUM juga dalam rangka menggerakkan pembaruan pemikiran-gerakan Islam yang lebih sistematis-kritis, kuat dan berbobot. Melalui wadah ini, diharapkan muncul tokoh-tokoh dan karya-karya yang mencerahkan.

Di dunia pesantren, saya melihat KH Husein Muhammad (Cirebon) yang telah melakukan rekonstruksi jender melalui beberapa buku-bukunya. Untuk merubah pemikiran-gerakan pesantren memang harus dimulai dari pimpinan atau kyai yang bersangkutan. Untuk itu saya berharap kepada kyai-kyai untuk melakukan transformasi pembaruan Islam kepada generasi muda santrinya. Jadi diera global ini, seluruh pesantren mesti di modernisasi-liberalisasi agar mampu berperan secara luas dan tangguh.

Di pesantren itulah diharapkan bisa muncul tokoh-tokoh semacam Gus Dur, Gus Mus dan lain-lainnya, termasuk Ulil Abshar-Abdalla yang berkolaborasi dengan “dunia barat” (global). Semoga kedepan akan ada tokoh-tokoh muda Islam Liberal-Progresif yang mampu mencerahkan-menyedot perhatian masyarakat secara luas. Umat kini dan masa depan tidak cukup dengan kehadiran semacam Aa Gym, Arifin Ilham dan lainnya. Umat kini dan masa depan juga tidak “puas” dengan media-media majalah konservatif (Sabili-Hidayatullah) namun sangat membutuhkan majalah progresif semacam SYIR’AH. Khotib Progresif juga dibutuhkan diera kini dan masa depan.

“GENERASI MUDA KINI DAN MASA DEPAN: GENERASI PROGRESIF-LIBERAL”

#11. Dikirim oleh Sarwanto  pada  05/06   05:06 AM

Saya setuju dengan Sdr Sarwanto dari Bangetayu Kulon Genuk, Semarang. Coba JIL melakukan langkah lebih nyata dengan menciptakan atau menggalang khotib-khotib progresif sebanyak mungkin untuk menyebarkan kesejukan dan hasrat untuk maju, bukan kemarahan dan emosi yang tak terkendali seperti yang banyak dilakukan khotib saat ini.

#12. Dikirim oleh Ruddy Nurcahya S  pada  06/06   06:07 PM

bung ulil..gw kayanya sepakat dengan bayan, coba sampeyan keluarin suatu kajian yang keren dan menghebohkan,ntar pasti deh banyak tanggapan and kemudian diskursus tersebut bisa jadi bahan kajian yang menari kan?? hehehehe

#13. Dikirim oleh rynal may f  pada  06/06   08:07 PM

Tulisan yang dibuat kang Ulil cukup luar biasa bagus dan menyentil kita semua yang merasa diri Islam, setengah Islam, hampir-hampir Islam, ngaku Islam (kayak saya nih..), ataupun pura2 Islam. Tanggapan pun cukup bagus, terutama dari mereka yang sepaham dengan apa yang ditulis kang Ulil.  Hanya saya masih menunggu tanggapan yang bagus (bukan sekedar mencerca) dari mereka yang tidak sepaham dengan pemikiran kang Ulil. Saya Pribadi berpendapat (benar-benar pendapat pribadi lho) bahwa para pengkaji Islam tidaklah mandeg. Saya bisa melihat ada pembaharuan (minimal modifikasi) dalam pemahaman Islam di setiap lini. 1. Di lini ekonomi ada Syafii Antonio Cs 2. Di lini bisnis praktis ada Aa Gym Cs 3. Di lini akademis ada beberapa dosen muda yang cemerlang 4. Di lini hobbyist dzikrullah ada Arifin Ilham 5. Di lini pemikiran progressif ada Kang Ulil, walau banyak pemkiran beliau yang tidak sepaham dengan saya ataupun yang tidak saya pahami. 6. Di lini pemikiran konservatif ada banyak........ 7. Di lini fashion dan seni ada 8. Di lini lain ada Jamaah Muslim Humoris Indonesia. Ini baru mau kita bentuk.  Mudah-mudahan dengan bantuan semua pihak termasuk J I L, kami bisa mengembangkan pribadi-pribadi Muslim yang tidak doyan menghujat orang, tetapi senang mentertawakan diri sendiri dan membuat orang lain tersenyum.  9. Masih banyak tuh, cuman saya capek..

#14. Dikirim oleh Rizki Budiman  pada  06/06   10:07 PM

Assalammu’alaika warahmatullahiwabarakaatuh Luar biasa, artikel bu Ulil ini sangat mencerahkan jiwa kesetanan saya untuk berpikir menyesatkan pada setiap manusia. Semoga orang-orang seperti de Ulil ini segera dimusnahkan oleh Allah SWT. Amin!!!!

#15. Dikirim oleh Ujang Absar Abdalla  pada  08/06   12:07 AM

salam mas, saya ucapkan terima kasih, karena justru akibat dari konsep2 pemikiran anda di dalam artikel2 yg anda tulis para intelektual Islam terbangun dari tidur panjang untuk kembali mengkaji Islam sebagai counter dari sepak terjang anda dan JIL cs, sekali lagi terima kasih!!

#16. Dikirim oleh dimas dimasukin  pada  08/06   11:07 PM

Pendapat Bang Ulil sebenarnya tidak baru sama sekali, hanya kurang disuarakan. Syukurlah Bang Ulil kali ini mengatakan dengan lugas di kolom ini. Dulu peradaban Islam pernah jaya bahkan sampai ke ranah Eropa. Spanyol pernah dikuasai Islam selama berabad-abad sampai akhirnya orang-orang Muslim malas melanjutkan peradaban mereka ke Barat. Barat di anggap remeh, dipandang sebelah mata. Sekarang terjadi kebalikannya. Barat lebih maju. Nah kalau belajar dari pengalaman itu sebaiknya Islam intrsopeksi diri “ada apa gerangan?” bukan mencari “kambing hitam” di luar Islam tapi pengkajian ke dalam. Pendapat Bang Ulil dalam hal ini patut ditindaklanjuti sebagai usaha menjembatani “modernitas” dengan ajaran Islam. Tanpanya agama jadi fosil yang cocok untuk para arkeolog saja. Keep going Bang Ulil!

#17. Dikirim oleh Retharsis  pada  12/06   07:06 PM

Sudah semestinya JIL tidak berpura-pura sebagai agent of change dan menjastifikasi kelompoknya sebagai the religion reformer of Islam. Apa esensi kalian membentuk JIL? kreatifitaskah, studi kritis agamakah, ataukah kebosanan thd ajaran Muhammad SAW? bahkan kalaupun ketiganya kalian pilih maka jelaslah kehancuran diri kalian disebabkan karena kebodohan yang kalian ciptakan sendiri.

Ulil dengan bangganya mempertontonkan kepiawaian dia sebagai tokoh JIL, itu sah-sah saja menurut dia dan orang-orang JIL karena disini berlaku hukum konvensional. Sangat ironis dan kerdil sekali pemikiran kalian, JIL. Apa yang kalian inginkan dari sebuah kajian agama? Progresifitas umat Islam dalam memeperkaya khazanah ilmunya agar sesuai dengan konstelasi zaman? atau sepertinya justru kalian berusaha ingin menciptakan agama baru dengan kemasan kebebasan berpendapat! Pendapat yang bagaimana yang kalian bela! Pendapat kelompok sekuler, orientalis? Jika kalian melihat umat Islam sekarang getol memperjuangkan syariat Islam, kalian kepanasan dan berontak. Seharusnyalah kalian satu pendapat. Masalah diterapkan bagaimananya umat Islam dibawah ulama yang kompeten yang akan merumuskannya. Kenapa kalian malah takut dan bahkan lebih menakutkan dari orang-orang nasrani dan yahudi. Islam itu rahmatanlil alamin, sudah selayaknya juga memberikan toleransi terhadap umat lain. Artinya disaat Syariat Islam tegak, kelompok non muslim dipersilahkan berhukum kepada hukum buatan mereka (kafir). Toh batasan kita dan mereka jelas! Tidak ada campur tangan kita dalam urusan mereka, demikian pula tidak boleh ada campur tangan mereka dalam urusan kita.

Pelaku maksiat negeri ini juga sebagian besar adalah umat Islam, lalu apa perangkat hukum yang kita miliki untuk mengembalikan mereka ke jalan Allah kalau bukan hukum Islam. Itu tugas kita bukan malah mengobok-obok kampus, mahasiswa untuk mengintil ekor-ekor kalian. Apa gunanya selogan yang kalian gembar-gemborkan sebagai basis peubahan islam modern sementara hati kalian buta terhadap saudara kalian sendiri yang salah langkah. Jika kalian ingin berdakwah, maka berdakwahlah dengan dakwah yang diajarkan Nabi SAW kepada kita. Lihat surat An-Nahl 125 dan seterusnya. Ciptakan manusia Islam cerdas yang berahlaq Qur’an .Ini kan tujuan Islam. Buat apa kalian cerdas, bergelar, oratif, kreatif, kritis kalau target kalian salah. Nol besar, dan Islam tidak membutuhkan generasi seperti itu!

Yang jadi justru sebaliknya kalian JIL, lebih mementingkan kelompok bahkan terkesan adanya pesan sponsor untuk menggolkan “jualan” mereka. Kalian banyak menciptakan bid’ah-bid’ah dalam agama, apakah amaliyahnya atau i’tiqadiyahnya. Tapi kalian justru mereasa inilah prestasi kalian dalam mengkritisi islam. Kesia-sian kalian hanya bisa diatasi dengan bertaubat. Kemudian statement Ulil yang selalu repetitif juga yang sering saya baca masalah penghakiman thd pendapat, “kenapa harus bertaubat karena beda pendapat?” yang selalu dia pertanyakan, maka saya jawab apakah harus saya jelaskan lagi letak kebobrokan pendapat tsb? Bukankah anda adalah mahluk yang berfikir?

Apa yang menjadi landasan berfikir anda dalam masalah agama, baik hukum syariah, fiqh, aqidah dll? jika anda tahu maka jalankan dan anda tidak akan tersesat seperti sekarang ini.

Kesempurnaan Islam sudah ditegaskan dalam Al-Qur’an di surat Al-Maidah ayat 3, dan ini tidak akan pernah terbantahkan sampai akhir zaman! Dan ada suatu kaedah dalam menafsirkan ayat tersebut sesuai dengan tafsir Imam Malik bin Anas rahimahullah yaitu:

Pada hari ini telah Ku sempurnakan bagimu agamamu. Artinya menurut beliau, bahwa apa-apa yang bukan merupakan bagian dari agama pada hari itu (saat turunnya ayat tsb) maka tidak akan pernah pula menjadi bagian dari agama ini pada hari ini.

Maka berfikirlah dan timbanglah apa yang kalian kreasikan untuk agama ini!! ataukah kalian ingin menantang Rasulullah SAW dengan secara tidak langsung menuduh beliau kurang sempurna dalam membawa risalah ini!

#18. Dikirim oleh Abu Fatih  pada  14/06   09:07 PM

Saya sangat sayangkan kekerdilan anda semua di JIL, yang tidak jujur dengan ucapannya sendiri. Terlalu berpihak, tidak memberikan kebebasan secara proporsional. Komentar yang saya sampaikan itu hanya secuil pengetahuan saya saja. Ternyata anda sudah berkeringat, malu untuk dipublikasikan, lalu bagaimana seandainya kalian dihadapkan dihari penghisaban nanti dengan setumpuk maksiat kepada Allah dan Rasul? Maling teriak maling, sepertinya pantes slogan ini dinisbatkan kepada kalian. Jargon kalian atas nama kebebasan itu sudah busuk harus segera dikubur atau perlu dikubur.Kebenaran tetap kebenaran dan tidak akan pernah bias jika dicerna oleh orang yang berakal sehat. Sebaliknya keburukan tidak akan pernah berubah jadi kebaikan, sekalipun kalian semua menghendakinya!

What make u fear is not simply a fear, but what u think it’s fair will be a truly fear upon your death! Just reminder
-----

#19. Dikirim oleh Abu Fatih  pada  15/06   12:07 AM
Halaman 1 dari 1 halaman

comments powered by Disqus


Arsip Jaringan Islam Liberal ini dipersembahkan oleh Ahmad Abdul Haq