Masih Tentang Ahmadiyah - Komentar - JIL Edisi Indonesia
Halaman Muka
Up

 

Editorial
09/05/2006

Masih Tentang Ahmadiyah

Oleh Ulil Abshar-Abdalla

Setelah Menag meminta Ahmadiyah membentuk agama baru, sekarang Sekjen Depag, Faisal Ismail, membela pernyataan itu, bahkan terkesan “mengancam”. Departemen Agama, sekali lagi, amat mengecewakan. Dalam pernyataannya yang diceritakan kembali Detik.com, disebutkan, “Karenanya, Faisal khawatir dengan kelompok Ahmadiyah yang menolak membentuk agama baru. Sebab kekerasan dapat saja terjadi di kemudian hari”.

09/05/2006 01:03 #

« Kembali ke Artikel

Komentar

Komentar Masuk (59)

(Tampil semua komentar, ascending. 20 komentar per halaman)

Halaman 1 dari 3 halaman 1 2 3 >

Bung Ulil,

Disinilah kekhawatiran kita bersama - bahwa integritas NKRI yg berdasar PAncasila sedang diobrak abrik dgn logika2 ala Wahabi. Dan dari sinilah saya katakan bahwa sedang dipersiapkan dan diperjuangkan sebuah “kudeta merangkak” oleh kleompok2 ekstrem kanan ini utk mengganti ideologi negara Pancasila, atau kalaupun Pancasila nya tidak diganti, tp Pancasila nya “dikerudungi”. Apa bedanya ya? Lha Wong Islam kok dibawa dgn asma yg penuh dgn dengki, dendam, kekerasan, pemaksaan, dsb. Mana sisi Islam yg cinta damai itu?

Saudara2 sebangsa, sekali lagi WASPADAI “KUDETA MERANGKAK” KELOMPOK EKSTREM KANAN.

#1. Dikirim oleh Johan  pada  09/05   03:05 AM

Tenang saja, saya yang setuju Ahmadiyah membentuk agama baru akan menghormati perbedaan itu, asal jangan menyama-nyamai, padahal pondasinya jelas berbeda. Dia mengakui Nabi Mirzha, nanti banyak lagi nabi-nabi susulan, mungkin nabi ulil, nabi Bush, nabi lang juga ape, dan sejuta nabi-nabi lainnya, kalo semua bernama islam wah reprot dec gue.

Saya jamin, saya gak bakalan usil kalo ahmadiyah jd agama tersendiri. Bahkan JIL pun jadi agama sendiri, aku setujuuu sejuta persen. Saya akan akui itu, biar anak-anak ku dengan mudah mengerti, gak kaya sekarang, pusingnya minta ampun. biarlah yang hitam itu hitam, yang putih itu putih yang ijopun itu ijo. kan enak standarnya jelas. oke bung ulil.

#2. Dikirim oleh Klana Cinta  pada  09/05   07:06 AM

Saya sangat setuju kalau Ahmadiyah, JIL, dan semua yang berbau islam liberal hijrah keluar negri, terutama ke Amrika. Coba kalian berkembanglah disana seperti Bang ULIL bilang, nah biarlah kami disini yang mayoritas menjadikan Islam lebih solid dan fundamentalis supaya negri ini lebih kuat, seperti AMERIKA saat ini. Nah tugas kalian di Amerika sebarkanlah Islam yang liberal di sana, supaya kelak Amerika mudah dihancurkan dan lenyap dari muka bumi ini, OKEH, titik dulu dech.

#3. Dikirim oleh joko santoso  pada  09/05   09:05 AM

Saya sependapat dengan Klana Cinta. Islam dengan Ahmadiyah itu berbeda dikarenakan NABI-NYA JELAS BERBEDA. Ahmadiyah bukan aliran dalam Islam seperti Kaum Suni di Irak yang bernabikan Muhammad SAW. Selama Aliran itu bernabikan Muhammad SAW dan ber-Tuhan-kan Allah SWT, mereka juga MUSLIM. Yang harus ditegaskan disini adalah Ahmadiyah sendiri yang TIDAK MENGHORMATI PERBEDAAN, TETAPI MENCOBA UNTUK MEMBELOKKAN ISLAM. Untuk Saudara JOHAN, coba Anda AMATI DENGAN CERDAS, BAHWA PANCASILA SENDIRI BERNAFASKAN ISLAM.

#4. Dikirim oleh Faisal  pada  09/05   06:05 PM

Kalau dalam alQuran sudah jelas disebutkan bahwa Nabi terakhir adalah Muhammad, sebagai penyempurna semua ajaran nabi sebelumnya, jadi tidak diperlukan lagi baik seseorang, lembaga, JIL, ataupun organisasi lainnya untuk membuat sesuatu ajaran/paham yang secara prinsip berbeda dengan yang diterangkan alQuran. Islam selalu berlandaskan alQuran. Dalam AlQuran sendiri Allah tidak pernah menyebut nama Mirza, Ulil, JIL, dan lain sebagainya, menunjukkan utusannya Muhammad SAW sudah lebih dari cukup untuk mengenalkan ajaran islam/alQuran, dan alQuran juga diturunkan kepada beliau, bukan kepada Mirza, Ulil, JIL, atau yang lainnya…

#5. Dikirim oleh razan  pada  09/05   07:05 PM

Assalamualaikum.

Sedih dan gelisah rasa hatiku ini. Semua jawaban sebenarnya semua ada di “dua belas dalil” ibu Nusantara sebagai jawaban. Yang anehnya, kok mereka masih saja menunjukan ketidakarifan dalam mengemukakan pendapatnya, dan ketidakbijakan dalam perbuatan. Mudah-mudahan Ulil dapat menyadarkan dengan ilmu yang didapatkan dari Perancis ini.

Wassalam. H. Bebey

#6. Dikirim oleh H. Bebey  pada  09/05   07:05 PM

Perlu kita ketahui bahwa masalah seperti ini, bukan yang pertama kalinya dalam sejarah ISLAM yang sudah hampir 1500 tahun itu (jika dihitung dari kenabian Muhammad..red.).Dari semenjak zaman khulafaur rosyidin pun tentu sudah ada perbedaan2 itu.Ada yang bersifat fiqih, khilafiah, dsb.Its, OK, ktapun mengenal bermacam2 mazab fiqih dalam Islam. Nah, tentunya yang paling repot kalo sudah menyentuh tauhid atau aqidah.Faktanya memang ada beberapa hal2 mendasar dalam Islam, termasuk keimanan umat Islam terhadap Kitab suci Al Qur’an dan kenabian Muhammad, sebagai khataman anbiya.

Kadang-kadang memang diperlukan sikap tegas dalm hal-hal yang fundamental seperti itu. Jika tidak ada upaya-upaya (menarik garis tegas)seperti itu sejak dulu,dan berkelanjutan, saya yakin ainul yakin, Umat yang hidup di abad ini (artinya, manusia yang hidup 1500 tahun setelah kenabian Muhammad!)akan mewarisi Islam (sebagai agama) yang sama sekali lain dengan yang diajarkan Muhammad him self!

Pertanyaanya, mungkinkah 200 tahun lagi, jika bumi ini masih ada, nabi umat Islam masih MUhammad? kitab suci Islam masih Al Qur’an? Saya tidak tahu jawabannya. Barangkali Mas Ulil tahu?

#7. Dikirim oleh Budi Santoso  pada  09/05   09:06 PM

Ahmadiyah itu harus mendeklarasikannya sebagai AGAMA BARU (DILUAR ISLAM) karena tidak mengakui nabi Muhammad SAW sebagai nabinya atau nabi terakhir dalam Islam. Seseorang yang telah mengucapkan 2 kalimat syahadat disebut Muslim dan diharamkan untuk mengkafirkan saudaranya, dikarenakan mereka mengucapkan 2 kalimat syahadat. Nabi di dalam dakwahnya sangat menjunjung tinggi perbedaan karena merupakan RAHMAT-NYA. “Umatku akan terpecah belah” (penggallan hadis Nabi SAW) dan Beliau tidak mengkafirkan umatnya selama umatnya MASIH KONSISTEN PADA 2 kalimat syahadat tersebut. Kaum Sunni bukanlah KAFIR dan MUSLIM tidak BOLEH mengKAFIRkan sesama Muslim selama MASIH KONSISTEN PADA 2 kalimat syahadat.

#8. Dikirim oleh Maryanto  pada  09/05   09:06 PM

Saya sepakat dengan Bung Johan, Tanjung Duren. Pengkerudungan Pancasila sedang berlangsung terus-menerus. Kudeta merangkak ekstrem kanan sedang berlangsung. Peristiwa ini mengingatkan kita akan proses keruntuhan Majapahit, yang tiba-tiba lenyap dan kita tahu-tahu ada kerajaan Mataram Islam. Waspadalah!!

#9. Dikirim oleh mohamad arif  pada  09/05   09:06 PM

Saya setuju dengan mas ulil, indonesia ini bukan lagi negara yang aman buat ahmadiah.katanya negara ita pancasila tapi ko mau di tafsirkan oleh penafsiran yang eklusif dan kampungan.jangan-jangan anda orang-orang salafi-wahabi yang kafir, apakah anda semua tidak memperhatikan al-quran, apakah anda semua tidak mengkaji alqur’an.Alqur’an jauh-jauh datang dari negri sebrang ehh malah di tafsirkan eklusif oleh anda, bukankah disana ada ungkapan tuhan “LAa tufsiduu filardi ba’da islaahiha” janganlah membuat kerusakan di seantero bumi setelah di adakan perbaikan.malahan anda semua merasa diri sok suci dengan mengkafirkan orang lain apalagi sampai membuat anarkis. terus terang saya jijik dan benci dengan pola pikir semacam itu.Walaupun saya pernah di pesatren salafi tapi pemikiran saya tidak se keril kalian kalian semua. kalian itu picik, urang wawasan, dianggapnya syurga dan tuhan milik anda sendiri wahai kaum salaf. perasaan ulil dan saya sama , saya bisa merasakan artikel yang beliau tulis,betapa besar beliau meluapkan kemarahan dan kekecewaannya terhadap MUI yang memiliki wajah penafsiran yang salafi dan wahabi.geram dan marah melihat ulah- ulah yang sok jadi manusia suci.Bukankah kebenaran itu relatif, kenapa harus mengklaim bahwa kebenaran adalah milik MUI dan antek-anteknya. coba anda jangan terklu banyak baca ayat -ayat qur’aniyah, coba anda hai orang-orang MUI banyak baca ayat -ayat kauniyah yang terbentang luas di alam raya. betapa tuhan mengajarkan pluralisme di alam ini, lihat kedasar lautan, ada beraneka ragam hewan laut. itu satu indikasi bahwa tuhan mengajarkan pluralisme dan keberagaman.

#10. Dikirim oleh Ida Wahyudi  pada  09/05   10:05 PM

Dalam acara Sumatera Barat Islamic book fair di Padang, diselenggarakan bedah buku Ada pemurtadan di IAIN dengan narasumber Hartono Ahmad Jahiz dengan statmen orang yang dianggap mutad adalah salah satunya membela aliran Ahmadiyah dan kayaknya pernyataan Hartono diaminkan oleh mainstream di Padang.

Hari berikutnya diadakan seminar sehari di Kantor Gubernur dengan tema “Membandung Liberalisme, Sekularisme dan Pluralisme” dengan pembicara dari MUI Pusat dan beberapa orang dari HTI dan MMI, lagi mereka menjelek-jelekan Ahmadiyah dan haramnya mereka di Indonesia, sekaligus haramnya “Genknya Mas Ulil”, kita cukup kerepotan, karena mereka menganggap Sumatera Barat dan Padang adalah lahan empuk untuk gagasan Salafi wahabiyah, bukankah gerakan paderi juga wahabiyah.

Persoalannya adalah dimana posisi kita, kita butuh gerakan balancing yang lebih rapi dan serius, kita harus turun bukan sekedar nongkrong di menara gading sambi menyayikan lagu pluralisme, HAM dan kebebasan berpendapat”

Demikian, salam Sudarto

#11. Dikirim oleh Sudarto  pada  09/05   10:05 PM

Ulil, loe mau orang hormati pendapat loe, tapi loe dan orang2 yang fasiq dan kufur, ngak bisa hormati orang. Jangan loe bolak balik logika orang lain dengan loe yang bermain filsafah macam loe.Bagi setiap orang islam yang beriman jelas bahwa Dasar islam jelas alqur`an dan hadist nabi Muhammdad saw. Untuk memahami alqura`an ada ahli alqur`an dan juga hadist. Mereka orang2 yang dengan iman dan ilmu membaca ketentuan2 yang telah ALLAH ajarkan dalam Al-quran dan hasist nabi muhammad. Bukannya macam ente2 pada, belajar filsafat yang lahir dari otak manusia yang kufur lalu mau menandingi ilmu ALLAH dan rasul.

#12. Dikirim oleh Brito  pada  09/05   10:06 PM

Salam damai, permisi numpang lewat…

Saya setuju dengan Bung Klana Cinta.  Sebaiknya Ahmadiyah membentuk agama baru saja.

Kalau ini terjadi pada masyarakat Nasrani, saya yakin mereka juga akan sangat menentang dan sangat tersinggung APABILA ada sekelompok aliran “Nasrani” yang menyatakan bahwa ada “Juruselamat” lain selain Yesus Kristus, sambil tetap mengaku sebagai orang Kristen.

Saya orang Kristen, jadi saya yakin banget tuh.  Pasti bakalan dijewer deh kalo ada aliran “Nasrani” yang bilang bahwa Juruselamatnya bernama Joni Kristus, dll.  Kalau memang masih mengaku orang Kristen, ya Yesus Kristus aja dong.  Tidak tahu kenapa, tapi ya memang sudah begitu keyakinannya.  Titik.  Iman kan tidak bisa dipertanyakan toh?  Lagipula lebih enak menyebut Tuhan Yesus daripada Tuhan Joni...just kidding, guys.

Begitu pula dengan yang beragama Budha.  Apa mereka mau mengakui ada yang lebih suci/hebat/berwibawa dari Siddharta Gautama??  Robert Gautama, mungkin?  Mana bisaaa??!

Dan sebagainya, dan seterusnya.

Jadi saya rasa pernyataan sebagian kalangan yang mendesak Ahmadiyah membentuk/menjadi agama lain (keluar dari Islam) BUKAN dikarenakan “logika ala Wahabi” seperti yg dikatakan Bung Johan.  Tetapi lebih dikarenakan dasar dan substansi dari agama Islam itu sendiri yg menyatakan bahwa Nabi Muhammad SAW adalah Nabi terakhir bagi umat Islam.  Nah, kalau Ahmadiyah memang masih mengaku Muslim, ya harus begitu dong.

Lain lagi soal “Kerajaan Tuhan"nya Lia Eden.  Terus terang saya tidak mengerti “kesalahannya” apa sebetulnya.  Kalau beliau memang merasa titisan Gabriel/Jibril, ya mau diapain?  Jangan2 digebukin sekalipun, dia akan keukeuh dgn keyakinannya.  Jadi kita nonton aja barangkali?  Kasian kan, kostumnya sudah lengkap begitu?

Rasanya wajar2 saja kalau setiap umat beragama (dan yang tidak beragama) selalu berusaha mem-proteksi dan men-support agama/keyakinannya masing-masing.  Karena sudah harga mati dan tidak bisa ditawar lagi, berhubung semua agama yang ada sudah exist ratusan bahkan ribuan tahun.

Saya pernah bilang ke orang2 China (ini yang China super asli, bukan peranakan seperti saya lho), begini: Komunisme itu salah karena Tuhan itu ada!  ...Lha mereka malah jawabnya gini: Terserah, tapi kami lebih tenang karena tidak pernah meributkan Tuhan yang mana yang paling benar!  Nah lho…

Jadi, kalau memang ada yang merasa mampu/cukup bijaksana untuk membentuk agama baru, silakan aja.  Asalkan tidak mengacaukan/mencampur-adukkan sistem2 keagamaan yang sudah ada dan sakral sekarang ini (Islam, Kristen, Katolik, Budha, Hindu, Konghucu, Animisme, Dinamisme, dll).

Nah, kalau nanti ada pengikutnya, ya biarkan.  Seaneh apapun ajarannya, pasti ada aja yang mengiyakan.  Pendeta yang nyuruh bunuh diri massal seperti y.l. aja ada yang ikut kok...Mungkin Pendeta itu benar, mungkin juga salah besar.  Yang jelas, bunuh diri itu amat menyeramkan.  Apakah benar perintah Tuhan itu begitu menakutkan?  Kalau iya, sori aja, saya nggak mau Tuhan yang kejam begitu.

Pada akhirnya, hanya agama yang penuh kasih sayang dan lemah lembutlah yang akan menyelamatkan dan mendamaikan manusia.  Sorga masih nanti, tapi Bumi ini sudah pasti.  Semoga damai di Bumi…

#13. Dikirim oleh Michael  pada  10/05   12:05 AM

Wah, terus terang saya semakin takut dengan keadaan di negara tercinta ini. Bagaimana tidak takut kalau kesepakatan kita membentuk satu negara yang berdasarkan PANCASILA dan menghargai keberagaman akan dijiwai oleh semangat penyeragaman berdasarkan satu pemikiran yang cukup (atau sangat, mungkin)memaksakan kehendak. Bukankah sebelum negara ini lahir pada tanggal 17 Agustus sudah diisi oleh orang-orang yang SUDAH BERAGAM KEYAKINAN (bukan hanya agama). Ketakutan yang lain adalah adanya kekuasaan yang sangat mutlak dipegang oleh satu atau beberapa orang terhadap lebih dari 200 juta orang yang SEBETULNYA punya hak yang sama dengan mereka.

Saya harus bertanya dalam hati ( karena tidak tahu harus bertanya kepada siapa) SIAPAKAH YANG HARUS BERTANGGUNG JAWAB terhadap kehancuran negeri ini kalau sebagian orang itu sudah wafat???? contoh lain dari kebingungan saya adalah : siapa yang harus bertanggung jawab (di dunia, bukan akhirat) kalau negeri ini rusak karena RUU anti pornografi dan pornoaksi disahkan?? Anggota komisi??

Yang paling menakutkan saya adalah SAYA TAKUT BERPIKIR!!!!, yang bisa saya pikir adalah PERGI dari INDONESIA!!!!!!!!! karena negara tidak bisa melindungi warganya!! Aduh......, takut nih!!!!

#14. Dikirim oleh Wahyu Widiyono  pada  10/05   01:05 AM

Gimana kalo Depag disuruh bikin agama baru, misalnya Neo-Islam yang me-legalkan penyamaan..?

#15. Dikirim oleh muhammad ruslailang  pada  10/05   01:06 AM

Mengapa tokoh agama kita yang muslim jadi begitu picik dan bodoh dalam menyikapi hidup ini. Mereka pikir agama dan keyakinan didunia ini hanyalah Islam versi mereka sendiri, sementara yang berpandangan lain dianggap kafir dan sesat. Saya yakin bahwa seandainya nabi muhammad masih hidup pun akan dianggap kafir dan sesat karena pandangan hidupnya yang berbeda dengan tokoh agama tersebut. Maju terus Bung Ulil, hidup Ahmadiyah. jayalah Ahmadiyah.

#16. Dikirim oleh sugeng harianto  pada  10/05   02:06 AM

Quote: Lha Wong Islam kok dibawa dgn asma yg penuh dgn dengki, dendam, kekerasan, pemaksaan, dsb. Mana sisi Islam yg cinta damai itu?

Apakah berusaha sekuat dan semampu mungkin untuk memeluk agama Islam sesuai dengan tuntunan yang disyariatkan oleh Rasulullah identik dengan dengki, dendam, kekerasan, pemaksaan,dsb? 

Apakah memperjuangkan syariat islam identik dengan dengki, dendam, kekerasan, pemaksaan,dsb?

#17. Dikirim oleh semul  pada  10/05   02:06 AM

Bung Ulil,

Semakin keliatan ketidak-jernihan anda dalam memandang sikap Menag. Anda justru menuduh kelompok lain dibelakang pelarangan terhadap Ahmadiyah. Anda semakin kehilangan logika sehat. Dan pada ujungnya terperangkap dalam gembar-gembor emosi membela Ahmadiyah. Padahal sudah sewajarnya, Ahmadiyah dilarang!

#18. Dikirim oleh sultan  pada  10/05   06:05 AM

Saya sangat setuju sekali dng bung Ulil,sebab pada gilirannya para WAHHABY lokal yang sekarang bertebaran di elit kekuasaan lagi marancang suatu system “ WAHHABY NATION” test case pertamanya adalah pemberangusan faham-faham diluar “SALAFI WAHHABY”,pertama Ahmadiyah kedua Syi’ah dst..Test kedua peluncuran UU APP, dimana pelan-pelan Indonesia diarahkan menjadi “NEO THALIBAN” yang WAHHABISM. Kalau ini berhasil skenario berikutnya segera disusulkan yaitu “PIAGAM JAKARTA”. Kemudian nama Indonesia berubah menjadi “ INDONESIA THALIBAN REPUBLIC” alias REPUBLIK THALIBAN INDONESIA. Presidentnya nanti adalah Hidayat Nur Wahid atau Sumargono dan Wapres-nya Din Syamsuddin, Imam besarnya MUHAMMAD BIN ABDUL WAHHAB DST…

Thanx Maryland, Usa

#19. Dikirim oleh Zen Aljufri  pada  10/05   10:06 AM

saya rasa penekanan tulisan mas ulil ini terletak pada bagian akhirnmya, yaitu mengenai salafi-wahabi. saya sependapat dengan mas ulil. saya juga melihat bahwa kini kelompok-kelompok salafi-wahabi sedang tumbuh dan gencar-gencarnya melakukan “kampanye” terhadap pemikiran Islam versi mereka. yang pada implementasinya lebih banyak mengkafirkan dan menuding kelompok lain sesat, tanpa ada hasarat untuk berdialog terlebih dahulu. kecenderungan seperti ini jelas berbahaya bagi kehidupan beragama di Indonesia, dimana kita tahu di indonesia ini banyak sekali terdapat agama dan aliran kerpercayaan yang tumbuh. namun kenyataan ini seakan ingin dinafikan oleh kelompok salafi-wahabi. ini jelas-jelas menentang firman Allah dalam surah Al-maaidah:48. dimana dalam surah tersebut ditegaskan bahwa segala macam kemajemukan dan perbedaan yang ada di dunia ini adalah kehendak Allah, maka dari itu adalah sebuah keniscayaan. apabila kita menolak hal ini, maka dengan sendirinya kita telah menempatkan diri vis a vis dengan Allah, laknat bagi kita semua ! saya tidak mengatakan bahwa paham salafi-wahabi itu salah, sesat, apalagi menyimpang. yang hendak saya sampaikan adalah bahwa paham ke Islaman versi salafi-wahabi tidaklah cocok untuk diterapkan di Indonesia. karena pada dasarnya corak ke Islaman Indonesia adalah Islam kultural, yang awalnya Islam dibawa ke bumi nusantara ini melalui para guru sufi yang berprofesi sebagai pedagang dari Gujarat dan Persia. inilah corak Islam Indonesia yang sejati, bukan salafi-wahabi. tidak bisa kita pungkiri bahwa paham salafi-wahabi cenderung mengedepankan kebencian terhadap kelompok yang tidak “sejenis” dengan mereka, yang pada akhirnya akan mengkotak-kotakkan umat Islam, yang berujung pada konflik horizontal. ini jelas kontra produktif bagi kita semua. Agama yang diturunkan Tuhan kemuka bumi ini dengan misi damai dan membebaskan, kini ditangan kelompok salafi-wahabi menjadi sesuatu yang menyeramkan, bengis, dan penuh kebencian. hal ini pulalah yang menimpa kawan-kawan kita di aliran Ahmadiyah. akibat propaganda kelompok salafi-wahabi itulah, kawan-kawan kita tersebut menjadi tertindas dan terenggut haknya dalam beribadah, dan saya prihatin akan hal tersebut.

#20. Dikirim oleh Rio Rizalino  pada  10/05   10:06 PM
Halaman 1 dari 3 halaman 1 2 3 >

comments powered by Disqus


Arsip Jaringan Islam Liberal ini dipersembahkan oleh Ahmad Abdul Haq