Partai Islam, antara Kepentingan dan Dakwah. - JIL Edisi Indonesia
Halaman Muka
Up

 

Gagasan
12/12/2003

Partai Islam, antara Kepentingan dan Dakwah.

Oleh Soplo

Agama sering dimanfaatkan serta digunakan untuk mendapatkan kepentingan-kepentingan duniawi. Dengan menyitir ayat-ayat alquran mereka menggembar-gemborkan bahwa kita harus mewaspadai “sekularisme”. Tapi siapa yang sebenarnya sekularis?

Partai Islam selalu mengatakan bahwa apa yang dilakukan serta menjadi programnya semuanya berdasarkan syariat Islam. Dan seolah-olah mereka yang paling mewakili kelompok Islam.

Disini kita melihat bahwasanya agama digunakan serta dimanfaatkan untuk memperoleh dukungan massa. Agama dibawa serta dijadikan kendaraan untuk menuju panggung kekuasaan, serta tidak segan-segan para juru kampanye menyitir ayat-ayat al-Quran yang bertujuan untuk kepentingan partai tersebut.

Kita tentu masih ingat di mana sebelum Megawati duduk menjadi presiden, kelompok partai yang berasaskan Islam berlomba-lomba menjegal Megawati untuk menjadi presiden. Dengan menggunakan isu bahwa perempuan haram untuk menjadi seorang pemimpin, dengan menyebutkan beberapa ayat-ayat alquran yang membicarakan masalah tersebut. Bahkan dalam berkampanye mereka tidak segan-segan mengatakan bahwa seseorang yang beragam Islam, tetapi tidak memilih partai Islam maka orang tersebut akan masuk neraka.

Tapi setelah kepentingan bermain dengan adanya bargaining politik yang dapat menguntungkan partai tersebut maka dengan sendirinya isu-isu tersebut pun menjadi hilang. Mereka balik membela serta mendukung dengan masih menggunakan ayat-ayat Alquran. Hal ini tentu bukan tanpa maksud, karena maksudnya adalah satu yaitu: kepentingan, kekuasaan dan golongan.

Hal ini terjadi khususnya di desa-desa, di mana masyarakat yang seharusnya mendapatkan pembelajaran dalam hal menghormati kelompok lain, serta pembelajaran dalam berdemokrasi justru malah diprovokasi oleh juru kampanye. Sehingga, apa yang terjadi konflik horisontal dengan menggunakan nama Tuhan serta agama. Hal ini tentu mencemarkan nama Islam yang sesungguhnya. Islam yang menjunjung tinggi demokrasi, Islam yang menghormati adanya perbedaan, berubah menjadi Islam yang menakutkan.

Di sini seharusnya Islam diletakkan dalam hati kita masing-masing. Kita tidak perlu mengaku Islam kalau perbuatan kita tidak menunjukkan keislaman, yang malah dapat mencemari serta menodai kesucian Islam itu sendiri. Islam itu kelakuan bukan pengakuan. Di sini jargon yang terkenal dari pak Nurcholis Majid bahwa beliau mengatakan “Islam Yes, Partai Islam No” patut dijadikan contoh, meskipun beberapa kalangan menganggap hal tersebut diucapkan dari seorang yang sekuler.
Wallahua’lam Bisshawaab.

12/12/2003 | Gagasan | #

Komentar

Komentar Masuk (51)

(Tampil maks. 5 komentar terakhir, descending)

Islam itu sangat luas, dalam fenomena seringkali kita jumpai penyalahgunaannya olehpun Partai Politik. Dasar partai politik ... ? Bersorban putih, tapi kalau di buka banyak kutunya. Kebersihan adalah bagian dari Iman. Amin. Islam itu adalah amanah dalam perbuatan bung. Berbuat donk… berbuat. Bukannya Omdo.

Posted by arifinkusnul  on  06/07  at  09:22 AM

islam bukan sekedar agama yang mengatur ibadah ritual semata namun islam adalah dinul syammil menggatur berbagai aspek peri kehidupan masyarakat tanpa terbatas ruang & waktu saya setuju kalau ada diantara umat/organisasi/partai yang kelihatannya memperjuangkan islam namun pada hakikatnya untuk kepentingan pribadi,golongan & partainya ini adalah sebuah fakta yang tidak bisa dibantah kesalahan ada pada person(SDM) bukan pada ajaran islamnya logika saya kalau genting rumah kita bocor apakah rumah kita akan kita hancurkan atau kita ganti genting yang rusak dengan yang baik. orang yang berakal sehat akan memilih alternatif kedua. islam harus teraplikan dalam segala aspek kehidupan kalau ada yang salah(person) kita ingatkan dengan bijaksana karena dakwah merangkul bukan memukul.

Posted by arif himawan  on  05/26  at  02:36 PM

Assalamu’alaikum wr. wb.
Saya jadi tertarik untuk ikut komentar:
1. Mengenai pluralisme, saya rujuk di
http://id.wikipedia.org/wiki/Pluralisme.
Kemudian saya hubungkan dengan ayat qur’an surat al hujurat ayat 13: “Hai manusia, sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang perempuan dan menjadikan kamu berbangsa - bangsa dan bersuku-suku supaya kamu saling kenal-mengenal. Sesungguhnya orang yang paling mulia diantara kamu disisi Allah ialah orang yang paling taqwa diantara kamu. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Maha Mengenal.”

Juga dalam surat al maaidah ayat 48: “......Untuk tiap-tiap umat diantara kamu, Kami berikan aturan dan jalan yang terang. Sekiranya Allah menghendaki, niscaya kamu dijadikan-Nya satu umat (saja), tetapi Allah hendak menguji kamu terhadap pemberian-Nya kepadamu, maka berlomba-lombalah berbuat kebajikan. Hanya kepada Allah-lah kembali kamu semuanya, lalu diberitahukan-Nya kepadamu apa yang telah kamu perselisihkan itu,”

Kesimpulan saya: Allah SWT menghendaki pluralisme alias kemajemukan, bukan satu umat saja. Karena hanya Allah SWT yang ahad. Tidak ada makhluk yang tunggal.

2. Kalau ada umat Islam yang bertengkar dan saling menjelekkan, mohon deh buka lagi al-qur’an surat al hujurat ayat 11: “Hai orang-orang yang beriman, janganlah sekumpulan orang laki-laki merendahkan kumpulan yang lain, boleh jadi yang ditertawakan itu lebih baik dari mereka. Dan jangan pula sekumpulan perempuan merendahkan kumpulan lainnya, boleh jadi yang direndahkan itu lebih baik. Dan janganlah suka mencela dirimu sendiri dan jangan memanggil dengan gelaran yang mengandung ejekan. Seburuk-buruk panggilan adalah (panggilan) yang buruk sesudah iman dan barangsiapa yang tidak bertobat, maka mereka itulah orang-orang yang zalim.”

surat al hujurat ayat 12: “Hai orang-orang yang beriman, jauhilah kebanyakan purba-sangka (kecurigaan), karena sebagian dari purba-sangka itu dosa. Dan janganlah mencari-cari keburukan orang dan janganlah menggunjingkan satu sama lain. Adakah seorang diantara kamu yang suka memakan daging saudaranya yang sudah mati? Maka tentulah kamu merasa jijik kepadanya. Dan bertakwalah kepada Allah. Sesungguhnya Allah Maha Penerima Taubat lagi Maha Penyayang.”

Saya meminta kepada kita semua untuk melihat maksud baik dari setiap usaha umat Islam, jangan memandang sisi buruknya. Saya suka JIL karena memberikan sebuah alternatif pemikiran terhadap tafsir-tafsir yang selama ini sebagian besar meliputi hukum/fiqih saja dan seolah-olah tafsir qur’an sudah mandeg, sudah final, tidak mampu lagi mengikuti perkembangan jaman. Kalaupun ada yang tidak sesuai dengan pendapat kita, utarakanlah dengan cara yang baik.

3. Mengenai menjadikan al-qur’an dan hadits sebagai AD/ART partai politik, saya punya pertanyaan: tafsir golongan mana yang akan dipakai? Sunni? Syi’ah? Mu’tazilah? Madzhab Hanafi? Maliki? Hambali? atau Syafei?
Jangan-jangan seperti yang terjadi di Palestina, setelah berhasil memperjuangkan negara Palestina, malah Hamas dan PLO bertengkar sendiri.

4. Jika sampai sekarang rakyat Indonesia sebagian besar belum mau menerima syariat Islam diterapkan dalam kehidupan berbangsa dan bernegara, berarti rakyat Indonesia memang bukan masyarakat Islam seperti yang ada dipikiran mereka yang mendukung syariat Islam sebagai undang-undang. Rasulullah sendiri berhijrah ke Madinah, karena rakyat di sana sudah menghendaki syariah Islam dipakai sebagai aturan hukum, sedangkan penduduk Makkah yang menjadi tempat Ka’bah tidak menghendaki syariah Islam. Jadi, kalau syariat Islam belum dikehendaki di Indonesia, ya tolong didakwahi terus masyarakat kita. Tentunya dengan cara yang persuasif. Bukan dengan menonjolkan kelompok dan dirinya. Apalagi sampai memaki-maki dan menuduh-nuduh orang lain. Itu bukan akhlak yang diajarkan Rasulullah SAW. Dan tentunya usaha ini memerlukan kerjasama dari semua pihak yang mendukung hal ini. Allah SWT saja tidak langsung melarang minum khamar, tetapi bertahap.

7. Bagi mereka yang menganggap bahwa syariat Islam adalah satu-satunya yang sah sebagai undang-udang, silakan saja mereka berpendapat begitu. Tetapi saya sendiri tidak terlalu menganggap itu sebagai hal yang penting untuk saat ini. Dan juga karena cara dakwah mereka yang tidak kena di hati saya. (Misalnya si ini kafir karena ngomong begini, si itu antek zionis karena ngomong begitu, si fulan adalah antek zionis karena orang tuanya ada darah Yahudi, kemudian menyombongkan diri dengan membusungkan dada mengaku sebagai yang paling berhak membela Islam, dsb.). Saya alergi dengan dakwah model begitu. Saya lebih suka model dakwah yang persuasif dan memahami keterbatasan orang lain. Dan saya pun tidak perduli jika ada di antara mereka yang melontarkan cercaan kepada saya dan mencap saya sebagai umat Islam yang tidak kaffah hanya karena saya tidak mendukung gerakan mereka. Karena bagi saya hanya Allah SWT yang berhak menilai ketakwaan seseorang.

Posted by muhammad hakim  on  01/20  at  04:06 AM

Partai berbasis agama merupakan sebuah berita baik, apabila saudara melihat dari sisi persatuan ummat. namun bukan sebuah hal yang baik apabila di lihat daris sisi kepentingan pragmatis negativ, partai berbasis agama bahkan berbahaya bagi kesatuan bansa dan negara.

saya punya sebuah ide ..bagi mereka yang menggunakan idiologi agama sebagai landasan hendaknya bersipat plural..karena akan lebih pleksibel

Posted by M.Mukhlis  on  12/27  at  06:13 PM

saya pikir tidak salah, kalau ada partai politik memanfaatkan agama (islam) untuk meraup suara. bukankah sekarang waktunya manusia indonesia berfikir dan memilih partai mana yang terbaik.

tak ada salahnya pula kalau seandainya yang diperjuangkannya adalah penegakkan sebuah ideologi.

dan, jangan salahkan pula partai ini, jika suatu saat indonesia memilih mengganti ideologi pancasila dengan ideologi islam. asalkan, dengan jalan demokrasi yang baik.

apa salahnya?

islam bukan hanya aturan beribadah atau bersikap manis saja....
percayalah islam mampu mengatur sebuah negara!

Posted by yudistira  on  10/26  at  08:09 PM

comments powered by Disqus


Arsip Jaringan Islam Liberal ini dipersembahkan oleh Ahmad Abdul Haq