Kolom Amien Rais

Arsip per tahun: 2000 | 2001 | 2002

BERITA | MEMBERS |FREE E-MAIL | KOMUNITAS | CHAT | i-GUIDE
| Cover | Laporan Utama | Laporan Khusus | Tajuk | Kolom Amien Rais | Adilan Adilun |
Kamis, 29/03/2001
 

Rahasia Sukses Pemimpin

Adil - Biasanya seorang pemimpin mempunyai rahasia kesuksesan. Biasanya pula, masing-masing pemimpin menghadapi persoalan yang berbeda-beda, karena konteks situasi dan sejarah yang selalu berbeda. Apa yang dihadapi oleh seorang pemimpin di Afrika, tentu tidak sama dengan masalah yang dihadapi pemimpin di Eropa atau Timur Tengah, dst. Namun ada beberapa persamaan rahasia atau sumber kekuatan, yang menyebabkan seorang pemimpin sukses di panggung kehidupan.

Saya kebetulan mendapat hadiah buku terbaru yang ditulis oleh George W. Bush, Presiden Amerika Serikat sekarang. Judulnya A Charge to Keep: My Journey to The White House. Buku itu menguraikan perjalanan Presiden Bush, dari seorang anak muda yang penuh cita-cita menjadi gubernur dan akhirnya sebagai Presiden Amerika Serikat.

Yang menarik dari buku tersebut, adalah pengakuan Presiden Bush bahwa ada tiga hal yang menurutnya menjadi sumber kekuatan utama di dalam dia menempuh liku-liku kehidupan. Ketiga hal itu adalah faith (keyakinan), family (keluarga), dan friend (teman-teman). Dia menguraikan ketiga hal itu sesuai dengan konteks Amerika. Namun sesungguhnya apa yang dikatakan oleh Bush, juga bisa berlaku buat setiap pemimpin di mana pun.

Yang pertama faith, keimanan atau keyakinan. Memang keyakinan atau keimanan merupakan sumber kekuatan lahir batin dari seorang pemimpin yang tidak akan pernah ada habisnya. Dari sumber keimanan atau keyakinan keagamaan itulah seorang pemimpin dapat mengatasi perasaan frustrasi dan juga mengusir rasa putus asa.

Seseorang yang meyakini bahwa nasib berada di tangan Tuhan, dia hanya akan bekerja keras dan berupaya maksimal untuk mencapai tujuan baiknya. Kalau berhasil tentu akan disyukuri, jika gagal maka orang atau pemimpin itu beranggapan takdir dari Tuhan belum menentukan keberhasilan baginya. Keyakinan yang tidak kasat mata ini sesungguhnya merupakan sumber inspirasi, motivasi, dan kekuatan yang dahsyat yang dimiliki oleh seorang pemimpin.

Yang kedua, tentu adalah keluarga (family). Seorang pemimpin yang memiliki keluarga sakinah, keluarga yang stabil, keluarga yang tenang dan damai, akan sangat berbeda dibandingkan pemimpin yang keluarganya morat-marit dan centang perenang. Pada hakikatnya keluarga merupakan home front yang paling awal, sehingga kita bisa membayangkan seorang pejuang yang memiliki home front sangat kuat maka langkah-langkahnya di gelanggang kehidupan masyarakat dan kenegaraan tentu juga akan mantap dan penuh yakin diri.

Sebaliknya seorang pemimpin dengan home front atau keluarganya carut marut, tentu langkahnya akan gontai dan terasa terantuk-antuk di dalam menghadapi berbagai tantangan yang menghadangnya di tengah jalan. Faktor kedua ini mudah sekali kita cerna, apalagi kita mengingat seseorang yang mampu memimpin keluarganya dengan baik, tentu diharapkan juga bisa memimpin satuan yang lebih besar dan bahkan sangat besar yaitu masyarakat negara.

Yang ketiga adalah friend, pertemanan atau lebih tepat persahabatan. Seorang pemimpin perlu memiliki sahabat-sahabat pribadi yang mau berkorban untuk mencapai keberhasilan kepemimpinannya. Sebaliknya, seorang pemimpin perlu menghindarkan diri dari sahabat-sahabat palsu yang hanya mendekat tatkala si pemimpin sedang mengalami pasang naik, dan akan meninggalkan beramai-ramai ketika sang pemimpin itu sudah mengalami pasang surut.

Dalam bahasa Inggris ada istilah table friends yaitu sahabat-sahabat yang mendekati seseorang hanya di suasana pesta dan keceriaan. Sementara ketika seorang pemimpin sedang mengalami masalah-masalah sangat berat, orang-orang itu bubar dan balik kanan, tidak lagi memberikan pengorbanan apapun untuk menolong sang pemimpin. Maka jelas sekali bahwa teman-teman yang setia, yang ikhlas dan tulus, yang dapat membantu tatkala situasi sedang mencekam dan sulit selalu diperlukan oleh seorang pemimpin di mana pun juga dia berada.

Ketiga hal itulah yang disampaikan George Bush dalam buku terbarunya. Dia tidak hanya berteori melainkan sudah membuktikannya sendiri. Bush berhasil meniti kariernya sejak dari Gubernur Texas sampai menjadi Presiden Amerika, Karena itu, ada baiknya kiat sukses Bush kita renungkan bersama. Kita sekarang tengah menghadapi krisis kepemimpinan, maka jelas sekali apa yang dikatakan oleh George W. Bush itu juga berlaku buat kita semua.

Seseorang yang melacurkan keimanannya dengan berbagai objek-objek persembahan, seperti mencari wangsit dan segala hal yang irasional, tentu akan menjadi pemimpin yang mudah goyah karena terpaan-terpaan masalah yang menimpanya. Demikian juga seorang pemimpin yang tidak pernah memperhatikan keluarganya, tentu akan menjadi pemimpin yang lemah yang akan menyebabkan kepemimpinannya tidak dapat diikuti secara luas oleh para pengikutnya. Dan, last but not least, tentu juga pertemanan yang luas, yang setia dan tulus serta rela berkorban, akan menentukan suksesnya sebuah kepemimpinan.

Di atas itu semua, ada hal yang tidak kalah penting, yaitu seorang pemimpin harus mempunyai visi yang jelas ke mana masyarakat yang dipimpinnya hendak dibawa. Seorang pemimpin yang mempunyai visi jelas, tentu dapat menggambarkan di dalam pikirannya mengenai langkah-langkah yang harus ditempuh untuk mencapai visi yang telah diyakini sebagai sebuah jalan keluar buat bangsa yang dipimpinnya.

Kita sangat mudah membayangkan, seorang pemimpin yang tidak memiliki visi maka dia selalu tidak terbuka di dalam politik sehari-hari, dia akan kehilangan kerangka jangka menengah dan jangka panjang sehingga akan menjadi tokoh yang serba instan. Tokoh yang setiap pagi, siang, sore, dan malam berubah-ubah pendiriannya, dan harus selalu berkelit untuk membuat justifikasi atau rasionalisasi dari langkah-langkahnya yang sesungguhnya tidak memiliki misi sama sekali.

Inilah sebuah refleksi sederhana yang bisa diambil dari buku terbaru George W. Bush, yang sangat bagus untuk kita renungkan bersama karena setiap diri kita --seperti kata Nabi Muhammad SAW-- adalah pemimpin dalam kaliber masing-masing. Seorang kepala keluarga, ketua organisasi, manager perusahaan, gubernur, bupati, dan bahkan seorang presiden tentu adalah seorang pemimpin. Mereka harus memperhatikan segi-segi kekuatan kepemimpinannya, agar di dalam melaksanakan tugas-tugasnya si pemimpin dapat menunaikan kewajiban dengan sebaik-baiknya. Wallahu a'lam.

comments powered by Disqus

Masalah Utama Tahun 2001 | Otda, Sebuah Taruhan | Kita Memang Lemah | Jangan Kehilangan Harapan | Belajar dari Kejatuhan Estrada | Tragedi Abdurrahman Wahid | Jangan Memperumit Proses Politik | Gambaran yang Makin Suram | Tragedi Sampit dan Keputusasaan Masyarakat | Rahasia Sukses Pemimpin | Menanti Lahirnya Memorandum II | Aceh Bukti Kegagalan Gus Dur | Memorandum dan Kompromi Politik | Bahaya Politisasi Agama | Perlukah Pertemuan Empat Tokoh? | Menegakkan Moral Demokrasi | Yang Kita Kelola adalah Negara | Ujian Berat Megawati | Mempertahankan Kredibilitas | Dana Hibah yang Menghebohkan | Hikmah di Balik Pemboman New York dan Washington | Kita Semua Prihatin | Terpulang kepada Kita Sendiri | Benarkah Kita Mengumpulkan Kepentingan Bangsa?

Arsip Kolom Amien Rais ini dipersembahkan oleh Ahmad Abdul Haq