Home > Kliping Media > Warta Kota

Dangdut di Layar TV: Dari “House” ke Padang Pasir

Harian Warta Kota, 22 Maret 2000

Dinamika musik dangdut, khususnya yang tampil di layar televisi, diam-diam mengalami pergeseran. Enam tahun lalu, musik dangdut di layar kaca didominasi warna house atau dangdut remix. Tapi kini irama musik dangdut kental dengan nuansa Timur Tengah. Beberapa tembang yang cukup tersohor dikemas dengan sentuhan padang pasir.

"Saya melihat, ada kecenderungan musik dangdut bergeser ke padang pasir. Paling tidak, ada sentuhan gambus. Bahkan, liriknya pun banyak yang digubah ke dalam bahasa Arab. Kini house, mulai kurang peminatnya," kata Rafael, Asisten Manager Kafe Dangdut De Leila, kepada Warta Kota, Senin (20/3).

Dikatakan Rafael, musik dangdut terus merangkak ke atas, seiring dengan kreativitas yang ditunjukkan para pemusiknya. "Kita tak bisa lagi mengidentifikasi dangdut sebagai musik kalangan bawah. Untuk selera bawah, memang akan tetap ada. Tapi secara pasti, dangdut terus menerobos ke atas," katanya.

Dijelaskan, musik dangdut berkembang dalam dua jalur. Yakni jalur industri yang masih didominasi oleh dangdut konvensional dan jalur panggung yang ditampilkan di kafe-kafe khusus dangdut. Yang disebut terakhir ini punya penggemar yang dinamis, dan bergerak ke atas.

Musik dangdut yang ditampilkan di kafe biasanya mengalami rearasmenent dan dikemas lebih dinamis dan berselera. Dia menyebut, musik-musik yang ditampilkan di kafenya telah mengalami modifikasi. Banyak yang sudah digubah dalam bahasa Arab. "Dengan kemasan seperti itu, dangdut menjadi lebih bergairah dan berkelas," lanjut Rafael.

Belakangan, sukses yang diraih De Leila diikuti oleh kafe-kafe lain yang khusus menyajikan musik dangdut. "Contohnya Kafe Bintang Bintang di Blok M dan di Tanjung Priok," ujar Rafael.

Sementara itu, artis serbabisa Camelia Malik menambahkan bahwa dangdut sudah merambah ke hotel-hotel berbintang.

Sedangkan Irwan Santana, Redaktur Musik Radio CBB FM, mengatakan, lagu-lagu yang paling sering diminta pendengar di radionya memang jenis lagu dangdut. Secara spesifik ia menyebut lagu Aku Rindu Padamu (Evie Tamala). "Setiap hari, paling tidak kami tiga kali memutar lagu ini atas permintaan pendengar," ujarnya.

Miliaran

Beberapa waktu lalu, masyarakat dikejutkan tersiarnya berita yang menyebutkan penyanyi dangdut Santa Hoki mengalami kerugian miliaran rupiah dalam menjalankan bisnisnya. Paling tidak, angka tersebut mengundang pertanyaan masyarakat saat itu.

"Kasus itu sekarang ada di tingkat kasasi (Mahkamah Agung)," ujar Santa Hoki saat dihubungi di kediamannya, Jumat (17/3).

Namun, ketika ditanya soal penghasilan sebagai penyanyi dangdut, Santa enggan berterus terang. "Kalau jumlahnya, saya enggan mengatakan," katanya.

Santa mengaku, sebelum krisis ekonomi (1998) dalam sebulan bisa tampil di atas panggung hingga 23 kali, di dalam maupun di luar negeri. Sekali tampil dibayar rata-rata Rp 5 juta. "Kadang lebih, bisa sampai Rp 10 juta, tergantung dari acaranya. Kalau untuk sosial tentu tidak mahal," jelasnya.

Seorang artis dangdut senior, Rita Sugiarto, juga merasa bersyukur menjadi penyanyi dangdut. Sekarang penyanyi yang semasa mudanya berduet dengan Rhoma Irama ini mendiami sebuah rumah yang cukup besar dan serasi di tepi danau Cibubur.

Beberapa waktu lalu, saat kasetnya meledak di pasaran, setiap bulannya Rita sanggup naik panggung sampai 20 kali dalam sebulan. "Saat ini hanya empat sampai lima kali, karena krisis tampaknya belum berakhir," jelasnya.

Untuk sekali tampil di panggung, Rita tak mematok harga mati. "Bisa di atas 10 juta rupiah sekali tampil. Tapi di bawah itu juga bisa, kalau untuk kegiatan sosial," tambahnya.

Dari deretan pendatang baru, nama Kristina Iswandari hingga saat ini tetap ramai dibicarakan di kalangan pencinta musik dangdut. Debutnya melejit lewat lagu Jatuh Bangun yang terjual 150.000 copy.

Mengenai keberhasilannya hingga saat ini, Kristina telah memiliki sebuah mobil Kijang GLX seharga Rp 120 juta yang diperolehnya dari rekaman dan pentas panggung di kota-kota di Indonesia dan Brunei Darussalam. (hrb/agi)

 


Forum BEBAS tentang artikel di atas. Semua komentar tidak dimoderasi.

comments powered by Disqus

Website ini milik pribadi Ahmad Abdul Haq. Didukung oleh Wikiapbn.