Home > Kliping Media > Kompas

Ditekan Sedikit, Ahh...

Harian Kompas, 9 Juli 2000

BANYAK statement kurang bukti. Barangkali itulah yang terjadi dengan musik dangdut, yang sering disebut sebagai "musik paling Indonesia", semacam local genius yang kita miliki saat ini. Dendang musiknya yang bergema dari ujung paling barat sampai paling timur Nusantara, menambah kesan, dari segi "kualitatif" maupun "kuantitatif" dangdut seolah pantas disoraki dengan tangan mengacung: "hidup dangdut".

Dari segi kuantitas terlebih dahulu, dangdut memang industri paling besar dibanding jenis musik lain-taruhlah pop-minimal sebelum masa krisis sekarang. Kalau angka penjualan kaset lagu-lagu pop taruhlah antara 50.000-70.000 copy, pada masa itu kaset dangdut dengan gampang terjual minimal 100.000 copy setiap judul. Belum kaset baru yang keluar. Waktu itu, boleh dikata hampir tiap hari akan muncul kaset dangdut baru, entah berisi lagu-lagu baru ataupun lagu lama yang direkam ulang.

Sebaliknya, ketika krisis ekonomi menghantam, dangdut dulu yang terpukul, dibanding jenis lain misalnya pop, R&B, rock, dan lain-lain. Persoalannya bisa diduga, pasar dangdut umumnya kalangan ekonomi "menengah bawah". Industri dangdut pun menyurut, dengan produk baru sekarang ini rata-rata hanya sekitar dua-tiga kaset setiap minggu. Angka penjualan, untuk satu judul, menurut kalangan yang dekat dengan industri dangdut, rata-rata sekarang juga hanya sekitar 20.000-30.000 kaset.

***

DI luar dinamika industri itu, mari kita lihat penampilan lagu-lagu dangdut itu sendiri. Ambil contoh dari sekitar 100 entry yang ikut Anugerah Dangdut Televisi Pendidikan Indonesia (AD TPI) II 2000, yang hasilnya diumumkan Jumat (7/7) malam lalu di Jakarta Hilton Convention Center, Jakarta.

Dari sekitar 100 lagu (tepatnya 93), sebetulnya dari segi musik baik menyangkut tema, melodi, harmonisasi, aransemen, syair, musik, sulit ada yang bisa dibilang menonjol. Taruhlah kalau dibanding yang pernah dicapai dalam khasanah dangdut, seperti Rhoma Irama dengan Begadang-nya dulu (dan lagu-lagu lain Rhoma seperti Lari Pagi, Adu Domba) atau juga Reynold Panggabean dengan Tarantula-nya yang melahirkan hits semacam Colak Colek, Goyang Senggol, Wakuncar, Gengsi Dong. Rhoma Irama mencatat sumbangan penting, dengan memasukkan unsur-unsur rock ke dalam dangdut. Itu dilakukan dengan fasih dan "tidak memaksa". Sementara Reynold dikenang dengan kekayaan bunyinya. Dengan lagu-lagunya tadi, melambunglah nama Camelia Malik yang waktu itu istri Reynold.

Di luar nomor-nomor penting yang jumlahnya tak seberapa, lebih banyak lagi yang lahir kemudian adalah epigon Rhoma dengan Soneta-nya (dulu Mara Karma, sedangkan sekarang ada Moneta) atau juga dalam perjalanan dangdut, nomor-nomor yang dikenang orang ternyata hasil jiplakan lagu-lagu dari film India.

Penjiplakan lagu India menjadi lagu dangdut yang kemudian sering diklaim sebagai "musik paling Indonesia" berjalan tanpa gugatan-gugatan berarti. Dangdut utuh sebagai "musik kalangan bawah", kurang tersentuh kritik estetik. Media massa baik cetak maupun elektronik sebagian besar-sebagaimana mereka mengurusi wilayah yang lain-hanya bersibuk dengan persoalan gosip: siapa pacaran dengan siapa, siapa tengah bercerai, si anu ukuran beha-nya berapa, dan seterusnya. Perkembangan dangdut sebagai karya kreatif akhirnya lebih banyak berupa klaim daripada bukti.

***

SALAH satu yang bisa dilihat dari betapa miskinnya musik dangdut ini, antara lain dari segi lirik. Dalam penjurian AD TPI II 2000, salah satu anggota dewan juri yang pakar dalam hal persajakan, Prof Dr Sapardi Djoko Damono, setengahnya angkat tangan ketika harus menilai mana itu lirik terbaik. Kategori untuk lirik terbaik itu sendiri sebelumnya diperdebatkan, soalnya lirik atau syair tentulah tidak bisa dinilai sendiri, terpisah dari pengucapan lagu. Hanya saja, pihak TPI sebagai penyelenggara bersiteguh memasukkan kategori lirik terbaik ini, untuk mendorong munculnya "lirik-lirik yang sopan". "Soalnya lirik dangdut banyak yang serem Mas," kata Ella, humas TPI yang baik hati itu.

Lihat saja lirik dari lagu semacam Ditekan Sedikit yang dibawakan Cucu Cahyati.

"Ditekan sedikit ahh... ahh.../Ditahan-tahan sedikit/Makin asik-asik, biar asik/Awas ditahan sedikit..."

Dibawakan dengan goyangan Cucu Cahyati, lirik semacam ini bisa sangat asosiatif, meski pada bait berikutnya, dijelaskan bahwa yang ditekan dan ditahan sedikit itu maksud hati.

"Ditekan sedikit ahh... ahh.../Ditahan maksud hati..."

Tidak sukar mencari lirik-lirik sejenis itu. Vetty Vera membawakan Diraba-raba yang bunyinya:

"Diraba dulu ahh... ahh... ahh.../Diraba ini hatinya bila kau cari..."

Lihat betapa sama bentuk dan asosiasi yang hendak mereka mainkan. Banyak sekali lagu dangdut yang punya persamaan dari musik, lirik, tema. Kelanjutan dari Diraba-raba tadi:

"Jangan kau buka ahh... ahh.../Pintu hatimu..."

Pembuatan lirik yang sembarangan itu, berjalan beriringan dengan pembuatan video klip dangdut, yang sebagian besar umumnya juga terlihat dibuat dengan asal-asalan. Hanya satu-dua yang kelihatan digarap dengan serius, seperti karya yang mau tidak mau memang pantas mendapat sebutan video klip terbaik, yakni Bulan Berkaca oleh Camelia Malik.

***

"PEKERJAAN rumah" para pemusik dangdut masih banyak untuk memberi bukti atas klaim dangdut sebagai musik yang paling berjaya di Indonesia. Ada nama-nama yang bisa disebut saat ini, yang kelihatannya berusaha mengembangkan kreativitasnya sendiri untuk menciptakan lagu-lagu yang cukup baik. Evie Tamala misalnya, berusaha mencipta sendiri lagu-lagu yang cukup digemari masyarakat, seperti yang terbaru sekarang Cinta Terlarang/Kandas. Sebelumnya, dia sukses dengan Selamat Malam. Lagu-lagu itu umumnya juga dia garap sungguh-sungguh video klipnya, seperti Cinta Terlarang yang mengambil lokasi di Bromo, Jatim.

Camelia Malik tak kalah serius, menggarap video klip Bulan Berkaca dan Nikmatnya Cinta yang mengambil lokasi di Cafe Batavia, kawasan Kota.

Yang jadi soal, lagu-lagu tadi oleh kalangan dangdut sendiri dari segi musik maupun aransemen sering disebut "terlalu pop, bukan dangdut". Makin kompleks rasanya urusan redefinisi, apa dangdut itu sebenarnya. (bre)


Forum BEBAS tentang artikel di atas. Semua komentar tidak dimoderasi.

comments powered by Disqus

Website ini milik pribadi Ahmad Abdul Haq. Didukung oleh Wikiapbn.