|
Semarak Dangdut di Ancol: Kemasan "Wah" Buat DangdutHarian Kompas, 5 Agustus 1995 ARENA bekas sirkuit di Ancol yang biasanya dipadati orang bila pemusik luar negeri tampil di sana, Sabtu (5/8) malam berubah menjadi arena pesta rakyat yang meriah. Para pemusik lokal yang tampil di sana, ternyata mampu juga menarik banyak penonton. Ini sekali lagi membuktikan bahwa dangdut memang musik yang akrab di hati banyak masyarakat Indonesia, dan Jakarta pada khususnya. Seperti ingin melepas kerinduan terhadap para artis pujaan mereka lebih dari 100 ribu orang tumpah ruah memenuhi arena bekas sirkuit Ancol, Jakarta. Goyang, tari, senggol, nyanyi, dan lambaian tangan pun menjulang ke udara hampir sepanjang musik mengalun. Layaknya orang yang lupa segala-galanya, para penonton Semarak Dangdut benar-benar mendapatkan saluran pelampiasan pada malam itu. Dangdut telah menjadi semacam kekuatan hipnotis, yang mengundang orang terus mendatangi arena bekas sirkuit Ancol. Dibuka dengan pembacaan puisi antara lain oleh Dewi Yull dan Dedy Mizwar, Semarak Dangdut langsung menampilkan "raja dangdut" Rhoma Irama sebagai penyanyi pertama lewat lagunya "185 juta penduduk Indonesia", yang langsung disambut massa penonton dengan seruan kegembiraan, goyang, senggol, dan lambaian tangan. Sejak awal pula, "kebesaran" pesta dangdut itu langsung diperlihatkan melalui tampilan khusus atraksi lampu dan kembang api. Sebelumnya Menteri Sekretaris Negara Moerdiono membuka pergelaran itu dengan memukul gendang timfani. Setelah itu, tak kurang dari 30 penyanyi dangdut tampil di atas panggung, antara lain Iis Dahlia, Vety Vera, Megy Z, Mansyur S, Hamdan ATT, A Rafiq, Itje Tresnawati, Ona Sutra, dan "ratu dangdut" Elvi Sukaesih. Mereka diiringi beberapa grup band, yaitu Soneta Group, Moneta Group, Gudang Garam Group, dan Mahkota Group. Panggung inti berukuran lebar 12 meter, panjang 14 meter, dan tinggi 19 meter terasa megah dengan berbagai lampu spot warna-warni. Selain panggung inti, dibuat juga dua buah panggung "sayap" di kiri- kanan panggung inti, masing-masing berukuran lebar 12 meter, panjang 3,6 meter, dan tinggi 8 meter. Empat buah big screen proyektor video membantu penonton yang berada di bagian belakang melihat atraksi yang berlansgung di panggung. Semua itu membuat wajah arena bekas sirkuit Ancol yang biasanya sepi, berganti menjadi sebuah tempat pesta akbar, yang kemeriahannya tidak terkalahkan oleh pertunjukan- pertunjukan lain pada saat-saat lalu. *** HARUS diakui artis-artis dangdut memang sangat siap menyajikan semua kemegahan di arena Semarak Dangdut. Perlakuan kurang adil yang dirasakan banyak artis dangdut akhir-akhir ini adalah salah satu pemicu yang membuat pergelaran ini dirancang dengan maksimal, baik sumber dana maupun sumber daya manusianya. Lewat pergelaran ini seolah ingin diteriakkan protes terhadap perlakuan yang kurang adil yang diterima oleh para artis dangdut. Ketidakadilan itu misalnya muncul dalam bentuk bentuk "pencekalan" dangdut di beberapa stasiun televisi - yang oleh produser lagu dangdut pernah diadukan ke hadapan anggota-anggota DPR-RI. Semangat kebersamaan dan rasa senasib sepenanggungan para artis dangdut muncul dalam bentuknya yang paling murni dalam pergelaran ini. Empat band pengiring yang aslinya adalah "milik" beberapa penyanyi saja, tampil maksimal untuk semua penyanyi. Tak ada kompetisi, semua ingin menyajikan yang terbaik. Untuk acara itu, para artis dangdut rela meluangkan waktunya berlatih dan mempersiapkan diri sejak 20 Juli sampai sehari sebelum perhelatan digelar. Untuk menggarap Semarak Dangdut, Penanggung Jawab Pergelaran Camelia Malik memang tidak tanggung-tanggung. Jenis musik yang sering dilecehkan sebagai musik "kelas rendahan" itu, ditampilkan tak kalah hebat dengan penampilan pemusik-pemusik barat yang pernah tampil di sana. "Kita akan tunjukkan bahwa dangdut pun bisa tampil hebat, tidak kalah dengan musisi-musisi lainnya, baik dari dalam maupun luar negeri. Dengan begitu semua orang akan tahu, dangdut bukan musik murahan," tegas Camelia dengan nada suara agak geram. Di sisi lain, sadar akan jumlah pengunjung yang melimpah ruah karena penonton memang tidak perlu membeli karcis pertunjukan, maka jumlah pasukan keamanan pun lebih banyak dari ketika Bon Jovi tampil di tempat yang sama. Jika pada Bon Jovi lalu jumlah pasukan keamanan sekitar 5.000 orang, untuk Semarak Dangdut Camelia menyiapkan 6.000 orang pasukan keamanan. Di belakang panggung, persiapan pun dibuat tak kalah seriusnya. Jumlah artis yang begitu bayak membuat panitia penyelenggara membangun empat ruang ganti pakaian. *** DALAM sejarah musik dangdut, perhelatan untuk meningkatkan citra dangdut sebetulnya sudah banyak dilakukan. Lomba Cipta Lagu Dangdut, misalnya, merupakan salah satunya. "Lomba ini untuk meningkatkan citra dangdut, yang agak kacau karena ulah sementara oknum pemusik sendiri," ungkap Rhoma Irama ketika ditanya pada penyelenggaraan Lomba Cipta Lagu Dangdut tahun 1991 lalu. Apa yang disebut meningkatkan citra itu, dijelaskan Rhoma, adalah membersihkannya dari unsur goyang erotik, mabuk, dan unsur-unsur negatif lainnya. Citra yang kurang baik dari musik dangdut, memang kurang menguntungkan bagi para artis dangdut. Meskipun sesungguhnya penjualan kaset rekaman lagu-lagu dangdut tercatat sampai saat ini terbesar di Indonesia, nasib pemusik dangdut umumnya tidak seberuntung pemusik lainnya yang penjualan kasetnya tidak seberapa. Harga kaset dangdut, misalnya, banyak yang lebih murah dari harga kaset-kaset jazz atau rock produk lokal. Masyarakat pun merasa seperti berteman dengan dangdut, sehingga tanpa sungkan-sungkan pembajakan kaset-kaset dangdut pun merajalela. Untuk genre musik lainnya, hal itu tidak banyak terjadi. Dengan jumlah massa penggemar yang sebetulnya mayoritas dibandingkan massa penggemar untuk genre musik lainnya, dangdut memang pernah menjadi "raja" di televisi kita. Akan tetapi citra yang kurang baik itulah yang membuat sementara orang tidak menyukai dangdut. Sayangnya, sementara orang itu umumnya "berkuasa", sehingga merajalelanya dangdut di televisi bisa langsung "diredam" dengan teramat mudah. Oleh karena itulah, musik dangdut begitu ngotot untuk tampil ke atas, sehingga "raja" dan "ratu" untuk pemusik di Indonesia menjadi sebutan yang hanya ada di genre musik dangdut. Diskotik-diskotik dan bar yang dulu menjadi cermin kalangan elite, diterobos pula oleh dangdut sehingga musik itu memang mulai diakrabi juga oleh kalangan masyarakat yang biasa disebut menengah ke atas. Untuk tujuan "akhir" yang satu itu, Semarak Dangdut memang berhasil menampilkan dangdut dalam kemasan yang "Wah". Akan tetapi, kampanye para artis dangdut belum selesai, karena masih banyak juga masyarakat penggemar dangdut yang kurang memahami "jiwa" pergelaran itu, sehingga cenderung semakin menegaskan citra dangdut yang rendahan. (oki) |
Forum BEBAS tentang artikel di atas. Semua komentar tidak dimoderasi.comments powered by DisqusWebsite ini milik pribadi Ahmad Abdul Haq. Didukung oleh Wikiapbn. |