Ahmad Abdul Haq


Prinsip

Back | Up | Next

 

Sumber: Kick Andy.com

 

 
Minggu, 02 September 2007 12:00 WIBPrinsip

kick andySepanjang hidup saya, dua kali saya memukul perempuan. Pertama, ketika saya berada dalam masa-masa pembangkangan terhadap orangtua, saat saya berusia 13 tahun. Kedua, ketika mobil saya diserempet mobil yang dikemudikan seorang remaja perempuan.

Peristiwa pertama terjadi ketika saya -- yang sedang emosi -- memukul dengan keras dada kakak perempuan saya. Dia langsung terduduk dan nyaris tidak bisa bernafas. Saya pucat. Kaki saya gemetar. Sungguh saya tak menduga pukulan seorang bocah bisa berakibat seperti itu.

Peristiwa yang berlangsung sekejap itu ternyata punya dampak luar biasa. Sepanjang hidup saya bayang-bayang kejadian itu tidak bisa hilang dari ingatan saya. Sulit rasanya memaafkan diri sendiri. Setelah peristiwa tersebut saya berjanji dalam hati untuk tidak akan pernah memukul wanita dalam hidup saya. Siapa pun dia. Janji yang saya pegang teguh bertahun-tahun. Bahkan hingga saya menikah. Dalam perkawinan saya yang menginjak 22 tahun, tak sekalipun saya bersikap kasar pada istri. Apalagi melakukan kekerasan fisik. Pantang bagi saya mengulang kesalahan masa lalu.

Tapi, suatu hari, tujuh tahun lalu, saya gagal memegang janji itu. Saat sedang mengemudi mobil, sepulang kerja, tiba-tiba sebuah mobil memaksa menyalip dan menyerempet mobil saya. Cukup keras untuk sebuah serempetan. Tapi, seakan tidak bersalah, mobil tersebut tetap saja meluncur. Saya mencoba memberi isyarat dengan klakson, mobil tersebut tak perduli. Emosi saya mulai terbakar.

Padahal selama ini ada satu prinsip dalam hidup saya dalam berkendaraan. Jika mobil saya diserempet, saya akan memaafkan sang penyerempet. Sebab saya yakin tidak seorang pun pengemudi normal yang ingin menyerempetkan mobilnya ke mobil orang lain. Jika itu terjadi, maka pastilah karena ketidaksengajaan. Lalu mengapa harus buang-buang energi untuk bersitegang? Mobil toh bisa dibawa ke bengkel, diperbaiki, dan semua akan normal kembali. Toh saya sudah bayar asuransi untuk ongkos perbaikan. Anda boleh setuju, boleh tidak.

Satu hal lagi, saya percaya karma. Beberapa kali saya juga lalai dan menyerempet mobil lain, boleh percaya boleh tidak, semuanya berakhir damai. Nyaris tidak perlu tarik urat leher. Mereka memaafkan saya. Hidup rasanya menyenangkan.,/p>

Lebih ekstrim lagi, suatu hari, mobil saya ditabrak hingga lampunya pecah. Begitu melihat pengemudinya perempuan yang tampak ketakutan, saya segera berlalu tanpa merasa perlu mempersoalkannya. Apa yang terjadi? Hari itu istri saya menabrak mobil orang hingga lampunya pecah dan orang tersebut memaafkan istri saya tanpa minta ganti rugi sepeser pun. Sekali lagi, boleh percaya, boleh tidak.

Tapi, entah karena sedang dalam kondisi lelah atau juga karena mobil yang menyerempet saya tidak berhenti untuk meminta maaf, saya emosi. Pada saat terjebak lampu merah, saya turun dan menghampiri mobil tersebut. Ternyata pengemudinya seorang remaja putri. Ketika saya jelaskan bahwa dia baru saja menyerempet mobil saya, dengan cueknya dia bilang tidak merasa. Entah setan apa yang merasuki pikiran saya, atau mungkin jengkel melihat gayanya yang menyebalkan, pipinya saya tempeleng. Tidak keras memang, tapi tetap saja hari itu saya melanggar sumpah yang selama ini saya pegang teguh. Sesal kemudian tidak berguna.,/p.

Maka, saya termasuk yang paling bersemangat mengangkat tema kekerasan dalam rumahtangga di Kick Andy. Sulit bagi saya memahami bagaimana seorang suami mampu melakukan kekerasan terhadap istri atau anak-anak mereka, yang secara fisik umumnya lebih lemah. Saya menyadari banyak laki-laki yang menggunakan kekuatan fisik ketika merasa kalah dalam adu argumentasi dengan sang istri. Menggunakan kekuatan fisik adalah jalan pintas bagi kebanyakan pria untuk menutupi kelemahannya.

Karena itu, ketika saya diminta menjadi hakim bagi pertengkaran rumahtangga kakak laki-laki saya, saya terpaksa menganjurkan jalan perceraian. Sulit bagi saya untuk membela kakak yang sering ringan tangan. Keputusan yang berat, tentu, karena menyangkut anak-anak mereka sebagai korban. Kakak saya juga sulit memahami jalan pikiran saya. Tapi, untuk hal yang satu ini, ternyata saya lebih setia pada prinsip.

Prinsip yang saya perjuangkan sejak usia 13 tahun (walau pernah sekali gagal mempertahankannya).


Kick Andy: Home • The Show • Special • Andy's Corner • Foundation • Recommended Book • Andy's Friend • Andy's Team • About

Tag: Kliping Media, Kick Andy