Ahmad Abdul Haq


Hati yang Gembira, Pangkal Sehat

Back | Up | Next

 

Sumber: Kick Andy.com

 

 
Jumat, 05 Februari 2010 10:33 WIBHati yang Gembira, Pangkal Sehat

Hati yang Gembira, Pangkal Sehat Membaca buku kesehatan yang “happening” merupakan salah satu hobi saya. Anehnya, hobi ini biasanya muncul di awal tahun ketika resolusi hidup sehat sekali lagi berkumandang. Seingat saya, saya telah melahap hampir semua buku-buku diet mulai dari yang kontroversial seperti The Maker’s Diet, Atkins Diet, Blood Type Diet sampai kepada yang lebih ilmiah seperti Food Pharmacy, Dr. Fuhrman: Eat to Live, Dr. Oz: Live Longer with Calorie Restriction dan masih banyak yang lain. Buku terakhir yang saya nikmati di bulan Januari ini adalah buku Dr. Hiromi Sinya: The Enzym Factor. Amazing book!

Sebenarnya, dari semua buku-buku ini saya berusaha menemukan benang merah. Apa yang disepakati dan apa yang tidak disepakati oleh para ahli tersebut. Penjelasan ilmiah di balik semua itu merupakan hal penting untuk saya. Benang merah yang saya tarik tentunya menjadi road-map pribadi saya. Menjadi petunjuk nutrisi bagi saya dan keluarga. Banyak teman yang tahu kalau cukup “picky” soal makanan, bagaimana pengolahan dan cara masaknya. Memang saya akui, hal ini sering mengganggu kenikmatan hidup teman makan saya! Tapi sejauh ini belum ada sih yang kapok pergi makan dengan saya. Karena layaknya manusia biasa, saya masih sering jatuh ke dalam “pencobaan” antara memilih kenikmatan atau apa yang sehat.

Pertanyaannya, apa sebenarnya yang saya cari? Apa sih pahala dari semua restriction ini sehingga pantas mengorbankan banyak sekali kenikmatan makan? Apakah dengan diet super sehat ini saya mau hidup 100 tahun lagi? Rasanya tidak. Saya meyakini bahwa hidup dan mati ada di tangan Tuhan.

Namun, saya percaya bahwa kita bertanggung jawab memelihara hidup yang diberikan Tuhan. Ini termasuk kebijaksanaan dalam memilih apa yang masuk ke dalam tubuh kita. Dengan tingginya risiko genetis yang mengalir di dalam darah saya (papa meninggal karena stroke, mama kanker dan opa oma diabetes dan penyakit genetis lain!), saya tetap yakin informasi dalam DNA saya bisa dirubah. You are what you eat. Dan, saya semakin yakin lagi ketika saya membaca majalah TIME tiga minggu yang bertajuk “Why your DNA is not your destiny”. Powerful title!

Intinya, gaya hidup kita sekarang sanggup mengubah informasi genetik di tingkat genome. Gaya hidup membicarakan hal-hal yang terkait dengan makan, minum, pola tidur dan olahraga, manajemen stres dan tentunya, tidak merokok, minum alkohol serta mengkonsumsi narkoba.

Nutrisi bukan sekedar apa yang dimakan, tapi “kapan” makanan dikonsumsi. Penjelasan ini menjadi hal yang menarik untuk dipelajari. Contohnya air putih. Salah satu benang merah yang saya dapati berdasarkan hasil observasi Dr. Shinya, Dr. Fuhrman dan dokter yang lain. Mereka sepakat bahwa jenis air alkaline adalah air baik, the “good water”. Mereka semua juga sepakat bahwa untuk sehat orang membutuhkan setidaknya 8-9 gelas “good water” sehari. Selanjutnya, kapan air sebaiknya diminum menjadi kebiasaan yang perlu kita pahami. Menurut mereka, kita sebaiknya tidak minum selama makan. Jika harus minum, usahakan minum tidak lebih dari segelas saja. Alasannya karena konsumsi air yang berlebihan dapat mengencerkan enzim pencernaan. Oleh karena itu, justru usahakan minum 2-3 gelas air satu jam sebelum sarapan, makan siang dan malam untuk membersihkan dan memperlancar fungsi pencernaan. Begitu teorinya.

Namun, yang paling menarik buat saya adalah temuan yang satu ini. Dari pandangan holistic preventative medicine modern (yang dipelopori Dr. Shinya), usus yang sehat sehat, mengakibatkan hepar (dimana proses detox terjadi) bersih. Hepar bersih membuat plasma, di tingkat selular tubuh termasuk aliran darah, bersih. Inilah sumber kesehatan dari segi asupan.

Namun, untuk hidup sehat dan panjang umur bukan melulu tentang asupan gizi atau nutrisi. Para ahli percaya kontribusi “hati yang gembira” adalah penting untuk kesehatan. Bahkan untuk kebahagiaan manusia seutuhnya.

Hati (bukan hepar dalam hal ini) yang dipenuhi dendam, kebencian dan kemarahan menyebabkan stres. Menurut Dr. Shinya, stres menyebabkan terbentuknya radikal bebas dalam tubuh. Inilah yang menguras “enzim pangkal” sehingga membawa kerusakan pada organ pencernaan. Mulai dari situ sel kankerpun akan leluasa beredar di tubuh kita.

Suasana hati ditentukan oleh pikiran kita. Pengalaman sih mengajarkan bahwa kita perlu membedakan mana pikiran yang membangun dan mana yang menghancurkan. Yang membangun diperbanyak, yang menghancurkan dihilangkan. Namun, biasanya sangat sulit membenamkan pikiran yang mengganggu.

Saya sangat setuju dengan apa yang disampaikan oleh Dr. Woworuntu, seorang ahli di bidang nutrisi di tingkat selular. Menurutnya, pikiran yang mengganggu akan menghancurkan. Dan ini hanya bisa dilawan dengan pikiran membangun. Kemarahan dilawan dengan kesabaran. Di kala sakit hati dan mendendam, jadilah juru damai dan coba untuk melupakan. Cobalah untuk bangkit dari kekecewaan dengan menaruh pengharapan. Dan yang paling susah, hapuslah kebencian dengan menghembuskan nafas pengampunan.

Inilah inti dari hidup itu sendiri. Mengampuni dan mengasihi sesama seperti Tuhan telah mengasihi dan mengampuni kita. Mensyukuri apa yang Tuhan berikan di dalam hidup kita. Akhirnya, berusaha untuk meningkatkan unsur ilahi yang ada di dalam kita dengan merawat diri, memperhatikan kesehatan dan beribadah. Menyalahgunakan narkoba dan mengkonsumsinya dalam tubuh menurut saya jauh dari mensyukuri.

Ibadah yang disertai dengan rasa bercukupan mendatangkan banyak berkat. Itu yang saya yakini. Dan ini yang saya rasa baik untuk dijadikan lentera yang menerangi langkah saya di sepanjang tahun 2010 ini. Bagaimana dengan anda?


Kick Andy: Home • The Show • Special • Andy's Corner • Foundation • Recommended Book • Andy's Friend • Andy's Team • About

Tag: Kliping Media, Kick Andy