Ahmad Abdul Haq


Melesat Menuju Emas

Back | Up | Next

 

Sumber: Kick Andy.com

 

 
Kamis, 23 Agustus 2012 22:18 WIBMelesat Menuju Emas

Melesat Menuju Emas Beberapa minggu yang lalu, saya terkagum-kagum melihat pertandingan lari bergengsi di gelar di Olimpiade London. Lomba lari jarak 100 meter memang dahsyat. Bayangkan saja jika ada seorang atlit yang mampu menempuh jarak 100 meter dalam 10 detik, berarti dia berlari 10 meter setiap satu detik. Betapa cepatnya, dan begitu banyak energi yang dihabiskan. Belum lagi kalau kita memikirkan bagaimana motivasinya mampu mengalahkan kemalasan badannya. Sebuah proses perjuangan yang luar biasa.

Di Olimpiade London 2012 ini kita kemudian tahu bahwa pemenang nomor 100 meter adalah para pelari dari Jamaika untuk kategori putra maupun putri. Jamaika telah mengalahkan seluruh dunia!

Bagi saya yang lebih mencengangkan lagi adalah pelari putri Jamaika, Shelly-Ann Fraser-Pryce. Dia berperawakan sangat mungil untuk ukuran pelari. Tingginya hanya 152cm. Namun Shelly membuktikan dia memiliki akselerasinya yang luar biasa dengan berhasil memenangkan medali emas olympiade yang kedua kalinya di London dalam waktu 10.75 detik. Bayangkan saja, Shelly hanya 1.1 detik lebih lambat dari pelari pria rekan senegaranya, Usain Bolt yang tingginya 196 cm.

Science Sport  memperkirakan Usain dengan tinggi badan hampir 2 meter paling hanya membutuhkan 45-46 langkah mencapai garis finish. Sementara itu, pelari dengan tinggi badan lebih pendek harus melangkah jauh lebih banyak untuk mencapai garis finish.  Huffington Post menulis Shelly setidaknya harus melangkah dua kali lebih banyak dibanding pelari lainya yang lebih tinggi. Lebih banyak langkah berarti Shelly dua kali lebih gesit dalam setiap langkanya. Usaha Shelly dipandang dua kali lebih berat dibanding pelari dengan perawakan lebih tinggi.

Pertanyaannya adalah apa yang membuat Shelly berhasil? Dalam beberapa interview setelah kemenangannya, Shelly mengatakan beberapa hal yang ingin saya kutip di bawah:

Pertama soal berkompetisi seperti yang disampaikannya dalam interview dengan Sport News, "I fear nothing. I love the race and I do it with so much joy". Shelly mengatakan dia sangat menyukai perlombaan, dan ketika dia berlari dia lakukan dengan sukacita.

Dan mengenai kemenangannya, Shelly berkata "Saya merasa final di London berbeda dengan ketika bertanding di Olimpiade Beijing. Waktu itu saya masih muda dan tidak yakin saya bisa menang. Kali ini walaupun saya sedikit nervous, namun saya percaya pada Tuhan. Saya yakin Dia akan menguatkan saya." Kemudian Shelly sendiri mengakui "it was a tough race" tapi kuncinya ada kata-kata ini: "I trust that God will carry me through. I gave it my all. I've got the gold and feels so good."

Hal pertama yang begitu mengagumkan untuk dipelajari di sini adalah Shelly bersandar pada Tuhan dan tidak mengandalkan kekuatannya sendiri. Dia beriman pada Tuhan dan yakin Tuhan akan "carry her through" - membuat dia berhasil. Shelly bisa saja berkata semua keberhasilan ini adalah hasil latihan bertahun-tahun. Namun dia tahu kemampuan manusia yang terbatas tanpa intervensi Ilahi. Pada BBC Shelly mengakui tidak tahu apa yang terjadi ketika dia melesat terdepan, semua terjadi terlalu cepat dan dia hanya bisa bersyukur mendapat medali emas.

Hal kedua yang dikatakan Shelly adalah "I gave it my all". Dia memberikan seluruh kemampuannya pada setiap pertandingan. No reservation, itulah sikapnya tiap kali bertanding. Ketika berbuat, jangan setengah-setengah. Lakukan segala sesuatu dengan semaksimal mungkin, itulah mantra sukses Shelly.

Dan seperti yang dipetik dari interview dengan Sport News tadi, di atas semuanya Shelly melakukan dengan "joy" atau sukacita. Dengan kata lain, Shelly itu passionate.  Jika kita memiliki tingkat passionate setinggi Shelly, tentunya kita akan memiliki sukacita dalam menjalankan profesi atau melakukan pekerjaan kita. Bukan sekedar bersukacita, kita bahkan akan selalu berusaha sebaik mungkin, dan rela tetap bekerja keras ketika tidak ada yang memperhatikan.Inilah arti dari mencintai pekerjaan kita.

Jika hidup ini diibaratkan sebagai sebuah perlombaan, banyak hikmah yang bisa kita petik dari Shelly. Pertama, bersandarlah pada Tuhan. Tidak cukup mengandalkan kekuatan sendiri. Ini juga berarti bahwa kita percaya akan selalu diberikan yang terbaik olehNya. Kedua, berikan usaha yang terbaik. Hanya berdoa dan mengandalkan Tuhan saja tidak ada gunanya tanpa kerja keras. Kerja keras ini juga termasuk tetap mau bekerja kendati tidak ada perhatian atau reward dari orang lain. Menurut Maslow, pribadi yang sudah sampai pada taraf ini, sudah mampu memenuhi kebutuhannya akan aktualisasi diri.  Karena itu di manapun kita ditempatkan, dalam situasi apapun, kita harus belajar percaya bahwa ini adalah bagian dari ibadah. Ketiga adalah menjalani hidup dengan penuh sukacita. Nikmati setiap momen dalam hidup (baik ataupun buruk).

Dengan mengembangkan sikap dan keyakinan seperti ini, niscaya kita akan mendapatkan "emas" dalam kehidupan kita, yakni kesuksesan dan kebahagiaan. Tunggu apa lagi ?


Kick Andy: Home • The Show • Special • Andy's Corner • Foundation • Recommended Book • Andy's Friend • Andy's Team • About

Tag: Kliping Media, Kick Andy