A | B | C | D | E | F | G | H | I | J | K | L | M | N | O | P | R | S | T | U | V | W | Y | Z

Zumrotin K. Susilo




Nama :
Zumrotin K. Susilo

Lahir :
Babat, Jawa Timur, 18 Desember 1949

Agama :
Islam

Pendidikan :
1. SD di Babat, Jawa Timur
2. SMP di Babat, Jawa Timur
3. SMA di Yogyakarta
4. Fakultas Psikologi UGM (tidak selesai)


Karir :
1. Yayasan Lembaga Konsumen Indonesia (1976-1995)
2. Ketua Dewan Pengurus International NGO Forum on Indonesia Development (2000-2002)
3. Pejabat Direktur Eksekutif Program Pemulihan, Keberdayaan Masyarakat (1997-sekarang)
4. Wakil Ketua I Komisi Nasional Hak Asasi Manusia (sekarang)


Keluarga :
Ayah : Abu Ali Ibu : Chalimah Suami : Kasru Susilo Anak : 1. Tussy Arsianti 2. Otto Ardian 3. Dessy Arfianni 4. Yunny Ardiana

Alamat Rumah :
Perum. Billymoon AK-16, Pondok Kelapa, Jakarta Timur

Alamat Kantor :
Jalan Tebet Barat Dalam I/10, Jakarta Selatan. Telepon : (021) 8280050/56, Faksimilie : (021) 83704405

 

Zumrotin K. Susilo


Setelah 30 tahun bergiat di lembaga swadaya masyarakat (LSM), apa yang diperoleh Zamrotin K.S.? €œSaya paham akan masyarakat kita yang heterogen, terutama yang miskin,€ ujar Wakil Ketua I Komisi Nasional Hak Asasi Manusia (Komnas HAM) itu. €œAda kepuasan tersendiri. Orang bekerja itu tidak hanya dihargai dengan materi, tapi ada hal-hal lain yang lebih berharga. Saya merasakan ada penghargaan dari masyarakat,€ tambahnya.

Padahal, dulu ia sempat menjadikan LSM €œhanya€ sebagai tempat pelarian. Ceritanya, karena harus menyusul suaminya ke Jakarta, Zumrotin harus meninggalkan bangku kuliahnya di Fakultas Psikologi UGM. Waktu itu, ia sedang menyusun skripsi. Suaminya, Kasru Susilo, seorang arsitek yang berdinas pada Badan Penelitian dan Pengembangan Departemen Perindustrian. €œSaya seperti orang gila, kalau mendengar teman selesai kuliah,€ paparnya. Untuk mengobati rasa frustrasi dan penyesalan, ia bekerja di Yayasan Lembaga Konsumen Indonesia (YLKI).

Di sanalah ia €œmeneruskan studi€-nya. €œKampus bukanlah satu-satunya tempat belajar,€ kata mantan ketua YLKI itu. Zamrotin lalu menambahkan, €œTernyata, pengalaman saya belajar di masyarakat jauh lebih bagus dibandingkan di universitas.€

Di YLKI, Zumrotin mulai berkiprah sebagai staf penerima laporan dan tukang ketik (1976). Namun perempuan kelahiran Babat, Jawa Timur, ini tak berhenti di situ. Cengkeramannya makin dalam dan ia kemudian dikenal luas setelah ia menjabat ketua umum lembaga yang cukup gigih membela kepentingan konsumen itu. Menghadapi kenaikan harga kertas koran, tarif listrik, bahan bakar minyak, Zumrotin selalu kritis. Kekritisan ini berlanjut sampai ia menjabat wakil ketua I Komnas HAM, September 2002.

Barangkali, sikap kritis itu karena pendidikan yang cukup demokratis dalam lingkungan keluarganya. Sejak kecil, sulung dari sebelas bersaudara ini diberi kebebasan oleh orangtuanya. Ayahnya, Abu Ali, adalah pedagang kopiah dan barang lainnya yang menggelar dagangannya di pasar. Memiliki latar belakang pendidikan Pesantren Tebu Ireng, Jombang, Jawa Timur, sang ayah sering memberi contoh-contoh tentang kejujuran. Saat menimbang sembako, misalnya, Abu Ali mengingatkan agar tidak mengurangi timbangan. €œKalau kamu mengurangi timbangan, perutmu akan busung,€ Zumrotin menirukan petuah ayahnya.

Dalam memilih sekolah pun, Zum diberi keleluasaan. Cita-citanya, saat kanak-kanak, sebenarnya cukup sederhana: ingin sekolah di Yogyakarta. Setelah lulus SMP di kota kelahirannya, keinginannya pun tercapai: hijrah ke €œKota Pelajar€ dan melanjutkan di SMA setempat. Tamat SMA, ia ingin masuk fakultas kedokteran. Lantaran dipengaruhi beberapa teman, katanya, €œAkhirnya saya masuk fakultas psikologi.€

Ia termasuk anak yang ingin meringankan beban orangtuanya. Maka, untuk mencari tambahan uang saku, Zum pernah nyambi sebagai surveyor konsumen atau produk, sebelum menjadi asisten dosen di fakultasnya. Di tingkat akhir, saat lagi menyusun skripsi, ia menikah dengan Kasru Susilo, lulusan Jurusan Arsitektur UGM. Akhirnya kuliahnya terputus, karena Zumrotin harus menyusul sang suami yang bekerja di Jakarta.

Saat ini, selain wakil ketua I Komnas HAM, Zum masih menjabat Direktur Eksekutif Program Pemulihan Keberdayaan Masyarakat. Lembaga ini merupakan koalisi dari 27 LSM yang peduli dengan pemberdayaan masyarakat korban krisis ekonomi.

Walau sibuk di LSM, ibu empat anak ini tak lupa memperhatikan suami dan anak-anak, juga menyekolahkan adik-adiknya. €œAdik saya dari yang nomor tiga sampai yang paling kecil, setamat SMA, pindah ke Jakarta dan saya yang membiayai kuliahnya,€ tutur nenek dari dua cucu ini. Kepada keempat anaknya, ia memberikan kebebasan, termasuk dalam memilih perguruan tinggi yang ingin dimasukinya. €œSaya memberikan kebebasan yang bertanggung jawab,€ ujarnya lagi.

Copyright PDAT 2004

comments powered by Disqus

 


ZAHID HUSSEIN | ZAKIAH DARADJAT | ZULHARMANS | Zumrotin K. Susilo


Arsip Apa dan Siapa Tempo ini dipersembahkan oleh Ahmad Abdul Haq