Dialog, Bukan Konfrontasi - Komentar - JIL Edisi Indonesia
Halaman Muka
Up

 

Kolom
07/10/2001

Dialog, Bukan Konfrontasi

Oleh Ulil Abshar-Abdalla

Jalan dialog adalah satu-satunya jalan yang paling mungkin ditempuh sekarang ini. Jalan konfrontasi hanyalah akan menguntungkan orang-orang yang mempunyai pandangan dualistis mengenai kehidupan ini: “Islam” dan “kafir”, baik dan jahat, dan seterusnya. Jalan ini hanya akan menguntungkan oran-orang dengan pandangan yang konservatif dan ekstrim dalam agama manapun, entah Islam, entah yang lain. Jalan ini juga amat menguntungkan para elit agama manapun yang hendak memanipulasi ignoransi umatnya untuk kepentingan yang sempit dan cupet.

07/10/2001 08:04 #

« Kembali ke Artikel

Komentar

Komentar Masuk (3)

(Tampil semua komentar, ascending. 20 komentar per halaman)

Halaman 1 dari 1 halaman

Assalamualaikum.

Setuju sekali dengan langkah dialog yang dipilih untuk selesaikan konflik. Pengalaman menunjukkan bahwa upaya menghindari dialog dalam kasus sengketa India dan Pakistan, hanya menyelesaikan perang, saling curiga, perlombaan senjata termasuk berlomba-lomba memperkuat diri dengan memperbesar pembelian alat-alat perang termasuk mengembangkan senjata nuklir. KTT SAARC di Islamabad ke XII, bln Desember 2003, membuka kembali pintu dialog kedua pemimpin negara (PM India Atal Bihari Vajpayee dgn Presiden Pakistan Jenderal Musharraf. Kedua negara setuju akan selesaikan perbedaan melalui dialog. Dialog pertama akan dimulai pertengahan bulan Februari 2004. Menjelang KTT SAARC hingga sekarang telah diupayakan kontak-kontak antara masyarakat kedua negara seperti dibukanya kembali jalan darat (bis dan kereta api antara Delhi dengan Lahore), pesawat terbang Delhi-Lahore, Mumbai-Karachi. Kapal Ferry Mumbai-Karachi dan yang paling menarik adalah pembukaan jalur Sri Nagar (Khasmir) dengan Muzzarabad (Khasmir Pakistan) yang telah ditutup sejak 1948.

Kaitan dengan judul di atas, yang kami amati posisi ummat Islam di India selalu dicurigai, selalu dikaitkan dengan keterlibatan beberapa warga yang mengaku beragama Islam dalam berbagai tindak kekerasan di wilayah-wilayah tertentu, seperti penyerangan Gedung Parlemen India di New Delhi (Desember 2001). Tindak kekerasan komunal dan penyerangan kuil di Gujarat, selain terus berlangsungnya tindak kekerasan di Jammu dan Khasmir.

Pemerintah sekarang selalu menafsirkan selain terorisme dengan Islam juga memberikan label kepada mereka dengan sebutan “JIHADIS”. Semoga bermanfaat.

Wassalam Suhadi M. Salam Kabidpol/MinCons.

#1. Dikirim oleh suhadi m. salam  pada  15/02   06:02 PM

Ngapain ngurusin urusan negara lain. Urusin aja urusan sendiri, gak ada guna. Gak penting banget. Gue cuma nyelesein tugas dari guru doank, kalo nggak mah ngapain.. Eweuh gawe ia sich penting, tapi buang waktu. Lebih baek urusin urusan negara sendiri. Itu aja belon mampu
-----

#2. Dikirim oleh ahmad husein  pada  05/04   03:04 AM

Assalamualaekum

Relativism - deconstructivism - postideology
[deceitful appears falsely through escaping lies and falsities] I find it is a highly logical and Thanking to My dear GOD

mngkn anda pernah menerima komentar saya dahulu, tp saya lupa judul forum diskusi dalam web-site ini..

mengenai forum ini mnurut saya bkan masalah konservativ, moderat atau liberal.. bukan pula pada oposisi biner yg ada dalam wacana didalamnya mengenai baik atau buruk, surga atau neraka, atau berbegai bentuk opsisi biner lainnya..

tp dalam beberapa padangan struktural dalam ilmu sosial khususnya semiotik levis strauss; akan ada bentuk kategori anomali di dalam sebuah struktur biner.. sebagai contoh antara penduduk sorga atau penduduk neraka; mungkin ada yg tidak langsung masuk kedalam surga tetapi mesti terlebih dahulu masuk kedalam siksaan neraka guna membayar dosa-dosa yg telah diperbuat didunia pada masa hidupnya..

WALLAHU A’LAM

#3. Dikirim oleh Ghulam hafiedz  pada  04/11   09:11 PM
Halaman 1 dari 1 halaman

comments powered by Disqus


Arsip Jaringan Islam Liberal ini dipersembahkan oleh Ahmad Abdul Haq